Minggu, 06 Januari 2013

1


Ekspedisi Muharram : 
Lonely Days
Kamis, 15 November 2012
               
                Such a Lonely day,
                And it’s mine,
                The most loneliest day in my life...

                Besok  adalah hari ulang tahunnya.
                Dan kosakata haram itu muncul lagi, Rindu...
                Aku semakin gelisah saja. Andai saja aku bisa memberikan sesuatu yang spesial, mungkin dia, mungkin dia.. Plak!, aku benci diriku sendiri.
               
Minggu-minggu ini surabaya memasuki musim penghujan. Langit terus-terusan gelap diselimuti mendung. Ada saja tingkah tuhan mendramatisir suasana. Sialan!, apalagi di kamar kosku yang baru. Tempatnya memang cukup nyaman, namun, ini adalah hari-hari yang menyiksa. Hari-hari yang aneh. Hari-hari dimana aku merasa jadi mayat hidup.
                Maka akupun duduk. Mencoba melihat kembali keadaan sekitar. Take look at my own life. Minimal, apa yang tersisa darinya. Beginilah hidup tanpa memiliki alasan. Tak memiliki arah dan tujuan, seperti walking dead. Impian hancur, dikhianati sahabat, teman-teman menjauh, kuliah kacau, belajar mandek, nilai terjun bebas, lingkaran duniaku seperti Stuck di tempat ini. Belum lagi disiksa semacam perasaan berlebih terhadap seseorang. I’d Lost My power, I’d lost everything. Maka, pertanyaan yang menyakitkan itu kembali muncul, “untuk apa kau ada di tempat ini?”
                Sebuah pesan singkat masuk, dari Dian.
                Aku hampir lupa, isyarat mendung ini....
                Angin yang berubah...
Bau tanah...
harum dedaunan...
Rasa panas dibelakang leher.
Tidak salah lagi, arak-arakan mendung diatas mulai bergerak meninggalkan siklusnya. Aku bisa menebak, bulan telah kembali pada titik berangkatnya dahulu. Pergantian tahun, beberapa jam lagi muharram akan tiba. Sebentar lagi langit akan membuka barikade gaibnya. Beribu wujud akan memasuki Etheral form-nya. Dan ribuan tiang cahaya akan naik.  Mencoba melakukan Channeling Spell langsung ke langit. Mencoba meraih slot energi mistik untuk bekal setahun kedepan. Ya, Muharram adalah bulan para ksatria berlutut sambil mengasah pedangnya.
Ya Allah, mengapa aku sampai lupa.
Kusimpan rapat-rapat keinginan untuk memberinya Something Special. Dan semua bayang skenario melempar telur dan tepung yang kemudian memicu tawa lepasnya yang merdu dan membunuh. The quest still lay before us. Jauh disana, Abah mungkin sudah siap sedia memasuki Etheral Form-nya. Aku putranya, kapan aku bisa seperti dia kalau aku tidak mulai dari sekarang. Beberapa minggu lalu, dia memberikanku spell baru. Tapi rapalannnya lumayan susah. Aku heran, dalam kondisi terlemah hatiku, dia menilai aku sudah cukup bijaksana untuk di bukakan kunci tahap satu. Mungkin juga dia khawatir akan keadaanku di jauh sini. Sehingga dia merasa perlu memberiku proteksi tambahan.
Aku membuka kertas hasil tulisan tangannya itu.
Bagaimanapun, ini hadiah kesukaanku, ayah... Terima kasih.
Baiklah, setelah meminta izin, aku mempersiapkan diri untuk mencoba melakukan channeling spell pertamaku. Tapi aku akan melakukannya dengan cara berbeda. Aku ingin mendengar suara tuhan sekali lagi. Aku sangat ingin mendengar suaranya, terutama di masa keraguan hebat seperti sekarang. Maafkan aku teman-teman, aku harus memutus kontak dengan kalian sementara. Saat ini aku merasa hidupku sudah hilang. Aku sudah mati. Mati sebelum mati. Karena keberadaanku tak berarti.
Hari kelahiran sang putri adalah hari kematianku.

Ekspedisi Muharram, dimulai...
Decoding The Spell of Command Aura...     

0 komentar :

Posting Komentar