Jumat, 02 Agustus 2013

In Course to be A Woman


Surat Keenam, 06 Ramadhan 1434 H.
Untuk, Lailatur Rasyidah.

Tau sebuah fakta unik Mb Ros, meski kedengaran tak sekeren yang lainnya. Tapi deret namamu memiliki susunan gramatikal bahasa terbaik diantara semuanya. Lailatur Rasyidah. Momen yang selalu kukejar setiap tahunnya. Hanya orang-orang khusus yang beruntung mendapatkanya. Orang yang terbukti kualitas ibadah dan spiritualitasnya. Dan aku percaya begitu kita mendapatkannya, kita memiliki kebijaksanaan yang tidak dimiliki makhluk lainnya.

                Dulu, Mb ros, seorang perempuan pernah mengeluh kepadaku. Tentang semua kekurangannya. Tentang keterbatasannya. Bahwa dengan keadaannya terlalu banyak batasan yang meghalanginya berbuat banyak. Batasan yang enghalanginya meraih mimpi. Bahkan-kuharap secara tidak sengaja- dia mengungkapkan menyesal jadi seorang perempuan. Ingin jadi seperti laki-laki. Mungkin dia iri tidak sebebas laki-laki. Dalam porsi sosial dan kedudukan. Agilitas, kemampuan memimpin, dan kekuatan secara naluriah dan jasmaniah. Juga mungkin karena dia tidak secantik yang lain. Belum tahu saja dia, bahwa aku benar-benar bahagia mendengar tawanya. Menantikan setiap hari kehadirannya. Melihat gerakannya. kehadirannya mampu mengusir penat dan lelahku. Dalam keadaan apapun. Dia tidak sadar, aku amat bersyukur tuhan meletakkan seorang perempuan seperti dia dalam hidupku.
                Jadi perempuan itu Mb Ros, rumusnya sederhana.
                Waktu muda, jagalah harga diri dan keluargamu.
                Setelah menikah, mengabdilah pada suami.
                Berputra,  besarkan didiklah dia dalam tuntunan agama
                 Tua, merapatlah pada yang Maha Kuasa.

                Pasti Surga, Mb ros, percaya padaku.

                Tidak seperti kami laki-laki, yang membawa setumpuk objective yang teramat rumit saat dibawa ke dunia ini. Setumpuk tanggung jawab. harus terlibat dalam banyak konflik kemanusiaan. Kadang harus mengawal beban dan dosa sejarah. Terikat dengan banyak sekali atribut, Khalifatullah fil’ Ardh, warasatul anbiya’, imamul mukminin, Ulul Albab,Ulin Nuha, dan seabrek perangkat hidup dan kepribadian lainnya. Bukan hal mudah dititipi kekuatan lebih. Semua ada porsi sidangnya di akhirat kelak. Sedetik kelalaian bisa berbuah neraka. Kami bertaggung  jawab atas kelangsungan Agama Allah ini. Bertanggung jawab atas kaderisasi anak-anak dan istri kami. Bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup umat manusia. Karenanya kami membentuk pemerintahan-pemerintahan, federasi-federasi, kerajaan-kerajaan, liga-liga,  perserikatan-perserikatan, lembaga-lembaga, organisasi-organisasi, dan keluarga-keluarga. Semuanya dibentuk untuk memastikan semua urusan manusia teratur rapi.
                Maha besar Allah telah menciptakan Partner terbaik bagi kami.
                Kalian, para perempuan.  
Makhluk ajaib yang bisa menyuntikkan tenaga magis saat jiwa ini sedang lelah. Antidot ampuh yang mampu menyembuhkan. Teman yang tidak pernah membosankan. Dan unit support  terbaik saat menjalankan tugas. Kami membangun dunia ini, kalian menghiasinya. Bisa apa kami tanpa kalian?
                Aku juga pernah sepertimu, Mb ros.
Merasa keadaan amat tak adil pada kita. Ingin sekali berhenti dan berlari pulang. Gelap dan inginnya Cuma menangis saja. Selalu digelisahkan dengan menyesali kekurangan-kekurangan kita. Pikiran pun tak bisa diandalkan untuk membawa kita keluar dari kondisi tersebut. Namun, jangan berhenti menengadahkan tangan ke langit. Berjalanlah. Bergerak!, maju!, rapatkan kancing baju dan cari! Jangan berhenti sampai ketemu! Ada sesuatu dalam diri kita –tak peduli seberapa kecilnya- yang mampu membuat hidup kita berarti. Berarti meskipun kita adalah makhluk terjelek sedunia.
Aku menyebutnya, Alasan.

Aku minta maaf mb ros, tidak bisa lagi jadi topanganmu. Karena sekarangpun, aku sedang memasuki masa-masa gelap ketiga. Sedang berusaha bergelut dan memenangkan kendali atas diriku. Kelak, berhentilah menangis. Mulai belajar berpijak di atas kakimu sendiri. Orang dengan kesulitan hidup lebih punya kesempatan yang lebih pula untuk melompat ke derajat yang lebih tinggi. jangan mengandalkan taufiq. Taufiq Cuma makhluk kerdil yang bisa jatuh dan menangis kapan saja, bahkan dengan alasan paling konyol sekalipun.
                Yang terpenting, dalam kedaan sesempit apapun, jangan lupakan kata-kata ini.
               
                Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadin,
                Qad dlakat hiilati, adrikni ya Rasulullah.

                 

0 komentar :

Posting Komentar