Ekspedisi Muharram :
Lonely Days
Lonely Days
Kamis, 15 November 2012
Such a Lonely day,
And it’s mine,
The most loneliest day in my life...
Besok adalah
hari ulang tahunnya.
Aku semakin gelisah saja. Andai saja aku bisa
memberikan sesuatu yang spesial, mungkin dia, mungkin dia.. Plak!, aku benci
diriku sendiri.
Maka akupun duduk. Mencoba melihat kembali keadaan
sekitar. Take look at my own life. Minimal, apa yang tersisa darinya.
Beginilah hidup tanpa memiliki alasan. Tak memiliki arah dan tujuan, seperti walking
dead. Impian hancur, dikhianati sahabat, teman-teman menjauh, kuliah kacau,
belajar mandek, nilai terjun bebas, lingkaran duniaku seperti Stuck di
tempat ini. Belum lagi disiksa semacam perasaan berlebih terhadap seseorang. I’d
Lost My power, I’d lost everything. Maka, pertanyaan yang menyakitkan itu
kembali muncul, “untuk apa kau ada di tempat ini?”
Sebuah pesan singkat masuk, dari Dian.
Aku hampir lupa, isyarat mendung ini....
Angin yang berubah...
Bau
tanah...
harum
dedaunan...
Rasa
panas dibelakang leher.
Tidak
salah lagi, arak-arakan mendung diatas mulai bergerak meninggalkan siklusnya.
Aku bisa menebak, bulan telah kembali pada titik berangkatnya dahulu.
Pergantian tahun, beberapa jam lagi muharram akan tiba. Sebentar lagi langit
akan membuka barikade gaibnya. Beribu wujud akan memasuki Etheral form-nya.
Dan ribuan tiang cahaya akan naik.
Mencoba melakukan Channeling Spell langsung ke langit. Mencoba
meraih slot energi mistik untuk bekal setahun kedepan. Ya, Muharram adalah
bulan para ksatria berlutut sambil mengasah pedangnya.
Ya
Allah, mengapa aku sampai lupa.
Kusimpan
rapat-rapat keinginan untuk memberinya Something Special. Dan
semua bayang skenario melempar telur dan tepung yang kemudian memicu tawa
lepasnya yang merdu dan membunuh. The quest still lay before us. Jauh
disana, Abah mungkin sudah siap sedia memasuki Etheral Form-nya. Aku
putranya, kapan aku bisa seperti dia kalau aku tidak mulai dari sekarang. Beberapa
minggu lalu, dia memberikanku spell baru. Tapi rapalannnya lumayan
susah. Aku heran, dalam kondisi terlemah hatiku, dia menilai aku sudah cukup
bijaksana untuk di bukakan kunci tahap satu. Mungkin juga dia khawatir akan
keadaanku di jauh sini. Sehingga dia merasa perlu memberiku proteksi tambahan.
Aku
membuka kertas hasil tulisan tangannya itu.
Bagaimanapun,
ini hadiah kesukaanku, ayah... Terima kasih.
Baiklah,
setelah meminta izin, aku mempersiapkan diri untuk mencoba melakukan channeling
spell pertamaku. Tapi aku akan melakukannya dengan cara berbeda. Aku ingin
mendengar suara tuhan sekali lagi. Aku sangat ingin mendengar suaranya,
terutama di masa keraguan hebat seperti sekarang. Maafkan aku teman-teman, aku
harus memutus kontak dengan kalian sementara. Saat ini aku merasa hidupku sudah
hilang. Aku sudah mati. Mati sebelum mati. Karena keberadaanku tak berarti.
Hari
kelahiran sang putri adalah hari kematianku.
Ekspedisi
Muharram, dimulai...
Decoding
The Spell of Command Aura...
0 komentar :
Posting Komentar