Senin, 23 Januari 2012

Persahabatan adalah Etika.


Rumah Rosyidah, 17 Januari 2012

                Tepat Pukul 14.00 kita sampai di tujuan. Rumah keluarga besar Lailatur Rasyidah.  Sambutan hangat. Itu yang aku (gag tau kalo temen2) rasakan.  Beberapa golongan santun mengucapkan salam, ada kris yang langsung ke inti permasalahan “LAPAAAAARRRR…!” serunya tanpa dosa. Coba tebak, tuan rumah langsung berpikir, Habis berapa kilo aku tarlagi ini? Plak! Ya tuhan, mengapa aku punya teman macam ini?

                Sambil melepas lelah, diisi dengan obrolan ngalor ngidul, juga dengan suguhan berbagai panganan khas lamongan.  Dan yang paling spesial, Minuman keras yang begitu diminum langsung bikin ketagihan seperti mengandung zat adiktif yang lebih ganas dari Cocktail, Tequilla, topi miring, Brandywine, Vodka, ataupun Whisky Blend, yaitu Legend (bener gag tulisannya?). maka aku tertarik memberi  judul hari itu dengan The Legend of Rosyidah (Air legend suguhan mb’ rosyidah). Haha, Ngawur ae!
                Catatan disini adalah, kita boleh muda, kita boleh ceria, kita boleh berekspresi sesukanya. Namun ingat, kebebasan seseorang selalu dibatasi dengan kebebasan orang lain. Bukankah memalukan jika kita dikatakan lulus mata kuliah tashawwuf tapi tak berpengaruh apa-apa pada tingkah polah kita? Tapi tak apalah, kuulangi sedikit saja kata-kata pak Nuruddin Suwatah.
                Akhlak, Etika, dan Moral sama-sama perangkat pengatur tingkah polah manusia. Yang membedakan ketiganya adalah alat ukur, jika akhlak adalah dasar tingkah laku menurut agama, dan moral adalah pengatur tingkah laku menurut budaya, maka Etika adalah pengatur tingkah laku menurut tingkat intelektualitas sebuah tempat. Jadi, ada kebenaran kampus, ada kebenaran kampung.
                Tuntutan etika pertama yang harus kita penuhi saat itu adalah waktu shalat dhuhur. Meski capek, Rosyida sudah harus mengusir kawan-kawannya yang berwujud tidak terlalu jelas antara pengamen dan Mahasiswa itu ke masjid.    
Rambutmu, Rahasiamu.
                Sebelumnya, aku tidak pernah membayangkan akan melihat rambut gadis-gadis manis ini sebelumnya. Tapi. Aku kaget saat mereka dengan begitu mudahnya membuka kerudung di dekatku. Meskipun gag total sih, alamak. Rejeki ini. Sekali seumur hidup. Tapi, pertimbangannya, rambut mereka gag bisa dilihat total, Cantiknya juga gag bisa dilihat secara total. Tapi dosanya sama. Rugi donk, maka akupun memalingkan muka. Munafik? Pastinya iya.
Tidak berhenti sampai situ, yang memakai kerudung putih malah pameran leher, batinku “Ealah Mb’, tanpa seperti itupun aku sudah tau lek leher sampean bagus. Gag kayak punyaku bisulan! .” aku malah jadi takut mandi di kamar mandi tuan rumah gara-gara kepergok si kerudung biru kepalanya sudah tidak biru lagi, tapi hitam. Rejeki lagi, Rejeki Lagi. Sok munafik luarnya. Dalamnya seneng, (hehe. Ngapunten nggeh mb’e, gag sengaja)
Yang cowok, Lebih parah, Masih mending kalau mas KOSMA yang pameran badannya yang memang maskulin. Tinggal ambil kamera. Trus rekam. Pasti mirip Iklan Parfum AXE, sekali semprot, dua bidadari berjatuhan. Lah ini, yang badannya kurus kerempeng, kulit seputih Aspal, serta banyak hiasan panu, kadas, kurap, kutu air, kutu api. Dengan bangganya malah memamerkan badan layaknya BinaRangka.  Pokoke ancur deh!.
Goncangan itu baru terasa saat sore itu aku dan farid (entah kenapa dianggap sebagai perwakilan kelompok, padahal aku tidak ikut pameran). Dipanggil oleh seorang laki-laki yang ternyata adalah paman Rosyidah. Singkatnya, kami berdua merasa malu dengan kritikan  pedas yang beliau lontarkan. Hm.. bodohnya aku, bagaimana bisa prediksi tentang kondisi lingkungan tuan rumah yang ternyata ketat dalam urusan Hubungan laki-laki dan perempuan itu tak masuk kepalaku?.  Nah, baru saat itu aku sadar akan konsep kebenaran Kampus dan kebenaran Kampung. Bagi kami, selama tidak nempel terlalu ketat, tidak masalah. Tapi tidak bagi orang kampong?
Saat itu aku ingin berteriak “Hei temen-temen cowok, kalian yang dapet elusan dari mb’-mb’nya, kok aku yang kena marah?…. Arrrrrgggghhh.”
Dasar apes, kupendam saja sambil melahap Soto Lamongan Buatan Ibu Rosyidah. Nyam-nyam
(sekarang tau kan kenapa makanku banyak?).
bersiap ke WBL besok pagi.

The Problem with society’s… been how do we teach,
And if they believe…
(Avenged Sevenfold-The Fight)

0 komentar :

Posting Komentar