Minggu, 04 Agustus 2013

First Song



Surat Kedelapan, 08 Ramadhan 1434 H.
Untuk, Al-Ustad Sinyur Bangun Negoro

Tat, aku jadi jengkel sendiri mengingat-ingat masa itu. Teman satu kosku geleng-geleng kepala saat menyaksikanku duduk di pagar, menatap langit sore dan menyanyikan So Far Away sendirian. katanya, dia belum pernah melihatku seperti itu. “aku mau banca’an begitu ketuaku punya pacar.“ katanya. Aku tertawa saja. Dan terus bernyanyi.

                 So... far... away...
                Then i need you to know...

                Daripada sebuah permintaan maaf, ini mungkin lebih cocok disebut ucapan terima kasihku yang tak terhingga. Karena kau mengajarkan ilmu baru padaku. Membukakan dunia baru padaku. Itu yang menjadikanmu guruku. Kalau Sayyidina Ali mentahbiskan diri sebagai hamba seorang yang mengajarkannya satu huruf saja, kau mengajarkanku banyak huruf. Em G D Bm C, dan masih banyak lagi.
                Oke, beberapa hari setelah peluncuran lagu pertamaku (ah, rasanya ingin bunuh diri saja) yang gagal total, Aku didera trauma konyol. Lagu itu kuhapus dari seluruh private storage-ku. Hape, flasdisk, laptop, hardisk eksternal, CD, semuanya. Padahal lagu itu favoritku sejak dulu. Aku tak pernah lagi mendengarkannya selama beberapa bulan. Aku jadi alergi melihat gitar. Salahku. Padahal, aku begitu senang dulu semasa SMA saat menyusuri udara sore pantai sambil memutarnya di telingaku.
Namun, pasca hari-hari itu, Lagu itu berubah menyakitkan di telinga, badan, dada, kepala, semuanya.menimbulkam keram dimana-mana. Aku lari kalau kebetulan lewat depan warnet yang memutarnya. Juga berang kalau temanku menyetelnya di hape. Aku memutuskan vakum. Namun, Seiring waktu berlalu. Aku mulai memberanikan diri memegang gitar lagi. Suatu sore aku  terbangun sendirian. suasana langit merah dan angin melambai. Kuletakkan jari di Em, dan menyetrumnya sekali, dua kali.. dan mengalirlah lagu itu. Setelah sekian lama.
I tried to heal the broken heart... with all that I could...

Waw, aku sendiri tidak percaya aku bisa menyanyi sebagus itu.
Ternyata memang harus dinyanyikan sendirian 
               
                lagu itu memang tidak pernah tersampaikan secara sempurna. Tapi sebuah hikmah yang tak pernah kusadari, karena terlalu banyak memperhatikan satu hal lain, adalah... bahwa aku telah berhasil menembus ketidakmungkinan. Ketidakmungkinan yang kuciptakan sendiri. Kamu tahu tat, aku berasal dari keluarga dan lingkungan yang tak mengenal musik. Bahkan mungkin ayah akan memenggal kepalaku kalau ketahuan uang yang dikirimkannya kubelikan gitar. Baru setelah ayah mengetahui untuk apa gitar itu dibeli, dia akan memenggalku dua kali, mencincang kepalaku dan memasukkannya ke dalam Blender sebelum aku sempat berkata “aku puasa dua minggu untuk menebus jatah makanku, bi... ”
                kendati tumbuh di lingkungan islam fanatik, Fenomena aneh saat aku jadi gila pada musik cadas-nya A7x.  Entahlah, aku suka setiap kandungan filsafat dalam setiap liriknya. Di pondok Pesantren dahulu, Aku berkhayal bahwa suatu saat aku memegang gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Lagu itu. Hayalan itu pasang surut diterpa cemoohan teman sekamar yang bilang aku sinting. Atau melihat rumitnya gambar guitar Chords yang kubeli di pedagang lapak. Impian itu terasa jauh sekali. Tapi, akhirnya aku disini, memegang gitarku sendiri. Dan berhasil menyempurnakan lagu pertama dalam hidupku. Memainkan melodiku sendiri.
                Aku berhasil mewujudkan mimpi itu tat, takut-takut aku membisiki diri sendiri bahwa Ini sepercik dari kekuatan cinta (sidang pembaca saya persilahkan muntah). Aku rela tiga jari kiriku berdarah. Kaku terlalu lama memencet senar. Aku melatihnya dari awal. Mulai belajar memencet senar, memindah jari, kunci demi kunci, fret demi fret, not demi not, nada demi nada, lagu demi lagu. Kadang hampir menangis merasakan betapa sulitnya menyesuaikan tempo lagu dengan gerakan strum. Aku bilang pada tuhan, aku memang tidak punya bakat musik, tapi ijinkan aku menguasai lagu ini. dan menyanyikannya di depannya. Satu lagu saja. sekali saja.
                Well, si tuhan sialan itu tak ingin aku berhenti di satu lagu saja.
                Makanya dia menggagalkannya.

                Okelah tat, aku kini mulai bisa menerima kenyataan. Seperti nasihatmu, aku tidak boleh berhenti bermusik hanya karena gagal disini. Keindahan dunia yang diciptakan-Nya tidak akan habis oleh ratusan juta lagu yang diciptakan oleh manusia. Aku masih bisa menyanyi untuk mengenangnya. Sepahit apapun aku telah berusaha.
                Kelak aku ingin jadi seorang gitaris hebat, tat. Minimal bisa jadi lawanmu dalam Duel Guitar Battle beradu setang menyilang seperti Zacky Vegeance dan Synister Gates. Menciptakan harmoni Serangan Nada mematikan pada para pendengarnya. Untuk itu aku butuh bimbinganmu. Butuh ilmu darimu. Jangan berhenti mengajariku. Aku juga tak akan berhenti belajar.


                Let the Song, Begin... Master!  

0 komentar :

Posting Komentar