Pantai Utara
Paciran, 3 November 2014
Asyura; Reforging our Destiny
Yesterday was a history,
Tomorrow is a mystery,
but today, is a gift..
Tiga setengah tahun
yang lalu, Kepala Musyrif kami mengutukku dengan ketidakberkahan ilmu, dan
kesulitan hidup yang akan kualami di masa depan. Dan dalam tradisi ta’limul
muta’allim, jangankan mengutuk, membuat seorang guru marah saja kerap
menjadi pangkal ketidakbarokahan ilmu. Dan tidak ada yang dihasilkan dari ilmu
yang tidak barakah selain kerusakan dan kekacauan.
Tapi
bagiku, kutukan hanya mempan pada mereka yang tidak percaya, bahwa takdir dan
nasib, seratus persen berada di tangan kita sendiri.
Dan
taruhlah suatu saat kutukan itu benar. Aku tetap akan berkontribusi. Selama
visi dan tujuan utamaku, masih tertancap di depan dahi. Aku akan tetap
memainkan peran di dunia sibernetik ini. apapun yang kulakukan –no
matter how small—akan memantik perubahan pada konstelasi makro dan mikro-kosmosnya.
Lagipula, Para penopang cita-cita besar, idealisme-idealisma global, tidak
selalu bekerja lewat jalur-jalur kebenaran. Beberapa dari mereka memantau dari
balik gelap, mengawasi dari dalam bayang-bayang. Yang menciptakan keteraturan
dunia bukan semata Struktural Fungsional, namun juga variabel-variabel konflik.
Dunia bukan cuma butuh cinta, namun juga kebencian. Begitupun bayang-bayang,
adalah konsekuensi dari munculnya cahaya. Bahwa entitas Sataniyah, yang kita diajarkan
untuk memusuhinya, Juga beribadah pada sang Khalik dengan cara dan perannya
sendiri. bahkan dia, berkontribusi dalam menjalankan protokol sunnatullah.
Dunia akan seimbang, selama force of good, and evil masih berdialektika. Dunia
akan timpang, jika salah satunya tumbuh terlalu kuat. Manusia akan jadi
terlampau buas, jika hanya ada konflik dan peperangan, sedang akan menjadi
terlalu lemah, jika terlalu lama dalam kedamaian.
Banyak
penilaian disematkan padaku, banyak asumsi dan ramalan menyertai lahir dan
hidupku. Banyak orang-orang yang mengira bahwa mereka mampu membaca taufiq
dalam sekejap saja. Banyak dari mereka yang sekan-akan tau segalanya. tapi, aku
disini, masih berdiri. Pelan tapi pasti
membuktikan bahwa mereka semua salah, mereka semua keliru. Kenapa? Karena
taufiq adalah anak dari perkawinan antara cinta dan ideologi. Ia hidup dengan
filosofi, bertindak dengan konsepsi, ia selalu mendengarkan kata hatinya,
mengedepankan akal dan pikirannya. Ia punya seribu alternatif tindakan yang
lahir dari jutaan gugusan pengetahuan.
Ia
adalah manusia multidimensi, kenal dengan kebahagiaan juga paham akan kesepian.
Dibesarkan dalam cinta dan kasih sayang namun juga mengecap panasnya kebencian.
Dalam dirinya tertanam Kebijaksanaan masa lalu dan Progresifitas masa depan.
Dididik mulai dari sudut surau yang temaram hingga studio canggih yang terang
benderang. Ia berteman dengan paradok-paradok, berkawan dengan dualisme dan
pertentangan. Dirinya, adalah sintesa dialektis antara Hati dan Pikiran, yang
menciptakan keajaiban.
Dan
mulai hari ini, tidak ada seorang cenayang, psikolog profesional, ataupun
Ahli-ahli ramal tidak Habib Musthafa ataupun Cita Nur Qomariyah yang boleh
mengklaim bisa menilai diriku. Yang boleh merasa tahu akan masa depanku. Ekspedisi muharram ini akan jadi tradisiku.
Akan terus kulakukan hingga tua nanti. Karena ini adalah isra’ mi’raj-ku.
Waktu-waktu dimana aku merasa amat dekat dengan sang pemberi kehidupan. Tak
masalah walau bukan sidratul muntaha yang aku kunjungi. Karena Sang pemberi
hidup dapat selalu kutemukan dalam setiap sujud. Sentuhannya kurasakan dalam
setiap detak jantung, asmanya kudengar diantara tiap desau angin. Dan kusebut
dalam setiap tarikan nafas. Karena ia selama ini amat dekat. dekat sekali.
Asyura
adalah dimana takdir-takdir berubah. Waktu asyura, 7 lapis langit dan 7 lapis
bumi diletakkan. Di Asyura, hujan pertama menyapa bumi. Di Asyura, Eve
diciptakan untuk adam. Di Asyura pula, taubat beliau diterima setelah 40 tahun
bersujud. Di Asyura, Nabi idris diajak mengelilingi surga. Di Asyura, Allah
mendaratkan perahu nabi Nuh beserta seluruh penumpangnya selamat dari banjir
besar. Di Asyura, Nabi Yunus dikeluarkan dari perut ikan paus. Di Asyura,
Nabisulaiman mendapatkan kembali cincin kekuasaannya. Di Asyura, Nabi Ibrahim
selamat dari kobaran api yang menjilati tubuhnya. Dan di Asyura pula, Nabi isa
diangkat ke langit untuk kelak di kemudian hari turun ke dunia, dan berseru
bahwa seluruh sabda Nabi Muhammad SAW, adalah
benar!
Asyura
adalah dimana takdir-takdir digariskan. Juga dimana takdir-takdir dirubah. Dan,
hanya kitalah satu-satunya maklhuk istimewa yang diberikan kesempatan untuk
mengukir takdir kita sendiri. Hari ini para ksatria bangkit. Mengakhiri channeling spell mereka. Menghunus
pedang untuk kembali pada pertempuran. Merekalah yang percaya bahwa nilai harus
ditegakkan. Asas harus ditancapkan. Persatuan dan kedamaian harus
diperjuangkan. Visi dan tujuan harus diraih. Merekala yang percaya bahwa hanya
jika mereka berani berbuat, semua itu dapat diwujudkan.
Asyura adalah dimana
perubahan-perubahan besar terjadi. Perubahan yang akan membuat persepsi akan
masa lalu, cara hidup kita di masa kini, serta cara pandang kita akan masa
depan, tidak akan sama lagi.
Di asyura, kawan.
Kita
akan mulai menempa takdir kita sendiri
Sometimes life is
altered,
Break from the
rope, our hands are tied....
Uneasy with,
confrontation...
Won’t turn our
rights, can’t turn our rights...
0 komentar :
Posting Komentar