Jumat, 14 Februari 2014

Sore Bertema Kopi dan Durian



Ngancar, Kediri. Sore ketiga sebelum Letusan.


“Bos! Bablas Bos!”
“Ho? Iyo tha?”


Aku memutar Valinor 180 derajat. Walaupun butuh dua kali kebablasan sebelum kami  masuk halaman rumah yang tepat. 3 setengah jam berkendara melewati jalanan berdebu. Akhirnya kami sampai di rumah keluarga Bude atun, bibi sahabat kita TYP* Farid.  Kecamatan Ngancar, kabupaten kediri. Hanya berjarak 5 km dari pos pertama gunung kelud. Aku bersalaman setelah memarkir si linor.
                Bude Atun yang berperawakan ramah itu langsung menyuguhi kami dengan kopi tabrak (begitu saya menyebutnya) dan duren! Astaga duren! Konfrontasiku dengan buah itu memang tak akan pernah berakhir. Tidak hanya menyesakkan hidungku dengan baunya yang lebay, tapi dia langsung menusuk jariku pada pertemuan pertama. Alhasil, farid yang tak jelas statusnya entah tamu atau tuan rumah memakan buah itu dengan kejam setelah membelah, menguliti, memukul, dan meremukkannya.
                Kami melepas lelah sore itu. halaman rumah itu luas dan asri. Dihiasi pohon rambutan dan rambutan lagi. Disamping dan di belakang rumah itu terhampar kebun durian. Kami menghampar tikar dan duduk di halaman menyaksikan lalu lalang kendaraan yang sepi sambil menyeruput kopi.
Dan mengalirlah cerita-cerita. Kami tertawa-tawa pahit mengingat-ngingat sebegitu banyak kejadian yang telah terlewati. Sekali-kali  mengumamkan Alhamdulillah disela-sela helaan Nafas.

Ternyata benar ya, rid. Sedih itu tidak selamanya. Pun demikian, kebahagiaan tak ada yang abadi.

Hey nak, ini duriannya tambah lagi.
HA?? Durian lagi??
TIDAAAKKKKKKKKKK....!!
 
               

0 komentar :

Posting Komentar