Kamis, 31 Oktober 2013

Farewell, Chamber of Griev...

­Surabaya, 9 Oktober 2013            

I wanna stand beside you,
 I don’t wanna try and feel the pain you going through,,


Kamu menyimpan banyak kenangan. Ah, tidak terasa sudah hampir genap satu tahun aku disini. Berapa mimpi yang sudah kau hadirkan dalam tidurku. Berapa malam sunyi yang kau hadiahkan pada waktuku. Berapa kali kau menyaksikanku meringkuk di sudut. Takut akan masa depan, dan menyesali masa lampau. Aku akan merindukan malam-malam dzulhijjah seperti ini. Lalu malam-malam muharram seperti masa lampau, apalagi malam-malam Ramadhan seperti yang baru kita lalui.
                Kamar ini istimewa. Begitu pintunya ditutup, kontak ke dunia luar seakan terputus. Hanya suara jantungmu saja yang terdengar disela ngiang melengking panjang yang menempeli telinga. Sat kujatuhkan kepala ke bantal, dan memakukan pandangan ke atap bisu itu, ribuan kenangan melompat keluar serabutan. Berlomba menampilkan diri di atap itu. Suara-suaramu, orang-orang itu, sahabat-sahabat, suaranya.. dan aku dipaku tak bergerak. Dipaksa untuk menyaksikannya sampai selesai satu persatu.
                Selamat tinggal, kamar sunyi.
                Malam-malam dzulhijjah ini aku kehilangan banyak hal. Hal-hal berharga dalam hidup. Pakaian, Uang, Tempat tinggal, kawan, eksistensi, dan hati. Namun ingatlah, yang paling menyakitkan dari semuanya adalah saat kau kehilangan sebuah alasan. Alasan yang membuatmu  hidup, alasan yang membuatmu  melangkah, alasan yang membuatmu tetap berjuang sesulit apapun keadaannya. Aku akan terus ingat bagaimana rasanya tak punya rumah. Bagaimana rasanya tidak punya hati. Diusir dari tempatmu tinggal. Aku tidak akan lupa bagaimana rasanya berjalan di bawah lampu-lampu kuning itu. Sendirian. Tanpa kawan, tanpa tujuan   
                Selamat tinggal, kamar sunyi
Terima kasih untuk selama ini. Tidak ada sore lagi seindah sore di balkonmu. Mungkin tak ada lagi malam berhiaskan denting gitar di atapmu. Atau pagi cerah saat matahari menyambar pintu. Aku gagal mendapatkannya. Diapun semakin dekat ke dunia mimpi. Aku gagal setia padaNya. Tapi aku tahu, waktu akan memaafkan. Waktu akan melupakan. Keadaan akan memafkan. Dia akan memaafkanku. Dunia akan memaafkanku. Dan Dia yang maha pengampun, kuyakin akan memaafkanku juga. Kalau aku mau, memaafkan diri sendiri.
                Seperti kata orang bijak. Hidup ini sebuah perjalanan. Dari sebuah etape ke etape selanjutnya. Di masa lalu aku membuat kesalahan-kesalahan besar. Dan aku harus mulai bekerja keras untuk menebusnya. Aku akan belajar memafkan diri sendiri. Membangun semuanya lagi dari bawah. Aku akan mulai membangun mimpi-mimpi itu. Yang kau sodorkan dalam setiap tidurku. Saatnya melangkah ke etape selanjutnya.
                Selamat tinggal, kamar kesendirian...
              Hidup tidak pernah bisa ditebak. Tapi kita harus berani menjalaninya. Cukup setahun saja hidupku terbuang dalam kesedihan berkepanjangan. Kamu adalah kepompong bagiku. Dan sekarang aku siap keluar lagi.
            Aku adalah pria yang baru sekarang.
Aku adalah taufiq yang baru.
               
            I will fight!  one more fight!
Don't break down in front of me...

I will fight! one more fight!
I am not the enemy...

I will try!  one last time!
Are you listening to me...

I will fight!  the last fight!

I am not your enemy ...

0 komentar :

Posting Komentar