Rumah Rosyidah, 17 Januari 2012
Tepat Pukul 14.00 kita sampai di tujuan. Rumah
keluarga besar Lailatur Rasyidah.
Sambutan hangat. Itu yang aku (gag tau kalo temen2) rasakan. Beberapa golongan santun mengucapkan salam,
ada kris yang langsung ke inti permasalahan “LAPAAAAARRRR…!” serunya tanpa
dosa. Coba tebak, tuan rumah langsung berpikir, Habis berapa kilo aku tarlagi
ini? Plak! Ya tuhan, mengapa aku punya teman macam ini?
Sambil melepas lelah, diisi dengan obrolan ngalor ngidul,
juga dengan suguhan berbagai panganan khas lamongan. Dan yang paling spesial, Minuman keras yang begitu
diminum langsung bikin ketagihan seperti mengandung zat adiktif yang lebih
ganas dari Cocktail, Tequilla, topi miring, Brandywine, Vodka, ataupun Whisky
Blend, yaitu Legend (bener gag tulisannya?). maka aku tertarik memberi judul hari itu dengan The Legend of Rosyidah
(Air legend suguhan mb’ rosyidah).
Haha, Ngawur ae!
Catatan disini adalah, kita boleh muda, kita boleh
ceria, kita boleh berekspresi sesukanya. Namun ingat, kebebasan seseorang
selalu dibatasi dengan kebebasan orang lain. Bukankah memalukan jika kita
dikatakan lulus mata kuliah tashawwuf tapi tak berpengaruh apa-apa pada tingkah
polah kita? Tapi tak apalah, kuulangi sedikit saja kata-kata pak Nuruddin
Suwatah.
Akhlak, Etika, dan Moral sama-sama perangkat pengatur
tingkah polah manusia. Yang membedakan ketiganya adalah alat ukur, jika akhlak
adalah dasar tingkah laku menurut agama, dan moral adalah pengatur tingkah laku
menurut budaya, maka Etika adalah pengatur tingkah laku menurut tingkat
intelektualitas sebuah tempat. Jadi, ada kebenaran kampus, ada kebenaran
kampung.
Tuntutan etika pertama yang harus kita penuhi saat
itu adalah waktu shalat dhuhur. Meski capek, Rosyida sudah harus mengusir
kawan-kawannya yang berwujud tidak terlalu jelas antara pengamen dan Mahasiswa
itu ke masjid.
Rambutmu, Rahasiamu.
Sebelumnya, aku tidak pernah membayangkan akan melihat rambut
gadis-gadis manis ini sebelumnya. Tapi. Aku kaget saat mereka dengan begitu
mudahnya membuka kerudung di dekatku. Meskipun gag total sih, alamak. Rejeki
ini. Sekali seumur hidup. Tapi, pertimbangannya, rambut mereka gag bisa dilihat
total, Cantiknya juga gag bisa dilihat secara total. Tapi dosanya sama. Rugi
donk, maka akupun memalingkan muka. Munafik? Pastinya iya.
Tidak
berhenti sampai situ, yang memakai kerudung putih malah pameran leher, batinku
“Ealah Mb’, tanpa seperti itupun aku sudah tau lek leher sampean bagus. Gag kayak punyaku bisulan! .” aku malah
jadi takut mandi di kamar mandi tuan rumah gara-gara kepergok si kerudung biru
kepalanya sudah tidak biru lagi, tapi hitam. Rejeki lagi, Rejeki Lagi. Sok
munafik luarnya. Dalamnya seneng, (hehe. Ngapunten nggeh mb’e, gag sengaja)
Yang
cowok, Lebih parah, Masih mending kalau mas KOSMA yang pameran badannya yang
memang maskulin. Tinggal ambil kamera. Trus rekam. Pasti mirip Iklan Parfum AXE,
sekali semprot, dua bidadari berjatuhan. Lah ini, yang badannya kurus
kerempeng, kulit seputih Aspal, serta banyak hiasan panu, kadas, kurap, kutu
air, kutu api. Dengan bangganya malah memamerkan badan layaknya BinaRangka. Pokoke ancur deh!.
Goncangan
itu baru terasa saat sore itu aku dan farid (entah kenapa dianggap sebagai
perwakilan kelompok, padahal aku tidak ikut pameran). Dipanggil oleh seorang
laki-laki yang ternyata adalah paman Rosyidah. Singkatnya, kami berdua merasa
malu dengan kritikan pedas yang beliau
lontarkan. Hm.. bodohnya aku, bagaimana bisa prediksi tentang kondisi
lingkungan tuan rumah yang ternyata ketat dalam urusan Hubungan laki-laki dan
perempuan itu tak masuk kepalaku?. Nah,
baru saat itu aku sadar akan konsep kebenaran Kampus dan kebenaran Kampung.
Bagi kami, selama tidak nempel terlalu ketat, tidak masalah. Tapi tidak bagi orang
kampong?
Saat
itu aku ingin berteriak “Hei temen-temen cowok, kalian yang dapet elusan dari
mb’-mb’nya, kok aku yang kena marah?…. Arrrrrgggghhh.”
Dasar
apes, kupendam saja sambil melahap Soto Lamongan Buatan Ibu Rosyidah. Nyam-nyam
(sekarang tau kan kenapa
makanku banyak?).
bersiap ke WBL besok
pagi.
The Problem with society’s… been how do we teach,
And if they believe…
(Avenged Sevenfold-The Fight)
0 komentar :
Posting Komentar