Untuk, Rifda Aliana Rizali
Emm.. Mb Rif, aku harus
sesuaikan pembahasan buat pean nih. Yah, walaupun sebenarnya agak konyol orang
seperti aku membahas hal macam ini.
Pernahkah kamu
mengungkapkan cinta? Atau seseorang mengungkapkan cintanya padamu? Bagaimana
rasanya Mb rif? Kalau aku sih mb rif, belum pernah. Jadi tidak tahu bagaimana
rasanya. Tapi, aku kenal beberapa ungkapan cinta paling Romantis yang dikenang
sejarah. Dan dicatat oleh seorang penulis.
Pertama,
diungkapkan dengan lima Kata ;
“Ya
Rasulullah, Ijinkan Kupenggal Lehernya!”
Lalu,
diungkapkan dengan Empat kata;
“Ya
Rasulullah, Aku Percaya.”
Ungkapan
dengan tiga kata;
“Islammu,
itulah Maharku”
Dengan dua
kata;
“Selimuti
Aku”
Dan, satu
kata
“Ahad!”*
Tidak
relevan ya? Kadang aku juga pikir begitu mb rif. Lima kata adalah ungkapan pembelaan
total sayyidina ‘Umar pada Rasulullah. Empat kata oleh sayyidina Abu Bakar saat
semua orang menuduh Rasullah gila saat menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj.
Hanya Abu Bakar yang percaya. Itulah mengapa beliau digelari Ash-Shiddiq. Tiga
kata, oleh Ummu Sulaim saat Rasulullah melamarnya. Dua kata, oleh yang mulya
Baginda Nabi sendiri saat berlari ketakutan selepas mengalami peristiwa
dahsyat, dipeluk malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama. Beliau meminta
sang istri, Siti Khadijah untuk menyelimutinya. Dan satu kata, oleh Bilal bin
Rabah saat merasa raganya tak berdaya ditindih batu berat di bawah terpaan
panas matahari gurun. Dia hanya ingat sebuah dzat yang belum lama dikenalnya,
namun amat berbekas di hatinya, Ahad!
Tapi
sejujurnya mb rif, aku lebih suka gaya
Amirul Mukminin sayyidina Umar dalam mengungkapkan kecintaannya pada sesuatu.
Pada insiden forum Tsaqifah Bani Sa’idah,
beliau bersama Abu bakar bahu membahu
membangun argumen meyakinkan forum bahwa pengganti Rasulullah harus berasal
dari kalangan Muhajirin suku Quraisy. Sementara itu Sa’ad Ibn Ubadah sudah
pusing duluan mendengar akan dicalonkan jadi pemimpin kaum muslimin oleh kaum
anshar. Ketika akhirnya pihak anshar menyetujuinya,dan ketegangan forum mereda,
Giliran dua sahabat karib itu yang adu
mulut. Mereka saling tunjuk satu sama lain untuk jadi khalifah.
Abu Bakar (nyerobot) : Berikan tanganmu Umar, kami akan bersumpah
setia kepadamu!
Umar (berkelit) :
Tidak, Demi Allah, jangan kau pukul aku di leherku denga beban ini! Jangan
tambah dosaku dengan beban ini! Aku lebih suka menumbuhkan cinta kau muslimin
pada Abu Bakar
Abu Bakar : Kau lebih kuat
dariku...
Umar : Jika ada kekuatan dalam
diriku, maka itu untuk melayanimu!
Abu bakar diam tak bisa menjawab
Tiba giliran Umar yang apes jadi khalifah. Beliau
mengumpulkan anak-anaknya malam-malam buta. Lalu memberikan nasihat. “ayahmu
ini dulunya hanya seorang pemuda biasa yang menggembalakan untanya Khattab. Dan
mengambil upah setiap hari sepotong kurma dan kismis. Lalu Allah meninggikan
derajat kita dengan islam. Maka sadarlah kalian bahwa kalian adalah putra-putra
khalifah. Orang-orang memandang kalian seperti burung melihat daging. Jika
mereka menerkam kalian, celakalah kalian. Maka jika aku memerintahkan
orang-orang untuk meninggalkan sesuatu, maka jadilah kalian orang pertama yang
meninggalkannya. ” lalu beliau menegaskan pernyataannya “Demi Allah... kalian tidak akan melakukan sesuatu yang
kularang pada orang lain, kecuali dengan hukuman yang berlipat! ”
Lalu di suatu subuh, pembicaraan antara Amirul
Mukminin dan istrinya.
“Serius kau mau ke masjid
dengan pakaian seperti itu?”/“kenapa? Yang penting bisa melindungiku dari panas
dan dingin. Itu cukup. Aku punya dua jubah. Yang satunya pun kondisinya sama”/“kau
bisa mintakan yang ketiga untukmu.” /“ Demi Allah tidak, tapi mungkin kamu
bisa..”/“apa tidak lebih baik shalat dirumah? Kamu tahu aku lebih suka itu.”/”kamu
ingin aku kehilangan pahala berjama’ah dan melewatkan khutbah dari Amirul
Mukminin?” umar tersenyum “kalau begitu, laksanakanlah untuk shalat siang hari,
bukan shalat pagi dan malam. ” lalu sang istri menyitir hadist Rasulullah
“setahuku Umar tidak pernah melarang apa yang diperbolehkan rasulullah.”
Skak mat.
"Jadi, aku berangkat dahulu atau kamu?” kalah debat,
umar menjawab ketus ”menurutmu yang datang duluan itu jama’ah atau imamnya ?”
sang istri pun melangkah pergi. Umar mengikuti di belakagnya. Senyum-senyum
sendiri.
Apa hubungannya ya mb rif? Hahaha.. aku juga pikir
begitu. Tapi kisah romantisme juga terjadi pada generasi terbaik umat islam.
Rasul dan para sahabatnya. Hanya saja mereka tidak terbiasa mengungkapkannya
dengan cara yang kita kenal sekarang.
Akupun begitu mb rif, tidak terbiasa dengan ungkapan
kasih sayang. Dan itu jadi kesulitan tersendiri bagi kami kalau tiba-tiba ingin
mengungkapkan sebentuk kasih sayang pada orang-orang sekitar kita. Yang jelas,
aku percaya bahwa ungkapan kasih sayang itu tidak selalu terucap melalui
kata-kata manis dan puisi yang mendayu dayu. Senyum dan rayuan. Adakalanya
ungkapan kasih sayang harus diungkapkan dengan teriakan. Tindakan kasar.
Bentakan keras.
Aku tidak mau mengaku-ngaku seperti sayyidina Umar,
tapi. inilah caraku mengungkapkan cintaku pada kamu, dan teman-temanku yang
lain. Inilah cara kami. Aku tahu kamu marah atas sikap kerasku. Apa boleh buat,
mb rif, didikanku keras, dan aku tumbuh di lingkungan orang-orang keras.
Aku minta maaf mb rif, mungkin caraku ini Salah.
Tidak semuanya berbuah kebaikan. Tapi aku melakukan itu karena aku mencintai
kalian. Aku ingin kita sama-sama mengerti tentang memikul kepentingan bersama,
mentaati pemimpin, menghargai sesama teman, dan saling mengingatkan dalam
kebaikan. Karena aku percaya teman yang
baik bukanlah orang yang membenarkan semua perkataan dan perbuatan kita. Teman
yang baik adalah yang menyeret kita kembali ke jalan yang benar. Mengingatkan
kita saat salah.
Samakah rasanya mb rif? Samakah dengan ungkapan cinta
yang pernah kamu terima?
Bolehkah aku menyebut yang ada dihatiku ini sebagai
cinta?
Kalau boleh, maka ketahuilah, Aku mencintaimu... dan
seluruh teman-temanku.
0 komentar :
Posting Komentar