Jumat, 17 Februari 2012

Kami Tinggal di Black Pearl

Bondowoso, Rabu, 25 Januari 2012
                Hatiku masih berisi sumpah serapah pada Elimarandul-Rithrandril. Hingga tidak begitu sadar akan pintu yang aku masuki. Baru tatkala masuk ke dalam ruangan yang samasekali asing itu, Aku tercengang. Ransel melorot saja tanpa terasa. Langkahku pelan ke tembok yang masih baru itu. Dengan sangat hati-hati kusentuh.kususurkan jari-jariku disana.
Di mana rumahku?

Sabtu, 11 Februari 2012

7 Prosedur Membunuh Hati


Arak-Arak, Rabu, 25 Januari 2012

                Memang, Pak Tua, aku tidak mau menafikan ajaran Sayyidina Ali Karramallahu Wajha tentang lima obat hati. Tapi buat diriku sendiri, aku menetapkan prosedur tambahan. Mengantisipasi agar tidak kehilangan kontrol seperti waktu pertama kali kena serangan dulu. Prosedur ini tidak berdasar teori ilmiah manapun. Cuma didapat dari pengalaman saja. Heh, aku bukan jurusan Psikologi.
                Ah, Banyak omong kau, cepat ke intinya, punggungku mulai sakit menunggu ceritamu
                Baiklah Pak Tua, Dia hebat, kendati tidak seindah senyuman putri Luthien legenda bangsa kalian, diamnya saja sudah membuatku kecut. Kalau “dia” punya pesona saat tertawa, maka “dia” punya pesona saat diam.

Selasa, 07 Februari 2012

Still Another Wanderer

Rabu, 25 Januari 2012
                Judul diatas diambil dari musik orkestra gubahan Timothy Pinkham. Nadanya enak. Merdu mendayu, setiap loncatan nadanya seperti menghibur diri ini. Memang kupersiapkan untuk moment seperti ini. Selalu kudengarkan di bis saat perjalanan pulang. Sesaat sebelum masuk perbatasan Situbondo-Bondowoso.
                Dari jauh, mereka sudah tampak. Hijau, Tegak, Membisu, garang, magis, misterius dan diselimuti kabut.

Kamis, 02 Februari 2012

Warriors Way


Selasa, 24 Januari 2012

Centuries passed, and Still the same…
War in our Blood, Something never changes…
               
                Pernyataan senada dilontarkan 1400 tahun lalu oleh seorang komandan perang, saat pasukannya berhasil memenangkan perang ‘Gila’ yang jika dilihat dari sudut logika manapun, tak mampu mereka menangkan. “Raja’na min jihatil ashgar, ila jihatil akbar” katanya dengan tegas. Membuat sebagian besar orang di dekatnya melongo. Itu pernyataan bodoh jika saja tidak diucapkan oleh utusan terakhir tuhan bagi manusia.