Senin, 05 Agustus 2013

The Other Signs of Love

Surat Kesembilan, 09 Ramadhan 1434 H.
Untuk, Rifda Aliana Rizali

Emm.. Mb Rif, aku harus sesuaikan pembahasan buat pean nih. Yah, walaupun sebenarnya agak konyol orang seperti aku membahas hal macam ini.
Pernahkah kamu mengungkapkan cinta? Atau seseorang mengungkapkan cintanya padamu? Bagaimana rasanya Mb rif? Kalau aku sih mb rif, belum pernah. Jadi tidak tahu bagaimana rasanya. Tapi, aku kenal beberapa ungkapan cinta paling Romantis yang dikenang sejarah. Dan dicatat oleh seorang penulis.

Pertama, diungkapkan dengan lima Kata ;
“Ya Rasulullah, Ijinkan Kupenggal Lehernya!”
Lalu, diungkapkan dengan Empat kata;
“Ya Rasulullah, Aku Percaya.”
Ungkapan dengan tiga kata;
“Islammu, itulah Maharku”
Dengan dua kata;
“Selimuti Aku”
Dan, satu kata
“Ahad!”*

Tidak relevan ya? Kadang aku juga pikir begitu mb rif. Lima kata adalah ungkapan pembelaan total sayyidina ‘Umar pada Rasulullah. Empat kata oleh sayyidina Abu Bakar saat semua orang menuduh Rasullah gila saat menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj. Hanya Abu Bakar yang percaya. Itulah mengapa beliau digelari Ash-Shiddiq. Tiga kata, oleh Ummu Sulaim saat Rasulullah melamarnya. Dua kata, oleh yang mulya Baginda Nabi sendiri saat berlari ketakutan selepas mengalami peristiwa dahsyat, dipeluk malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama. Beliau meminta sang istri, Siti Khadijah untuk menyelimutinya. Dan satu kata, oleh Bilal bin Rabah saat merasa raganya tak berdaya ditindih batu berat di bawah terpaan panas matahari gurun. Dia hanya ingat sebuah dzat yang belum lama dikenalnya, namun amat berbekas di hatinya, Ahad!
Tapi sejujurnya  mb rif, aku lebih suka gaya Amirul Mukminin sayyidina Umar dalam mengungkapkan kecintaannya pada sesuatu. Pada insiden forum  Tsaqifah Bani Sa’idah,  beliau bersama Abu bakar bahu membahu membangun argumen meyakinkan forum bahwa pengganti Rasulullah harus berasal dari kalangan Muhajirin suku Quraisy. Sementara itu Sa’ad Ibn Ubadah sudah pusing duluan mendengar akan dicalonkan jadi pemimpin kaum muslimin oleh kaum anshar. Ketika akhirnya pihak anshar menyetujuinya,dan ketegangan forum mereda,  Giliran dua sahabat karib itu yang adu mulut. Mereka saling tunjuk satu sama lain untuk jadi khalifah.

Abu Bakar (nyerobot)     : Berikan tanganmu Umar, kami akan bersumpah setia kepadamu!
Umar     (berkelit)            : Tidak, Demi Allah, jangan kau pukul aku di leherku denga beban ini! Jangan tambah dosaku dengan beban ini! Aku lebih suka menumbuhkan cinta kau muslimin pada Abu Bakar
Abu Bakar                           : Kau lebih kuat dariku...
Umar                                   : Jika ada kekuatan dalam diriku, maka itu untuk melayanimu!
               
                Abu bakar diam tak bisa menjawab
               
             Tiba giliran Umar yang apes jadi khalifah. Beliau mengumpulkan anak-anaknya malam-malam buta. Lalu memberikan nasihat. “ayahmu ini dulunya hanya seorang pemuda biasa yang menggembalakan untanya Khattab. Dan mengambil upah setiap hari sepotong kurma dan kismis. Lalu Allah meninggikan derajat kita dengan islam. Maka sadarlah kalian bahwa kalian adalah putra-putra khalifah. Orang-orang memandang kalian seperti burung melihat daging. Jika mereka menerkam kalian, celakalah kalian. Maka jika aku memerintahkan orang-orang untuk meninggalkan sesuatu, maka jadilah kalian orang pertama yang meninggalkannya. ” lalu beliau menegaskan pernyataannya “Demi Allah...  kalian tidak akan melakukan sesuatu yang kularang pada orang lain, kecuali dengan hukuman yang berlipat! ”
                Lalu di suatu subuh, pembicaraan antara Amirul Mukminin dan istrinya.
“Serius kau mau ke masjid dengan pakaian seperti itu?”/“kenapa? Yang penting bisa melindungiku dari panas dan dingin. Itu cukup. Aku punya dua jubah. Yang satunya pun kondisinya sama”/“kau bisa mintakan yang ketiga untukmu.” /“ Demi Allah tidak, tapi mungkin kamu bisa..”/“apa tidak lebih baik shalat dirumah? Kamu tahu aku lebih suka itu.”/”kamu ingin aku kehilangan pahala berjama’ah dan melewatkan khutbah dari Amirul Mukminin?” umar tersenyum “kalau begitu, laksanakanlah untuk shalat siang hari, bukan shalat pagi dan malam. ” lalu sang istri menyitir hadist Rasulullah “setahuku Umar tidak pernah melarang apa yang diperbolehkan rasulullah.”
           Skak mat.
          "Jadi, aku berangkat dahulu atau kamu?” kalah debat, umar menjawab ketus ”menurutmu yang datang duluan itu jama’ah atau imamnya ?” sang istri pun melangkah pergi. Umar mengikuti di belakagnya. Senyum-senyum sendiri.
                Apa hubungannya ya mb rif? Hahaha.. aku juga pikir begitu. Tapi kisah romantisme juga terjadi pada generasi terbaik umat islam. Rasul dan para sahabatnya. Hanya saja mereka tidak terbiasa mengungkapkannya dengan cara yang kita kenal sekarang.
                Akupun begitu mb rif, tidak terbiasa dengan ungkapan kasih sayang. Dan itu jadi kesulitan tersendiri bagi kami kalau tiba-tiba ingin mengungkapkan sebentuk kasih sayang pada orang-orang sekitar kita. Yang jelas, aku percaya bahwa ungkapan kasih sayang itu tidak selalu terucap melalui kata-kata manis dan puisi yang mendayu dayu. Senyum dan rayuan. Adakalanya ungkapan kasih sayang harus diungkapkan dengan teriakan. Tindakan kasar. Bentakan keras.
                Aku tidak mau mengaku-ngaku seperti sayyidina Umar, tapi. inilah caraku mengungkapkan cintaku pada kamu, dan teman-temanku yang lain. Inilah cara kami. Aku tahu kamu marah atas sikap kerasku. Apa boleh buat, mb rif, didikanku keras, dan aku tumbuh di lingkungan orang-orang keras.
                Aku minta maaf mb rif, mungkin caraku ini Salah. Tidak semuanya berbuah kebaikan. Tapi aku melakukan itu karena aku mencintai kalian. Aku ingin kita sama-sama mengerti tentang memikul kepentingan bersama, mentaati pemimpin, menghargai sesama teman, dan saling mengingatkan dalam kebaikan.  Karena aku percaya teman yang baik bukanlah orang yang membenarkan semua perkataan dan perbuatan kita. Teman yang baik adalah yang menyeret kita kembali ke jalan yang benar. Mengingatkan kita saat salah.

      Samakah rasanya mb rif? Samakah dengan ungkapan cinta yang pernah kamu terima?
      Bolehkah aku menyebut yang ada dihatiku ini sebagai cinta?


      Kalau boleh, maka ketahuilah, Aku mencintaimu... dan seluruh teman-temanku.
  

0 komentar :

Posting Komentar