Senin, 12 Mei 2014

Em 2/6 2013

House of Sanctuary, 14 November 2013
Light of Devotion, Reunited!
               

 Every soul of man is Immortal…
                But the soul of Righteous one, is immortal,  and Divine…
                                                                                                         --Socrates--


                Mengendap-endap, pemuda itu masuk ke halaman Tajug agung yang gelap itu. Lampu-lampu sengaja dimatikan karena manakib sudah dimulai. Dengan cerdik dan sedikit licik dia menyusup diantara jama’ah yang mulai khusyuk diayun sakr-nya masing-masing. Berharap lolos dari pegawasan sang guru besar, dia langsung duduk tanpa dosa merapal lafal yang untungnya secara prosedural sudah  dihafalnya. Sepertinya lancar.
                Jama’ah telah satu persatu menyelesaikan riyadhah-nya masing-masing. Dia masih jauh dari hitungan. Tajug sudah mulai sepi, jama’ah mulai berpamitan. Si pemuda telat itu kesemutan diserang kantuk, capek, ingin minum, dan pegal-pegal. Ujung matanya mencuri kesempatan ditengah “konsentrasi penuh tanpa toleransi” yang diwajibkan. Mendapati sang guru merebahkan badan dan memejamkan mata diatas matras peristirahatannya. Tinggal mereka berdua. Hatinya nyeletuk “ kalau sebentar lagi Mbah kai tidur, istirahat bentar ah..”  
Lalu tiba-tiba sang guru melompat bangun dari tidurnya. Masih dengan mata terpejam  menunjuk ke arah luar tajug dan berteriak keras.
“He Goblok! Selesaikan bacaanmu atau nanti kamu tidak tajam sama sekali.”
Si pemuda langsung mengkeret ketakutan dan tidak berani berpikir macam-macam lagi.
                Hahaha.. dasar ayah.

Kelak, pemuda itu jadi ayahku. Murid nakal dengan syari’at yang masih asepsap tapi jadi kesayangan gurunya. Dan satu pengalaman unik saat riyadhah muharramnya semasa muda dulu.
                Ada ungkapan seorang bijak, stand fast and never doubt. Berdirilah yang tegak dan jangan pernah goyah. Pertanyaannya, dimanakah kita berdiri? Apa yang kita yakini? Apa yang kita bela? Banyak orang hidup tanpa konsepsi, kawanku. Mereka yang dikaruniai kebahagiaan di sekeliling mereka. bahagia dengan apa yang dimiliki, bahagia dengan semua yang ada di genggaman mereka. mereka akan menghabiskan hidupnya mengejar kebahagiaan itu. Namun kukatakan, kawan.. mereka tidak akan pernah menemukan akhir dari pencariannya. Saat diri mereka menuntut untuk lebih  dan lebih lagi.
                Mari kuceritakan kau tentang kesetiaan.
Kesetiaan adalah milik para pria-pria berideologi. Yang mengikat diri mereka pada sebuah tujuan mulia. Saat mereka memutuskan untuk meyakininya. Keyakinan, kawanku.. tak ada yang lebih mampu menentramkan hati daripada kata-kata ini. Kau tidak bisa mengalahkan seorang pria dengan keyakinan yang bulat. Pria-pria ini menemukan kebahagiaannya pada setiap tetes keringat, darah, dan airmata yang mereka jatuhkan. Mereka menemukan kebebasannya pada setiap detik sujud. Pada setiap tangkupan tangan. Pada setiap tundukan kepala. Pada setiap bentuk ketaatan yang dapat mereka berikan.  Firman-Nya, hanya hambanya yang taat saja yang tak akan pernah tergoyahkan.
                Saatnya kita menjadikan diri kita seperti mereka, Martin Luther King, yang mengikatkan diri pada Protestanisme, melawan ortodoksi gereja. Nelson Mandela yang mentahbiskan diri untuk melawan Apertheid. Karl Heinrich Marx. Sebagai nabinya kaum tertindas, Abraham Lincoln yang memperjuangkan tegaknya demokrasi. Mahatma Gandhi yang bersumpah untuk melawan segala bentuk kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
                Kau juga, kawanku.. ikatkanlah diri kalian pada nilai-nilai itu. Jadilah pria berideologi. Yang berani menentukan sikap. Berani dimusuhi. Berhentilah berusaha menjadi putih tanpa noda. Saatnya berkubang lumpur, saatnya berkalang tanah. Nilai-nilai mulai di bumi ini butuh pembela. Butuh pelindung. Ikatkanlah dirimu pada tujuan yang kau yakini, dan rasakanlah kekuatan mengaliri darahmu…

Jika kau menyakini sesuatu, kenali dia, cobalah untuk menyukainya, belajarlah untuk mencintainya, lalu lakukan apapun yang kau bisa untuk setia padanya.


        

0 komentar :

Posting Komentar