Senin, 23 Januari 2012

Yang Muda Alergi Nasehat


Masjid Darul Maghfur, Jetak Paciran, 17 Januari 2012

Ini yang membuatku ditertawakan Yus sampai sekarang.
                Rencananya, Sore ini kami mau pergi ke pantai. Kegiatan bersenang-senang pertama sebelum acara inti ke WBL besok.  Sholat ashar dulu, biar tenang dan tidak dimarahi tuan rumah (Hei.. Lillahi Ta’ala-nya mana?). setelah shalat ashar kami; Fahmi, Bos Wafa, Bukhori, Farid, Yani dan aku duduk-duduk melepas lelah di emperan masjid. Entah berkah entah musibah, Sang Muadzin yang melihat kami, sekelompok pemuda tempat harapan tumpuan masa depan cita-cita estafet perjuangan penerus nasib nusa bangsa serta agama. mendadak perlu memberi kami nasihat.
                “sing ati-ati yo le, saiki jaman akhir, sampean masih muda bla bla bla…” dan, meluncurlah Kultum (Kuliah Tak Kunjung Mari) tanpa spasi, tanpa titik, tanpa koma. dari sang bapak. Tentu farid yang paling antusias. Biasa ma’rifat. Harapannya nanti dia dapat ilmu bagaimana dia bisa menaklukkan hati sang Bunga Lamongan,  si cantik pedas itu. Sinyur malah kegerahan. Telinganya yang terdiri dari Chord, Arasemen, Freed, Intro, Tempo, Beat, Chorus, Refrain, Oktaf dan Keynote itu mendadak kacau ketika dimasuki pesan keagamaan.
                Yani malah sms-an, tidak menghargai bapak muadzin yang sudah repot-repot menyusun materi ceramah, korelasi isi, pembuka, dalil dalil pendukung. Teori, fakta, hipotesis. Analisis kritis agar materinya sesuai dengan otak akademisi kritis milik mahasiswa di depannya. Hebatnya si bapak, kalau aku, mungkin butuh seminggu untuk berceramah selama itu (enam hari buat nerjemahin ke bahasa jawa halus). Si kosma yang terlalu pengertian itu tak bisa berbuat apa-apa.
                Dasar aku pemuda geblek alergi nasehat. Pikiranku mulai mencari cara bagaimana menghentikan si bapak. Aku sms ke semuanya. “Somebody Stop Him!” gagal. Waduh situasi ini terasa semakin sulit. Mencari cara menjebol benteng berlapis Salahuddin Al Ayyubi dalam Game RTS Stronghold Crusader saja lebih mudah daripada ini. Otakku berputar-putar mencari cara. Dan, Ting!
                Yang kukirim kali ini pesan singkat memohon pertolongan. Seperti nada SOS dari operator nirkabel kapal TITANIC yang baru saja mencium gunung Es. Bunyinya “Mb’Ros, tolongin kita, kita terjebak di masjid, dengerin ceramahnya pak takmir, dari tadi gag brenti-brenti. Mau nyetop gag enak sendiri. Tolong jemput kita, alasan disuruh makan, cepet!, kesorean kita kepantainya. ” tadinya kupikir ini juga gagal. Tapi akhirnya Yus datang bagai Dewi Fortuna menyelamatkan kami semua, Fuuuh… untung saja.  

0 komentar :

Posting Komentar