Senin, 12 Mei 2014

Em 2/2 2013

Surabaya, 7 November 2013.
cetic souljourney.com
Sacred Journey

Home’s left behind...
The worlds ahead...
There are many path, to thread..

Kamar itu resmi menjadi sejarah hari ini. Kalian yang pernah pindah tempat tinggal pasti paham rasanya. Tidak mudah, bukan. Meninggalkan tempat kita tinggal. Apalagi dengan sejuta kenangan. Ini berat. Namun, sepertinya aku memang ditakdirkan untuk menjadi penjaga penuh organisasi ini dua tahun kedepan. Aku harus pindah meski itu berarti semakin jauh dari dirinya.
Ya, masih tersisa penyesalan aku tak lagi bisa melihat Balkon istana tempat pujaan hati ini keluar di pagi hari. Dan masih menggumpal ketakutan bahwa ini sinyal dia akan menjadi tak lebih dari sejarah di kehidupanku. Tapi, inilah panggilan tugas. Rumah ini kendati tak sebagus tempat tinggal sebelumnya, tapi insyaallah akan menjadi persemaian bibit-bibit baru. Kader-kader pemimpin dunia. Inilah kawah candradimuka. Home Base tempatku dan kawan-kawan akan berjuang menjunjung bendera yang sudah soak di kanan kiri. Aku harus mempersiapkannya.     
Tahukah kawan, kenapa hari ini begitu penting? Ya, karena sebuah perjalanan bersejarah dimulai hari ini. Seratus liga menuju utara makkah. Rasulullah menempuh padang pasir, meretas bahaya menuju kota impian. Di antara beliau dan tujuannya. Terhampar padang pasir gersang, malam-malam dengan angin yang meremukkan tulang. Binatang-binatang beracun. Perompak padang pasir. Serta bayang-banyang ancaman kejaran kaum kafir quraisy. Di sampingnya, seorang sahabat yang setia. Sayyidina Abu Bakr As-Shiddiq.
Dan kaum muslimin. Ah, kita tidak benar-benar mampu untuk membayangkan kecamuk hati mereka. ditinggalkannya seluruh harta, rumah, sawah-ladang, ternak serta tanah air yang membesarkan mereka. demi keselamatan akidah yang mereka genggam dengan penuh keyakinan. 
Sebelumnya, tinta emas Al-Qur’an menggoreskan  pula sebuah perjalanan besar Nabi Muhammad. Perjalanan yang diberikan tuhannya untuk menyeka hatinya dari kesedihan yang mengguncangkan. Diawali dengan penyucian diri di sumur zamzam, menempuh malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho, lalu melesat naik menuju hadirat Rabb-nya untuk menerima direct order  baginya dan seluruh umat manusia setelah itu.
Kenapa perjalanan? Karena itulah manusia. Akan selalu bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan. Selama pertanyaan itu terus bermunculan, manusia tidak akan pernah berhenti mencari jawabannya. Melintas gunung, menyelami lautan. Mengarungi luar angkasa. Apapun agar rasa ingin tahu itu terpenuhi. Satu jawaban, akan memunculkan seribu pertanyaan baru. Begitu seterusnya, Manusia tidak akan pernah berhenti berusaha mengenali dirinya sendiri.
Dengan perjalanan, kawan.. kita belajar untuk tawakkal. Menggantungkan setipis benang hidup kita pada sang pemelihara di atas sana.  Perjalanan adalah sebuah proses penyucian diri. Penghancuran kebekuan hati. Sebelum hati ini siap menerima cahaya ilahiah. Sebelum pemahaman baru ditanamkan pada diri kita. Dalam perjalanan, kawan… kebijaksanaan mungkin diraih. Di tepi-tepi jalan itu, Pelajaran mungkin dipetik. Untuk lebih bijaksana, mata kita perlu lebih banyak melihat.  Telinga ini butuh lebih banyak mendengar. Kaki ini, butuh lebih banyak melangkah.  
                Kini, kita tak boleh lagi menjadi anak panah yang tidak pernah lepas dari busurnya. Ataupun air yang berhenti mengalir, menggenang busuk dan diinjak-injak orang. Ataupun harimau yang tidak pernah meninggalkan sarangnya hingga mati kelaparan. Kita adalah rajawali, yang menaklukkan langit dengan cita-cita kita. Menguasai bumi dengan pengetahuan kita. Menaklukkan gelap dengan hati dan pemikiran kita.

                Esensi hari ini adalah sebuah keberanian. Keberanian untuk hijrah. Hijrah dari keadaan beku menuju langit pencerahan. Menghijrahkan hati ini, kepada yang lebih baik. Keberanian untuk meninggalkan tempat tidur yang nyaman dan hangat. Keluar menantang hujan badai dan panas. Di ufuk destinasi ada janji, kawan. Janji akan kebaikan yang berlimpah. Di sana ada kebijaksanaan diraih. Ayo, berangkat, kawan… bukalah pintu, dan pakailah sepatu. jalan di depan menantimu. Berhias aral, bertabur ayat-ayat tuhan. 

0 komentar :

Posting Komentar