Senin, 25 Agustus 2014

Yellowshine Rose

Jl. Raya Jemur Andayani, April 2014

Seismograf hidup tiba-tiba berkedip cepat.

Aku melihat ke spion, dia masih saja tersenyum. Buset... aku mengibas-ngibaskan kepala lalu menoleh lagi ke spion. Masih orang yang sama. Tersenyum lagi dia. Tuhan, hari ini benar-benar aneh. Aku sedang berada di atas Kuda kencana membonceng Sri Ratu Wilhelmina. Dan dia mau saja dibonceng buruk rupa macam aku. Aneh, kan?



           Ake menoleh lagi ke spion.
           "kenapa, mas?”
            “nggak, nggak papa, mbak ni.” Sahutku menyembunyikan nervous
Di spion kiri terlihat bos wafa setia membuntuti. Kendati jauh dan terhalang helm, aku tahu dia sedang senyum-senyum melihatku kikuk macam ini.
          Baiklah, setelah memastikan semua sistem motorik tubuh agar tetap awas pada kendali sepeda motor dan lalu lintas, aku melayangkan pikiranku. Mencoba menalar dari mana ujung keanehan ini terjadi. Hmm..

           Autopilot override..

*****
         Ogah-ogahan, kutulis essay 150 kata tentang entrepreneurship yang tak secuilpun aku pahami. Biar bu wahyu tak terus-terusan meburuku. kebetulan, essay itu diterima dan aku termasuk delapan puluh peserta pelatihan, kecelakaan, aku ikut-ikutan nimbrung di kelompok para calon “Pengusaha” ini. Heh, pengusaha? Aku yang ngantukan ini sama sekali tak mirip pengusaha. Bambungan iya. Dengan pakaian seadanya, perhatian seadanya, dan bau badan seadanya aku diam di pojokan menyaksikan para pemuda penuh semangat, talenta, dan kemuan keras itu berdebat tentang nama untuk perkumpulan baru kita. tempat di gedung fakultas syari’ah. Huaayyy... hari ini benar-benar dipenuhi hal tidak penting.
     Perdebatan semakin memanas saat seorang  peri maju mengambil spidol berusaha menengahi perdebatan. Punggung menegak, mataku membesar. Dengan sendirinya Ajian Ekagatra aliran Tantripala bekerja...
           “Makhluk kayangan, Arok.”
           Bisikku dalam pada diri sendiri. Dan siapa itu Arok?

“Baiklah diputuskan, nama untuk kelompok kita adalah SASEO: Sunan Ampel Surabaya Event Organizer.” Kata Rizki sambil bersorak riang.
Aku menjatuhkan lagi punggung  ke sandaran kursi. Mengusap jidat.

Oh, come on
********
            Baiklah, itu awal mula kejadian kenapa sampai Sri Ratu Wilhelmina ada tepat di belakangku.
Dan itulah kira-kira titik berangkat  dimana tuhan sedikit memberikan warna pada my perilous life di awal semester enam. Saat kutulis ini mungkin itu semua sudah menjadi tak lebih dari fragment sejarah. Aku tahu dan paham betul dari awal bahwa semua ini. Entrepreneurship, Gedung SAC, SASEO, dan Sri Ratu Wilhelmina cuma sebuah fase. Bonus Stage. Iklim takdir lama akan tetap menaungi langkahku setidaknya untuk beberapa tahun kedepan. tapi, akan kucoba jelaskan sebisaku tetang Sri Ratu Wilhelmina ini.
          Saking Kuatnya aura magis yang dimilikinya, dia berhasil menyepak-pinggirkan Nur Istiqamah sama sekali dari pikiranku. Bayangan yang berkuasa dua tahun itu tiba-tiba tergencet begitu saja selama beberapa bulan ini. Kalah jauh cak,  dia sempat menguasai seleraku hingga menganggap perempuan yang memakai rok panjang itu terlihat feodal dan kuno.
Sekarang, anggapan itu hancur berkeping-keping. Yang ini semakin memakai rok  semakin mirip Galadriel, charm, kingly, Luxurious. Di bawah terpaan langit sore,  Aku mengira dia terbuat dari emas, jalannya tidak menapak tanah, makanannya cuma kelopak melati, minum cuma air embun. Wajahnya padang pasir, matanya lautan, alisnya bulan sabit,  kelopaknya mawar dilindung pagar berduri, dan semua itu kompak membentuk air muka yang berseru lantang :
               
All shall love me! And Despairs!

Mengerikan, pikirku. Aku khayal perempuan seperti itu bisa merobohkan sebuah kerajaan dengan beberapa kali senyum dan rayuan. Tapi aku ragu itu bakalan terjadi. Raut wajahnya menunjukkan dia adalah seseorang yang berkarakter. Hidup berlandaskan tujuan dan asas-asas. Cermat dalam mengatur dan meperhitungkan semuanya. Selalu memperhatikan detail dan tidak punya waktu untu hal remeh-remeh. Di kemudian hari aku tahu apa kira-kira yang memahat karakter dan kepribadiannya. Stat STR-nya sempurna. Dengan pertumbuhan INT tinggi pula. hampir setinggi anifa. Aku senang pernah mengenalnya. Gadis yang mengagumkan.
Kami berteman, untuk beberapa bulan. Aku punya beberapa kali kesempatan untuk duduk berjam-jam bersamanya. Berbagi cerita masing-masing. Dia cair sewaktu-waktu, tidak selalu angker seperti yang kupikirkan. Tapi disampingnya, supremasiku mulai menggeliat bangkit. Kecantikannya menyinggung Arcanium-ku. Seakan tak rela ada yang lebih kuat darinya. Pembuluh nadiku mengeras di setiap detik yang kuhabiskan bersamanya. Seakan tak sudi jika sampai dianggap remeh oleh dia dan segala keindahan gilang-gemilang yang dimilikinya. somehow,aku mendapatkan diriku kembali.

“aku balik ke kos dulu mas, samlikum...”
Aku senyum saja tanpa suara. Dia berjalan keluar gedung menuju sepeda motornya. lama kunikmati gerakan kibar gaunnya dari kejauhan. Menderetkan tanya apa maksud kehadirannya dalam hidup. Ini mugkin sore terakhir, SASEO mungkin tak dapat bertahan lebih lama lagi. dan segera aku tidak akan menemukannya lagi dalam hari-hariku kedepan.

Tapi, kamu tetap kenangan yang bagus untuk jadi dokumentasi hidup. Jadi, harus dengan apa aku memanggilmu? Ah, baiklah...
Aku mengetik deretan kata di HP....



Yellowshine Rose

0 komentar :

Posting Komentar