Mulyorejo,
Surabaya,31 Oktober 2014
Purificational Detoxification
Ah, Judul tulisan kok seperti komposisi bahan
kimia.
Tapi itulah bulan muharram. Berlangsung Seperti detox
Sekarang bayangkan
dirimu ada di nagasaki saat pesawat pengebom jumbo B-29 Enola Gay menjatuhkan
little boy. Meskipun kau selamat,
pakaianmu harus dilucuti dan dibakar. Lalu tubuhmu harus disemprot
dengan cairan antitoksin khusus penangkal radiasi. Lalu diguyur dengan
semprotan air bertekanan tinggi sambil disikat sampai benar-benar steril.
Lalu coba katakan,
bagaimana sebuah besi dimurnikan? Yak benar, dipanggang di suhu 300 derajat
celcius hingga berpijar terang. Lalu dipukul-pukul hingga elemen kerak yang
menempel padanya berpentalan keluar. Menyisakan besi murni yang cukup kuat
untuk jadi pedang atau perisai. Tidak jauh-jauh, pakaian kotorpun harus
disikat, diputar-putar, diinjak dan dibanting-banting, dijemur di bawah terik
matahari, sebelum akhirnya menjadi mulya di dalam lemari yang harum.
Kesimpulannya, proses detox
itu tak ada yang menyenangkan.
Sebenarnya, aku tidak
mau disibukkan oleh apa-apa di sepuluh hari ini. namun, tidak tega juga rasanya
membiarkan semangat adik-adik kelas KPI dalam menggarap megaproyek PHBI
muharram mereka. Toh, inipun sebenarnya masih partisipasi memperingatinya. Ini
namanya Kebun Bibit 2, aku dan beberapa
dari mereka sedang proses syuting untuk scene akhir Film PHBI muharram. Ya,
debut pertama sebagai seorang sutradara. Daripada tidak ada kerjaan?
Proses transisi itu
selalu tidak enak. Proses pebersihan selalu tidak menyenangkan. Demikian
orang-orang selalu memuji-muji kecantikan kupu-kupu, namun jijik pada ulat dan
kepompong. Chuz, kiki, amel dan yang lain mengeluh karena taman ini yang
biasanya indah hijau, kini tampak seperti lautan lumpur karena sedang
diperbaiki dan dikeruk. Aku tertawa saja dalam hati. sama dengan anak-anak PMII
yang selalu mengoceh, berkeluh kesah dengan pembangunan kampus yang tak
selesai-selesai. Baru kemudian nanti kalau kampus sudah megah, mereka
manggut-manggut memuji program dan pelakasananya. Rakyat negeri ini sibuk
mengutuki SBY ditengah-tengah pemerintahannya. Sekarang sibuk berebut
mengucapkan terima kasih. Dan si jenderal hebat itu, dengan cool-nya
mengangguk saja. Seolah itu bukan sesuatu yang besar.
Semua butuh waktu,
semua butuh proses, dan semua punya kesempatan yang sama untuk berubah.
Penilaian jelek kadang diberikan pada seseorang. Tapi jelek tidak ada yang
permanen. Siapa tahu, keadaan dapat menjadi lebih baik. Tidak ada luka yang tak
bisa disembuhkan, jika kita mau berusaha keras memperbaikinya. Yang penting,
selalu jalani proses. Dan berhenti jadi orang yang melulu berkelana mencari hal-hal
yang ideal. Giliran saat bagus-bagusnya dia menempel, lalu pergi sehabis sepah
kehabisan manisnya. Berhenti berkelana mencari padang rumput yang hijau, dan
mulailah menanami tanahmu yang kering. Dan ciptakanlah oasemu sendiri.
Bulan yang memang
benar-benar suci adalah Ramadhan, kemudian bulan yang dimulyakan itu ada empat,
dzulqa’dah, dzulhijjah, rajab dan muharram. Muharram adalah bulan yang
disucikan, juga bulan penyucian. Muharram juga bulannya turning point, bulan
perubahan yang menjanjikan kedaan yang lebih baik. Bulan dimana takdir
berbalik, mendung tersingkap, jendela terbuka, dan harapan-harapan kembali
merekah.
Bagiku, muharram
adalah sebuah detox, proses pembersihan diri untuk menerima hikmah yang
lebih tinggi. karena cahaya hikmah mensyaratkan jiwa yang murni. Sama seperti
Rasulullah yang dibedah dulu dan disucikan dengan air zam-zam sebelum naik ke
sidratul muntaha menerima perintah sholat. Yah, nyontek-nyontek sedikit lah.
Tak ada yang bilang
proses detox itu enak, ya sakit, ya sepi, ya panas dan lapar, ya capek
dan lelah. Semuanya adalah harga, harga bagi kekuatan dan kebijaksanaan kita.
toh, kita ini laki-laki, kelak jadi suami, kelak jadi ayah. Atau bahkan mungkin
kalau mujur jadi pemimpin dunia. Jadi
kalau tidak kuat dari sekarang, nanti gimana? Pemimpin itu yang pertama kali
lapar dan yang terakhir kali kenyang. Kalau sekarang kerjanya tidur dan makan, mau
jadi ayah macam apa?
0 komentar :
Posting Komentar