Minggu, 06 Januari 2013

3


Ekspedisi Muharram;
To The Edge of Night
Joyoboyo, 23 November 2012, 00.03 Am, Decoding the spell of Command Aura...

             Home’s Left behind..
The world’s ahead...
There Are many paths.. to Thread.
The Shadows...to the edge of the Night,
All shall fade...
All... Shall... Fade...
.
                Suara Pippin terus menerus berputar di kepalaku. Nyanyian yang amat menggetarkan. Walau minim nada dan irama. Deep.  Pantas saja Lord Denethor langsung rusak nafsu makannya. Suara itu mengantarkan firasat buruk langsung ke ulu hatinya.

                Entah kenapa Ampeldenta tiba-tiba terbayang di kepalaku. Aku tidak cukup tenang malam ini. Jadi kuputuskan untuk melanjutkan saat ini juga. Tidak besok pagi seperti yang direncanakan. Sehabis hujan lampu PJU jalan ahmad yani sering dimatikan. Kesulitan aku melihat jam tangan. Kudu merapat ke dop dekat kios tambal ban. Jam 12 lebih tiga menit, cukupkah?
                Persetan, yang penting maju.
                Sepi, sepi sekali.
Mungkin ini yang disebut si Peregrin took sebagai Edge of the night. Titik waktu dimana kehidupan berhenti sejenak. Seperti video yang di-pause oleh sang Mahakuasa. Hanya kau satu-satunya yang hidup. Hanya kau satu-satunya yang bergerak. Hanya kau satu-satunya yang real di tempat ini. Semua benda menjadi nyata dan semu disaat bersamaan.  Malam ini menyadarkanmu. Mengembalikanmu ke titik asal. Dimana kau hanya sebuah hadirat kosong. Kini kau Cuma  bisa mengingat-ingat semua yang menempel padamu. Pakaian, barang, rumah, teman, sahabat, keluarga, bahkan Nama. Mereka yang mewarnaimu. Mereka yang menjelaskan keberadaanmu. Dan ketika malam saat mereka ditarik darimu, kau kembali pada asal. Kosong.          
                Malam, kenapa pada malam hari suara pesawat terbang terdengar makin keras? Ah, jangan pesawat terbang lah, kenapa suara dentang jam dinding terdengar lebih keras sedangkan di siang hari hampir tidak terdengar? Kenapa suatu waktu, kita berdiri cukup jauh dari jalan raya, Namun saat tengah malam, suara kendaraan bermotor terdengar lebih keras padahal tempatnya jauh sekali? Kenapa suara adzan tengah malam kadang terdengar keras kadang terdengar lirih? Mengapa hantu, setan, jin, dedemit, jenglot, wa’alihi wasohbihi harus menampakkan diri waktu malam? Mengapa waktu istijabah diletakkan di sepertiga malam terakhir? Mengapa do’a banyak dikabulkan saat dipanjatkan melalui langit malam? Mengapa Allah menaburkan karunianya beberapa saat sebelum fajar?
                 Gubernur suryo.
                Sejak dulu aku percaya bahwa dunia ini dibagi menjadi dimensi-dimensi. Setiap dimensi dihuni oleh makhluk tertentu. dimensi nol yang hanya terdiri dari satu titik. Dimensi satu yang terdiri dari sebuah garis. Dimensi dua dimana hanya terlihat objek panjang dan lebar. Dimensi tiga, tempat kita tinggal, terdiri dari panjang, lebar, dan tinggi. Dimensi empat, punya banyak sisi yang tidak bisa kita jelaskan. Karena aturannya, makhluk dari dimensi yang lebih rendah, tidak dapat melihat makhluk yang memiliki dimensi lebih tinggi. Itulah mengapa Jin bisa melihat kita, kita tidak bisa melihat mereka.
                Balai Kota.
Namun, menurutku, masih banyak dimensi lain yang tidak terjelaskan. Sebanyak separator desimal yang pernah ditemukan. Mungkin sebanyak spektrum yang dipantulkan oleh sebuah berlian, atau mungkin lebih. Manusia punya dimensinya sendiri, malaikat, bahkan Tuhanpun punya dimensinya tersendiri.
Sidotopo.
Antar tiap dimensi, Tuhan menciptakan batas. Batas yang Unbreachable. Ini bertujuan agar masing-masing penghuni dimensi bisa melaksanakan kehidupanya secara proporsional dan balance. Agar keseimbangan tetap terjaga. Coba banyangin kalau tidak ada batas itu, bisa-bisa manusia kencan malam mingguannya bukan sama manusianya, tapi sama malaikat. Wadaw
Malam adalah waktu dimana batasan antar dimensi-dimensi tersebut memudar. Kalau tidak mau dikatakan menipis. Sehingga kadang kita bisa melihat, mendengar, ataupun merasakan sesuatu yang diluar nalar. Mimpi, ramalan, visi, kita sering mendapat firasat juga. Bisikan-bisikan misterius. Perasaan-perasaan aneh. Penampakan-penampakan aneh kerapkali mengampiri mata kita. Wahyupun datangnya rata-rata pada malam hari. Ilham, ma’unah, petunjuk, semuanya datang pada malam hari. Kadang orang-orang tertentu yang dikaruniai kasyaf, dapat merasakan, mendengar, bahkan melihat ke dimensi lain, ada yang hebat bisa seenaknya saja bermain-main diantara berbagai dimensi  tersebut.
Itulah mengapa do’a kita lebih istijabah di malam hari. Jika diibaratkan roket, do’a kita menemui lebih sedikit hambatan untuk meluncur naik mengetuk pintu langit. Kendatipun semua tergantung kekuatan Booster tiap orang yang tentunya memiliki kualitas spiritual yang berbeda-beda. Ada beberapa yang sudah mampu mengetuk bahkan menembus dimensi malakut. Naik dan menyapa Rabbul ‘Alamin. Ada yang sampai ketinggian tertentu, loyo dan kandas. Jatuh kembali ke dunianya.
Ampeldenta.
Dan inilah aku, seonggok makhluk kerdil yang berjalan diantara gelap malam. Menerobos celah-celah kegelapan. Berusaha mencari sesuatu, entah apa itu. Yang jelas sesuatu itu amat dibutuhkan. Sesuatu yang memanggil-manggil, somewhere. Sesuatu yang tak akan pernah membuat Hati, pikiran, tangan dan kaki ini tenang di tempatnya.
               
                To the Edge.. of the Night,

0 komentar :

Posting Komentar