Selasa, 06 Agustus 2013

Somebody to Love


Surat Kesebelas, 11 Ramadhan 1434 H.
Untuk, Achmad Yani
               
Aku percaya pak, bahwa kekuatan, kecerdasan, dan kehormatan, adalah sesuatu yang dapat diperjuangkan. Tapi untuk menemukan tautan hatimu, itu adalah sebuah anugrah.
It’s a gift... a rare gift



                Pertama-tama aku minta maaf pak, hubungan kita agak renggang setengah tahun terakhir. Aku berasumsi bahwa kamu mempunyai serentetan praduga tentangku. Memang begitulah waktu memodifikasi pandangan kita terhadap seseorang. Padahal... haha.. aku ingat dulu kita pernah mandi berdua. Katanya, antar laki-laki itu baru bisa jadi teman sejati kalau sudah telanjang bersama-sama.
                .. aduh.. maaf pak.. aku tidak tahan... mau ketawa.
                Tapi, kendatipun kamu bilang ingin jadi sepertiku, berwawasan luas dan pandai bicara, mungkin kamu belum menyadari fakta kalau aku kalah telak  darimu. TELAK! Aduh, aku ingin menertawakan diriku sendiri kalau ingat itu. Ya, waktu itu aku sedang duduk di tengah lingkaran Utama Forum Angkatan 2011 lintas fakultas. Para ketua angkatan dari masing-masing fakultas duduk berjejer. Dan aku salah satunya. Hmm.. bangga lah, dan sombong pastinya. Tapi tidak lama, tidak lama sampai kamu lewat di depan kami sambil membonceng mb mir dengan sepeda jengky biru itu.
Aku meloncat, berdiri, dan menunjuk
                Holy Shit! Itu mb mir... ! dibonceng Ahmad Yani.

                Kamu menamparku keras sekali waktu itu.
                Sekarang malah aku yang ingin jadi sepertimu. Ngomong-ngomong sepeda jengky biru itu punya siapa sih? Punya mbyuskah? Soalnya, hari-hari sebelumnya aku melihat mb mir sering menunggangi sepeda itu. Dan saat aku melihatnya melintas di kejauhan, Secara tolol aku mengangkat tangan menengadah ke langit. “Ya Allah.. aku rela kau kutuk jadi sadel sepeda jengky biru itu.”
                Tepok Jidat.
         Kita amat akrab. Bercanda riang tampa batas. Kendati tidak resmi, aku berada di lingkaran persahabatan itu. Mb Mir, Mb Mia, Mb Yus, Mb Iis, Aku, Kamu, Farid, Mb fifi. Kita masih sering jalan-jalan kendatipun tidak pernah lengkap. Kalianlah yang terhitung akrab dengan aku daripada teman kelas yang lain. Namun, suatu malam seseorang pernah mengirimkan pesan singkat padaku. Bahwa berteman karena harta, tidak akan lama. berteman karena kedudukan pasti akan sirna, berteman karena pamrih, pasti akan kecewa. Kesimpulanku, berteman itu harus bebas dari penyakit ‘karena’. Aku tidak menangkap isyarat apa-apa, kuanggap itu hanya sekedar sms biasa. “Belum ngantuk” katanya.
           Lambat laun, aku merasakan jiwaku mulai dikotori oleh penyakit ‘karena’ itu. Maka aku memutuskan untuk keluar sementara dari lingkaran itu. Setidaknya sampai ‘karena’ itu bisa dikendalikan. Aku takut, pak. Aku takut mencemari keakraban itu. Dan coba tebak, ‘karena’ itu bukan makin hilang. Tapi tambah parah. Semakin parah. Maka aku sukses mencemari hubungan keakraban itu. Aku mengkhianati pertemanan dengan dua diantaranya.
       Maka, kalian jangan ragu, aku memang sudah menyiapkan diri untuk didepak dari lingkaran persahabatan itu. Tentang alasan-alasan macam kesibukan penerbitan, tanggung jawab organisasi, Kesibukan belajar, Bla Bla Bla.
                Itu cuma alasan pak.
                Masih ingin jadi sepertiku?

                Tapi aku sering menyaksikan kalian setelah itu. Aku selalu membaca update status atau foto salah satu diantara kalian selepas pergi ke suatu tempat. ya maaf, aku permisi merasa sakit hati karena tidak diajak. Aku ingin sekali kembali seperti dulu. Tapi resiko, aku sudah tercemar, aku tidak boleh ikut kalau takut merusak suasana. Kasian mbyus, dia berusaha menetralisir keadaan. Berkali-kali dia mencoba memasukkanku kedalam lingkaran. Dan setiap itu pula suasana rusak parah. Alih-Alih akrab, Jadi semakin pahit saja.
                Soal cemburu itu, baiklah kuakui itu memang benar. Aku jadi sedikit sensitif padamu. Maaf maaf maaf. Tentu saja Rumusan jadi pintar, Populer, pegang kekuasaan, pemimpin forum, dan tukang teriak bukan resep yang tepat membuat mb mir tertarik padaku. Dan sialan, aku tidak siap kalah! Aku memangkas komunikasi denganmu. Sikap yang tidak layak sebagai seorang laki-laki. Bahkan hingga perasaan kepada mb mir secara total teralihkan pada orang lain yang memiliki pesoa berkali-kali lipat lebih kuat, aku belum bisa menerima kekalahanku secara sempurna pak.
                Tapi mungkin sekarang aku sudah sadar. Kuharap kita bisa berteman lagi semester depan. Aku tidak punya banyak untuk diungkapkan. Hanya;

                Satu, Aku mengaku kalah
                Dua,  kamu jauh lebih beruntung daripada aku
                Tiga, Jaga dia baik-baik.. perempuan macam itu jarang jaman sekarang.
               
                Dan seperti katamu... addunya mata’un, wa khaira mata’iha Al Maratus Shalihah

                  

1 komentar :

  1. Hahc . . :o
    "aku ingat dulu kita pernah mandi berdua. Katanya, antar laki-laki itu baru bisa jadi teman sejati kalau sudah telanjang bersama-sama."..
    haduhc .. no Coment kalo ini..


    mmh..
    Menjadi lebih terbuka kalo gNi..
    berHarap tagh merusak Persahabatan yg Indah dengan msalah sperti ne, tpi susah memang menerapkanx..
    hehe *sogh tw..

    Tetap Genggam Tangan dan Saling Berpelukan .. ^^

    BalasHapus