Bondowoso, 10 Dzulhijjah 1423 H
Hari ini diperingati, karena sebuah Ultimate
Sacrifice.
Dimana ujianmu diletakkan?
Di sebuah tempatkah? Di suatu waktukah? Pada sebuah bendakah? Atau pada
seseorang? Lalu manakah yang lebih baik diantara keempat pilihan diatas?
Aku
hanya ingin memberitahumu kawan, hati-hati dengan hatimu. Hati-hati dengan
keinginannya. Karena hati yang berbolak-balik, kerap menginginkan (Mencintai) sesuatu
yang tidak kita ketahui, dan tidak kita butuhkan. Saat itu seolah-olah hanya
itu yang kita butuhkan. Hanya itu saja yang dapat membeli kebahagiaannya. Dan,
parahnya kadang kita berjanji untuk mengorbankan apa saja demi mendapatkannya.
Allah sangat murka saat Nabi Nuh meminta keselamatan anak durhakanya. Padahal,
jika kita berpikir, apa salahnya seorang ayah meminta keselamatan anaknya?
Hati-hati
akan janjimu kawan. Karena tidak ada beban seumur hidup seberat janji yang tak
bisa ditepati. Banyak orang yang menginginkan (mencintai) sesuatu, rela menjanjikan
apapun demi mendapatkannya. Rela menjual apapun, rela menandatangani kontrak
dengan setan sekalipun demi Cinta, karena cinta adalah kata lain dari Keinginan
yang tidak terkendali.
Hati-hati
kawan. Tuhan mungkin mengabulkan keinginanmu. Namun, itu bisa jadi anugerah
sekaligus ujian terberatmu. Yang kelak akan menghancurkanmu, atau membuatmu
jadi semakin Kuat.
Seperti
Nabiyullah Ibrahim.
Hari ini
diperingati, karena sebuah Ultimate Sacrifice
dahulu kala, siang malam beliau berdoa’, siang malam beliau gelisah.
Memimpikan seorang putra yang kelak akan jadi penerus perjuangannya. Belahan
jiwa dan curahan kasih sayangnya. Hingga untuk “membeli” kebahagiaan beliau,
sang istri merelakan beliau untuk menikah dengan pembantunya. Siti Hajar. Dana
benar, kegelisahan beliau seolah lenyap seketika saat putranya, Nabiyullah
Ismail lahir. Hari-hari beliau terasa begitu bahagia. Hidup terasa begitu
lengkap. Yah, tapi itu tak berlangsung lama. saat Allah menegur beliau. Ya
Ibrahim, uufi bi’ahdika, Uufi bi’ahdika. Setelah itu Beliau harus
menanggung rentetan sakit hati yang beruntun.
Karena rumusannya jelas, Semakin besar cintanya,
semakin sakit rasanya.
Siti Sarah meminta siti
Hajar dan Isma’il keluar dari rumahnya. Sakit hati jilid 1.
Nabi Ibrahim diperintahkan
meletakkan anak istrinya di tengah padang tandus, Sakit hati jilid 2.
Nabi Ibrahim diperintahkan
meninggalkan mereka dan kembali ke palestina, sakit Hati jilid 3.
Kebahagiaan itu seakan kembali lagi saat bertahun-tahun kemudian beliau
diijinkan untuk menemui anak dan istrinya. Terkejut saat mendapati tanah tandus
tempatnya dulu meninggalkan mereka berubah jadi mekkah mini. Dan keduanya
adalah tokoh terkemuka. Bahagia karena melihat keduanya sehat tanpa kekurangan
apapun. Sejenak sepertinya kebahagiaan mereka kembali lagi.
Namun, tak lama kemudian,
terdengar suara dari langit, ya Ibrahim, Uufi bi’ahdika, Uufi bi’ahdika...
Nabi
Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Putranya, Sakit hati, Hufft... Jilid 4.
Hari
ini diperingati, karena sebuah Ultimate Sacrifice.
Ujian dibuat, untuk membuktikan manakah yang lebih
kita pilih, cinta itu sendiri, atau Sang pemberi cinta. Pemberian, atau sang
pemberi. Karena sesungguhnya, pengorbanan yang paling disukai Allah, adalah
pengorbanan akan sesuatu yang paling kita cintai. Jika Nabi Adam diuji dengan
siti Hawa, Nabi Nuh diuji dengan putranya, Nabi Luth diuji dengan istrinya,
Nabi Ibrahim diuji dengan ayahnya, Nabi Sulaiman diuji dengan harta dan
kekuasaannya, dan Nabi Muhammad diuji dengan pamannya,
Jadi, dimanakah
ujianmu di letakkan? Karena ujianku, diletakkan pada seseorang.
You’re my hardest test, Milady...
If I Pass this
test,
The God,
Will grant me a better strenght..
0 komentar :
Posting Komentar