Ekspedisi Muharram;
Wa’bud Rabbaka, Hatta
ya’tikal yaqin
Pesarean Syaichona Cholil, Bangkalan 23 November 2012, Decoding The Spell of Command Aura...
Hidup itu,
menurutku adalah mirip seperti yang digambarkan Thomas Kuhn;
Paradigm
---> Doubt -->
Anomalies --> Crisis
--> Revolution --->
New Paradigm
Sedikit
catatan, ini rumusan hidup orang-orang yang hobi “Galau” ;)
Pertama kita memiliki
gambaran ideal terhadap segala sesuatu. Konstruk pemikiran, dan mindset
berpikir kita turut membentuknya. Ditopang dengan prinsip-prinsip. Bahwa yang
ini harus begini, dan yang itu harus begitu. Yang begini tidak boleh begitu,
dan yang begitu tidak boleh begini. Kadang saat paradigma ini mencapai titik
kemapanannya, kita bisa menjadi amat Supra-Idealis. Seolah-olah apa yang ada
dipikiran kita semua relevan dengan dunia nyata. Kita amat yakin, kita amat
mantap, sama sekali tidak tergoyahkan.
Kemudian, entah darimana dan bagaimana muncul sebuah
pertanyaan yang menggelitik keyakinan kita. Pertanyaan itupun berkembang lebih
besar da mulai menimbulkan keraguan-keraguan. Keraguan –keraguan berkembang
menjadi Anomali-Anomali yang amat mengganggu. Makin lama makin membuat gelisah.
Makin menyiksa. Dan masa-masa tersulit adalah masa-masa kritis. Saat
kegelisahan-kegelisahan itu mencapai titik nadir. Membuat kita tidak bisa
tidur, tidak enak makan, begini salah-dan begitupun salah. Kita mulai meragukan
segala seuatu. Nilai, hukum, kebenaran, bahkan meragukan tuhan itu sendiri.
Pada puncaknya, kita serasa ingin pergi ke suatu tempat dan berteriak
sekeras-kerasnya. Pada kondisi terparah, kita serasa ingin menggorok leher
sendiri.
Saat itulah tiba-tiba seluruh elemen tubuh kita
bergerak. Tubuh dan jiwa kita mengerahkan seluruh kekuatan terakhirnya untuk
mendobrak tembok kebekuan yang mengurung kita dalam kebimbangan yang menyiksa.
Seperti lalat yang berusaha lolos dari jebakan botol yang diasapi. Saat itulah
kekuatan yang tidak pernah kita sadari terlepas begitu saja. Saat itulah yang
dinamakan ;Revolution. Ada yang berhasil melalui tahap ini, lalu
menemukan paradigma pemikiran baru yang lebih menentramkan. Hidupnya tidak akan
pernah sama lagi. Dia akan jauh lebih kuat, lebih tegar, dan lebih kokoh dari
sebelumnya. Yang tidak lolos, secara mengenaskan, akan mati sambil meringis.
Ini adalah masa-masa keraguan besarku.
Ratusan kilometer sudah ditempuh, muka kusut tak
karuan. Badan kurus kurang makan. Pakaian sudah kusut tak berbentuk. Bekal
hampir habis. Still, aku belum menemukan yang aku cari.
Manusia tidak akan pern`h
berhenti ragu. Manusia tak kan pernah berhenti bertanya. Hanya dengan itu
manusia akan terus hidup. Sepanjang itulah manusia akan tetap menengadah ke
atas. Tidak pernah berhenti untuk Ask . meminta atau bertanya. Dan
merekalah manusia-manusia sejati.
Kendatipun tuhan yang diatas sana sepertinya tidak
menjawab.
Kendatipun tuhan yang diatas sana sepertinya tidak
merespon
Kendatipun tuhan yang diatas sana sepertinya acuh.
Kendatipun tuhan yang diatas sana serasa tidak ada.
Aku datang sejauh ini hanya
untuk mencari jawaban. Jawaban atas pertanyaan yang selalu menghantui tiap
malamku. Aku ingin bertanya pada tuhan. Dosa apa yang telah kulakukan, apa
maksud semua kejadian yang menimpaku akhir-akhir ini. Apa maksud tuhan merampas
kembali semua yang kumiliki. Impian, cita-cita, eksistensi, sahabat karib,
tempat tinggal, Hati... aku memang tidak ingin terlampau ikut campur terhadap
rencanaNya. Namun mninimal, beritahu aku bahwa aku sudah berbuat seperti yang
seharusnya. Beritahu aku kalau pilihanku tidak salah. Beritahu aku bahwa aku
untuk selalu bersabar. Beritahu aku untuk selalu bersyukur. Yakinkan aku kalau aku
tidak kehilangan semuanya. Beritahu aku bahwa aku masih memiliki diri-Mu.
My Lord...
Dan subhanallahi ‘Adzim!, ‘adada ma sabbahahu
bihamdih!
Tuhan
menjawab pertanyaanku!
Tepat saat
hitungan al-ikhlas mencapai angka seratus lima puluh. Aku menengadah dan
bisikan itupun muncul. Just like the past.
“Wa’bud
Rabbaka Hatta Ya’tikal Yaqiina!”
0 komentar :
Posting Komentar