Drop Zone. 11.47
Tiang pancang setinggi kira-kira sepuluh meter.
Tempat duduk. Dan Integrasi rantai katrol didalamnya. Apalagi kalau bukan Drop
zone. Wahana-wahana pemacu adrenalin seperti ini adalah kesukaanku. Mari kita
coba. Sembilan orang pertama yang dapat kesempatan maju lebih dahulu.
Diantaranya Ussy sama Mir yang kulihat di sampingku.
Besi pengaman diturunkan. Passenger seat
(istilahku sendiri) mulai naik perlahan. Makin tinggi makin bikin gemetar. Aku
sok cuek dengan bergaya pegang HP. Sok sms-an. Padahal sandal-sandal kami
dibawah menertawakan wajah kami. Buka menu-message- Inbox.. dan wuaaaaaaa……
seisi perut seakan ditarik ke atas kepala. Sarapan pagi yang kulahap secara
buas di rumah Rosyida tadi mendadak naik ke leher. Menimbulkan rasa tak jelas.
manis asem asin (kayak Nano Nano).
passenger seat dijatuhkan dari tempat setinggi itu.
Tapi lama-lama keasyikan juga aku. Setiap kali seat
mencapai pucuk tiang. Aku langsung teriak dengan bangganya. “Jatuhkaaaaaan!!”
sayang itu terjadi hanya beberapa kali.
Kloter kedua naik. Yang kuingat cuma rosyida, putri
sama Iis. Karena ekspresi mereka yang paling unik. Kalau mau tau cantiknya
teman-temanku. Ya sekarang ini waktunya. Tisu basah yang selalu menempel di
wajah Iis itu mencelat begitu seat ditarik ke atas. Sang empunya tisu
langsung membuka mulut selebar-lebarnya. Full. Sampai mata tenggelam. Lalu
sepanjang naik turunnya seat. Dia berteriak sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya mirip perawan dipaksa kawin. (Wakakakak… sabar mb’e, sabaaarr!).
Bagaimana dengan Putri? Wuih.. keren cuy. Ekspresinya
tak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Datar saja. Walaupun tidak sedatar Aina.
Malah lama-lama rantai katrol yang berkeriat jengkel gara-gara kelebihan beban.
Pikirnya “kok tambah lama tambah berat ya?”(hehe.. guyon mb’, guyon…).
0 komentar :
Posting Komentar