They’re Never Dead
Tomb of Sunan Ampel, 22
November 2012, 01.47 Am.
Decoding the Spell of Command
Aura...
Seorang
anak berujar pada Achilles sebelum dia menaiki kudanya,
“kalau
aku jadi kau, aku tak akan berlari sendirian ke tengah-tengah musuhmu.” Maka
achilles pun menjawab “itulah sebabnya mengapa sejarah tidak mau mengingatmu.”
Lalu diapun melesat pergi.
Aku
tahu, sedikit berlebihan bahwa aku menganggap hari Kelahiran sang Putri sebagai
hari kematianku. Tapi itu benar, kawan. Ini bukan semata kematian fisik seperti
kebanyakan orang pikirkan.ada beberapa orang yang sudah mati bahkan sebelum
mereka mati. Sebaliknya, Ada beberapa orang yang terus hidup bahkan setelah
mereka mati. Seperti orang yang terbaring di depanku ini. Jika dipikir-pikir,
beliau yang terbaring disitu adalah yang hidup. Dan aku yang duduk disini
adalah yang mati.
Al-Maghfur-lah
Kanjeng Susuhunan Ampel, Raden
Rahmat.
Nama
beliau terus hidup. Akan terus abadi dan tidak habis dikenang.
Setiap hari ratusan orang datang ke tempat ini. Dari yang
terdekat, hingga penghujung negeri yang paling jauh sekalipun. Tak
terhitung berapa banyak tawassul,
fatihah, tahlil, shalawat, maupun bacaan Al-Qur’an yang dihadiahkan kepada beliau.
Tak terbayang seterang apa alam kubur beliau. Tak tergambarkan seberapa
tenangnya beliau berbaring dalam peraduannya. Seperti tidur tanpa mimpi.
Sementara namanya terus digaungkan di luar sini.
Sedangkan
kita? Mungkin suatu saat kita akan mati. Dikerubungi seluruh sahabat, keluarga,
teman dan handai taulan yang sama-sama menangisi kepergian mereka. Diarak bagai
seorang raja ke tempat peristirahatan terakhir kita. Beberapa saat di dalam
timbunan, Mereka masih mengelilingi kita dengan taburan bunga. Lalu, satu
persatu mulai pergi meninggalkan kita. Kita pun sendirian.
Satu hari,
dua hari, seminggu, mungkin mereka akan tetap mengenang kita, sebagai salah
seorang kerabat tercinta. Sebulan, mereka mungkin sudah memulai hidup baru dan melupakan kita.
Setahun, mereka sudah mulai ceria. Dua tahun, tiga tahun, empat tahun, sepuluh
tahun. Nama kita hampir tidak pernah disebut.
Dua puluh tahun, hanya sebuah batu nisan lusuh yang mencoba
mengingatkan dunia bahwa di tempat ini pernah terbaring Fulan bin Fulan. Itupun
mulai rapuh dimakan waktu. Tiga puluh tahun. Batu nisan itupun giving its
final service. Dan rubuh!, kitapun hilang, lenyap selama-lamanya dari
lingkaran kehidupan.
Setiap
manusia mati, kecuali mereka yang beriman, setiap yang beriman mati, kecuali
mereka yang berilmu, setiap yang berilmu itu mati, kecuali mereka yang beramal
dengan ilmunya. Dan setiap orang yang beramal itu mati, kecuali mereka yang
ikhlas. Masih ingat, kan, sabda rasulullah yang ini?
Ratusan tahun yang lalu, sekelompok pemuda
yang fanatik kepadanya, membujuk Socrates untuk mengikuti mereka kabur lewat
terowongan bawah kota untuk menghindari Eksekusi mati oleh konsil kehormatan
Athena. Tapi, denga halus beliau menolak. Ia berkata, jika dia kabur seperti
yang mereka inginkan, berarti dia telah kalah, membenarkan tuduhan konsil
Athena bahwa dirinya perusak keyakinan beragama para pemuda pada zaman itu.
Menistakan simbol-simbol dan ajaran agama. Iapun memilih menghadapi kematian
dan menenggak racun dihadapan banyak orang. Hasilnya? Tubuhnya mungkin mati,
namun ajarannya hidup dan terus terkenang hingga saat ini. Ya, dia telah mati
untuk menghidupkan nama dan ajarannya.
Tahu
rumusan dunia yang paling menjengkelkan?
Untuk
jadi orang yang dikenang sejarah. Kau harus menjadi pahlawa yang paling
pemberani. Atau sekalian menjadi penjahat yang tersadis. Tidak ada tempat dalam
sejarah untuk orang yang setengah-setengah.
Merekalah
manusia manusia sejati. Manusia-manusia yang namanya tak pernah mati. Disebut
dan didengungkan. Dituliskan dalam tinta sejarah. Kebaikan bagi mereka akan
terus mengalir. Seperti angin yang tak berhenti bergerak. Mereka telah berhasil
mengalahkan waktu. Akankah kita jadi seperti mereka? Atau berakhir jadi tanah.
Jadi debu yang dihempas angin. Hilang selama-lamanya.
Pertanyaan
yang menyakitkan, sekali lagi.
I’ve...
Stood in
the dark and waiting All This time,
While we
meet the Dead,
I’m
trying to survive...
0 komentar :
Posting Komentar