Selasa, 06 Agustus 2013

Every Warrior, Had A Quest


Surat kesepuluh, 10 Ramadhan 1434 H.
Untuk, Muhammad Miftah Farid

Heart... Beat... Fast... Colours and promising...
How to be Brave... How could i love when im afraid... to fall!

Apa kabar hatimu, Saudaraku? Setelah semua waktu yang berlalu, masihkah kau mencintainya? Aku yakin, masih. Aku tidak pernah meragukanmu.

Mengagumkan bagaimana cinta memberi pelajaran pada kita. Mengagumkan bagaimana proses hikmah itu tertanam dalam di hati ini. Dan mengagumkan, sedikit menjengkelkan, bagaimana teman-teman kita terlibat begitu banyak cinta segitiga. Dan agak memalukan aku turut terlibat di dalamnya.
Dialah tuhan, katanya, ini pelajaran buat kita, datang padamu perasaan cinta dan hikmah mendalam, disertai cobaan dan rasa sakit yang menyiksa, Kecemasan-kecemasan, Tekanan di ulu hati, dan masa dimana kau kehilangan dirimu. Namun tak seberapa lama, ya tak akan lama lagi Dia akan berseru. Ghafartu.. likulli dzunub, Satartu... Likulli ‘uyub, Kasyaftu... likullil kurub, Kafaytu... ‘Adal Mukminin. Seiring waktu semuanya akan diangkat dari kita. Semua yang menghimpit dada ini. Suatu waktu kita akan bisa bernafas lagi. Lalu Dia akan tersenyum sambil meledek,
                Kembalikan sakit, cemas, dan kesusahannya. Kalian boleh simpan Hikmah dan Cintanya.
                Saudaraku, Dia itu Agung dan Pengasih, juga menyebalkan!

                Hari-hari itu supremasiku masih kuat. Punya resistensi tinggi mengatasi segala kesulitan dan keterbatasan.  Kepalaku masih cemerlang. Mampu mengatasi segala keadaan. Aku melihatmu sebagai sesosok culun yang terlalu baik. Terlalu polos. Hingga kadang tak bisa menunjukkan sikap sebagai seorang laki-laki. Apalagi saat tiba tuhan menempatkan hatimu untuk jatuh pada seseorang. Semakin membuatmu kacau. Yang kulihat saat itu hanya seorang laki-laki yang diam saja dirinya diinjak-injak dan diremehkan. Bersikap dan bertindak tak beraturan. Tak punya dasar pemikiran dan prinsip hidup. Lalu bersusah-susah ria hanya karena satu alasan, cinta. Puih.. segampang itu laki-laki dikalahkan oleh perasaannya sendiri. “Konslet!” kataku suatu hari.
                Tak lama kemudian, aku konslet juga. Di lubang yang sama pula.
                Hahaha, Kualat!

                Jangan Khawatir sobat, kaku-kaku begini, aku pernah jatuh cinta (Sidang pembaca saya persilahkan muntah dahulu). Tapi judulya selalu sama, “Pungguk Merindukan Bulan.” Aku tahu rasanya, jika memandangnya dari kejauhan, kita benar-benar merasa sebagai laki-laki yang tidak berharga sama sekali. Mendadak ciut. Cuma bisa melihatnya berjalan di kejauhan, lalu memutar langkah sambil mengutuki diri sendiri.
Dulupun aku begitu, lebih parah darimu. Seorang anak culun yang mengutuki dunia yang tercipta tak adil pada kita.  Kita diberikan rasa, plus ketidakmungkinan untuk memuaskannya. Ibarat dianugerahi rasa lapar, namun tidak diberi kemampuan untuk mencari makan. Ya, kisa cinta itu hanya milik mereka manusia muda makmur yang rupawan. Tidak untuk kita anak jelek culun yang Cuma bisa mengelap ingus dan menangis saat dianiaya. Sampai aku memegang sebuah keyakinan;
Setiap Anak laki-laki itu istimewa.

Setelah itu aku sadar. Jadi seorang laki-laki tidak hanya tentang bagaimana mencintai dan dicintai. Dunia ini dipercayakan pada kita. Peradaban ini ada di tangan kita. Dan Agama ini tanggung jawab kita. Di masa saat kita memutuskan untuk mengusap air mata, dan melangkah maju mengambil sebuah amanah dan meletakkannya di punggung,  saat itulah hidup kita akan benar-benar berharga. Saat itulah para malaikat mengamini langkah kita.
Tahbiskanlah diri sebagai seorang pejuang, Bukan pujangga yang mati merana di padang pasir. Mati meratapi cintanya. Mereka menderita, kitapun menderita. Mereka merana, kitapun merana. Hanya saja, orang yang tak punya apa-apa, punya kesempatan yang lebih baik untuk Ikhlas, orang yang didera rasa sakit, punya kesempatan lebih untuk jadi orang yang sabar. Orang yang sering dikhianati, punya kesempatan lebih untuk jadi setia. Orang yang selalu dihimpit kesulitan, punya kesempatan lebih untuk meraih kemulyaan. Dan kita mengambil kesempatan itu. Mereka tidak!
Setiap laki-laki itu istimewa. Karena dia memikul beban, Meski tahu punggungnya akan segera patah. Dia terjun ke dalam bahaya, meski tahu tubuhnya ringkih akan hancur. dia bukan Bodoh! Dia hanya percaya bahwa tuhan ada dan tak akan meninggalkannya. Dia bukan Nekat! Dia hanya percaya la yukallifullaha nafsan illa wus’aha.. dia bukan sok kuat, Cuma menghitung bahwa jika dia berani memikul beban sepuluh orang, tuhan akan memberinya kekuatan sebelas orang, jika dia berani memikul lima puluh orang, tuhan akan memberinya kekuatan enam puluh orang. Jika dia berani memikul seratus orang, tuhan akan memberinya kekuatan dua ratus orang. Dan jika saja ia berani memikul beban dunia, Tuhan akan mengirimkan sepasukan malaikat untuk membantunya.
Setiap laki-laki itu istimewa, saudaraku. Setiap Rasul Istimewa, setiap Nabi dan filsuf Istimewa. setiap Waliyullah dan Emisari itu Istimewa. setiap ‘Ulama dan ilmuan itu Istimewa, Setiap Huffad dan Mufassirin itu istimewa. Setiap Khalifah dan Raja itu Istimewa. Setiap pemimpin dan Ketua itu istimewa, setiap Ayah itu Istimewa, setiap Suami itu Istimewa, setiap Pemuda itu istimewa. Dan kau, saudaraku-pun, pasti Istimewa.
Jadi, kenapa kita masih duduk menangis. Mari kita hadapkan wajah kita yang jelek ini pada para penantang. Yang mencoba merusak nilai-nilai murni ajaran hidup dan agama kita. Mengapa tidak kita jadikan saja tubuh kita yang kurus kerempeng ini ganjalan pintu rahmat langit agar tetap terbuka pada semesta. Mengapa tidak kita jadikan punggung ringkih kita sebagai alas agar roda besar zaman tetap berjalan. Mengapa tidak kita hadiahkan dada tipis kita sebagai Bumper penyelamat benturan antar peradaban? Mengapa tidak kita kuliti saja badan kita agar teman-teman kita tetap merasa hangat? Mengapa tidak kita potong daging kita sendiri agar kawan-kawan kita tetap bisa makan?  
 Jadi, kenapa tidak kau sambut tanganku. Mari bangkit bersamaku, berlari mengejar mereka. Tidakkah kau ingin dalam waktu hidup kita yang singkat dan tidak berharga ini, kita terjun dan bergabung dalam rombongan mereka. Zumratis Sabiqin... kelak dihari kiamat mungkin kita bisa berbangga dibangkitkan bersama mereka. Bukan untuk apa-apa, bukan untuk menjadi “Laki-laki yang dirindukan surga” bukan untuk mengisi waktu “Penantian yang Agung” bukan sekedar perkerjaan sampingan “Sebelum kau Halal Bagiku” bukan untuk membuktikan ”Aku mencintaimu karena Allah” dan bukan agar “semua punya jodohnya masing-masing.”
Persetan dengan itu semua! Kita hanya kenal pengabdian dan kesetiaan. tak masalah kalau akhirnya kita nanti hancur jadi debu. Mungkin kelak kisah kita akan dikenang. Mungkin perjuangan kita akan dilagukan. Oleh putra-putra kita sendiri. Mungkin semuanya akan menyaksikan, bukankah ayah kita adalah seorang pengabdi umat?
Aku minta maaf saudaraku, aku meremehkanmu, nyatanya, kamu lebih kuat dariku. You can stand next to her. Im not. Tapi, kini kita sama-sama paham. I share your pain... I share your blood... I share the same feeling...


Kita berdua, saudaraku. Mungkin memang bukan laki-laki yang pantas dicintai.
Tapi maukah kau berjalan bersamaku, menghias hidup kita yang tak berharga ini.
Jika iya, mengangguklah, dan ayo teriakkan dua kata ini;


Strenght and Honour!

STRENGHT!!!  And  HONOUR!!!

1 komentar :

  1. Karna itu semua belum Indah pada waktunya . .
    Tagh perLu berkecil Hati untuk mendapatkan kesempatan yg masih terluang banyak . .
    Aq yakin kalian nanti aKan menemukan seoRang Bidadari dambaan kaliand, yang lebih Indah dari pengalaman sbelumx . .

    Orang" yang memandang itu adalah kelemahanmu, sbenarnya itu kelebihanmu yang Luar biasa Rid. .
    Meski tagh dapat kau miLiki namun Kebahagiaan itu sudah kau dapatkan saat dekat dengannya . .

    Ganbatte Farid . .
    Tetaplah tersenYum meski sbenarnya Hati terLuka ..
    Rawat saja yg sKrang.. xixi
    jaga Baik" itu . . :p
    .
    Maz Opegh juga . .
    Keep smiLe ^^

    BalasHapus