Raya Darmo 96, 16 Agustus 2014
commons.wkipedia.org |
Ada
yang bilang, ironi hidup ini seperti terbang. Semakin mendaki yang kita temui
diatas hanyalah kehampaan. Itulah mengapa burung-burung hanya diizinkan terbang
dibawah batas kekecewaan. Lain kita manusia, tak mau percaya hingga menatapnya
sendiri.
Kawan-kawanku
melesat menjauh. Segera ditelan kemacetan lalu lintas Jalan Raya Darmo di
petang itu. Syahrul membawa Abil menghilang ke utara. Rizky dan Fitri melesat
ke selatan. Aku belum beranjak dari halaman kantor PT.Dakwah Intimedia atau TV9
Surabaya. Mengamat-amatinya untuk beberapa saat. Mencoba menguatkan gambaran snapshot
yang bakal disimpan otak bakal memori masa depan. Dan, seperti biasa
menjalankan ritual.. entahlah apa namanya. Baru sekarang kusadari aku selama
melakukannya selama ini. Setiap sebelum meninggalkan tempat yang dalam beberapa
waktu menjadi lekat dengan kita. Seperti sehabis MAPABA, PKD, kamping, acara
OSJUR atau apapun. aku membiasakan diri untuk meninggalkan tempat paling akhir.
Melempar kamit pada tiap-tiap sudutnya. Tujuannya, agar kenangan serta
kearifannya terbawa bersama namun tak sampai jadi jangkar yang meberatkan
langkah menuju masa depan. Cukup diingat, jangan sampai menghantui.
Aku
paham benar bagaimana hidup ini terdiri dari episode-episode yang kaitan satu
dan lainnya bisa sangat sangat mencengangkan. Dan kita harus siap pada
tiap-tiapnya. Sesuatu bisa saja suatu saat terasa benar-benar menjadi bagian
dari kita, lalu secepat kilat menjadi sesuatu yang sama sekali asing bagi kita.
Seperti
kalian berempat, kawan-kawanku.
Akupun tak menyangka
kita akan bertemu dan menjadi begitu erat di Episode “Magang kuliah di Tv9.”
Kalian yang selama ini kuanggap orang lain. Kini serasa kawan akrab. Dan mereka
yang didalam sana yang selama ini kuanggap saudari-saudariku, serasa asing seperti
tidak pernah kenal. Hah, itulah hidup kawan, kadang-kadang bisa terasa amat
ironis.
Hari ini magang kita
selesai. Kuyakin lebih cepat dari tim manapun di almamater FDK UINSA. Rasanya
baru kemarin kita berdebat konyol di belakang
gedung tarbiyah, sekarang berpamitan setelah semua proses dilaksanakan.
Ramadhan dan Syawal ini punya banyak pernik untuk diingat dan diceritakan.
Bahwa walaupun kita dianngap inferior dikalangan kawan-kawan yang lain, kita
mampu melewati agenda dengan saling menopang, bahu-membahu, dan kerja sama. Dan
yang paling penting, dilepas dengan senyuman oleh segenap keluarga besar TV9.
Sebuah cindera yang amat berharga. Lebih berharga daripada souvenir atau medali
paling mahal sekalipun. Karena perak dan medali akan luntur. Sedangkan kesan
baik akan selalu diingat.
Karena kita, tak boleh gagal menyerap hikmah dari setiap
peristiwa..
Atau semuanya berlalu
dengan sia-sia.
maka
pelajaran-pelajaran itu, aku disini untuk menceritakannya...
0 komentar :
Posting Komentar