Minggu, 06 Januari 2013

Ketika Ujianmu, Diletakkan pada Seseorang


Bondowoso, 10 Dzulhijjah 1423 H

                Hari ini diperingati, karena sebuah Ultimate Sacrifice.
Dimana ujianmu diletakkan? Di sebuah tempatkah? Di suatu waktukah? Pada sebuah bendakah? Atau pada seseorang? Lalu manakah yang lebih baik diantara keempat pilihan diatas?
Aku hanya ingin memberitahumu kawan, hati-hati dengan hatimu. Hati-hati dengan keinginannya. Karena hati yang berbolak-balik, kerap menginginkan (Mencintai) sesuatu yang tidak kita ketahui, dan tidak kita butuhkan. Saat itu seolah-olah hanya itu yang kita butuhkan. Hanya itu saja yang dapat membeli kebahagiaannya. Dan, parahnya kadang kita berjanji untuk mengorbankan apa saja demi mendapatkannya. Allah sangat murka saat Nabi Nuh meminta keselamatan anak durhakanya. Padahal, jika kita berpikir, apa salahnya seorang ayah meminta keselamatan anaknya?

Hati-hati akan janjimu kawan. Karena tidak ada beban seumur hidup seberat janji yang tak bisa ditepati. Banyak orang yang menginginkan (mencintai) sesuatu, rela menjanjikan apapun demi mendapatkannya. Rela menjual apapun, rela menandatangani kontrak dengan setan sekalipun demi Cinta, karena cinta adalah kata lain dari Keinginan yang tidak terkendali.
Hati-hati kawan. Tuhan mungkin mengabulkan keinginanmu. Namun, itu bisa jadi anugerah sekaligus ujian terberatmu. Yang kelak akan menghancurkanmu, atau membuatmu jadi semakin Kuat.
Seperti Nabiyullah Ibrahim.
Hari ini diperingati, karena sebuah Ultimate Sacrifice 
            dahulu kala, siang malam beliau berdoa’, siang malam beliau gelisah. Memimpikan seorang putra yang kelak akan jadi penerus perjuangannya. Belahan jiwa dan curahan kasih sayangnya. Hingga untuk “membeli” kebahagiaan beliau, sang istri merelakan beliau untuk menikah dengan pembantunya. Siti Hajar. Dana benar, kegelisahan beliau seolah lenyap seketika saat putranya, Nabiyullah Ismail lahir. Hari-hari beliau terasa begitu bahagia. Hidup terasa begitu lengkap. Yah, tapi itu tak berlangsung lama. saat Allah menegur beliau. Ya Ibrahim, uufi bi’ahdika, Uufi bi’ahdika. Setelah itu Beliau harus menanggung rentetan sakit hati yang beruntun.
                Karena rumusannya jelas, Semakin besar cintanya, semakin sakit rasanya.

Siti Sarah meminta siti Hajar dan Isma’il keluar dari rumahnya. Sakit hati jilid 1.
Nabi Ibrahim diperintahkan meletakkan anak istrinya di tengah padang tandus, Sakit hati jilid 2.
Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan mereka dan kembali ke palestina, sakit Hati jilid 3.
            Kebahagiaan itu seakan kembali lagi saat bertahun-tahun kemudian beliau diijinkan untuk menemui anak dan istrinya. Terkejut saat mendapati tanah tandus tempatnya dulu meninggalkan mereka berubah jadi mekkah mini. Dan keduanya adalah tokoh terkemuka. Bahagia karena melihat keduanya sehat tanpa kekurangan apapun. Sejenak sepertinya kebahagiaan mereka kembali lagi.
Namun, tak lama kemudian, terdengar suara dari langit, ya Ibrahim, Uufi bi’ahdika, Uufi bi’ahdika...

Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Putranya, Sakit hati, Hufft... Jilid 4.
                Hari ini diperingati, karena sebuah Ultimate Sacrifice.
               
                Ujian dibuat, untuk membuktikan manakah yang lebih kita pilih, cinta itu sendiri, atau Sang pemberi cinta. Pemberian, atau sang pemberi. Karena sesungguhnya, pengorbanan yang paling disukai Allah, adalah pengorbanan akan sesuatu yang paling kita cintai. Jika Nabi Adam diuji dengan siti Hawa, Nabi Nuh diuji dengan putranya, Nabi Luth diuji dengan istrinya, Nabi Ibrahim diuji dengan ayahnya, Nabi Sulaiman diuji dengan harta dan kekuasaannya, dan Nabi Muhammad diuji dengan pamannya,   
Jadi,  dimanakah ujianmu di letakkan? Karena ujianku, diletakkan pada seseorang.

            You’re my hardest test, Milady...
                If I Pass this test,
The God,
Will grant me a better strenght..

0 komentar :

Posting Komentar