Abda’u
bismilla... hi war...rahmani
"Ayo,
Salik... saatnya berangkat. Lepaskan selimutmu. Bangkitlah dari ranjang. Semua
yang ada di tempat ini memang damai dan menentramkan. Namun, sadarlah.. jalan
di depan menanti pijakanmu. Tanah
diseberang menanti kebijaksanaan dan sepak terjangmu. Kendati penuh rintang,
jalan di depan lebih baik daripada padang bunga di belakang.”
Heh,
mendadak si tuhan sialan itu mengubah nada bicaranya. Dikiranya aku tidak hafal
surat Al-mudattsir . Dia juga pernah bilang begitu sama Baginda Nabi.
Tapi, dia kan tuhan. Jadi kudu nurut nih...
Wew,
dungaren suasananya romantis. Matahari sore bersinar kuning keemasan menyirami
padang rumput dan pohon-pohon jati. Jadi makin asyik mengguyur badan dengan air
sumur. Segar bung! Sambil menikmati suara kicau burung ulat yang berkejaran di
puncak-puncak pohon. Atau tupai yang berloncatan. Juga lantunan Aqidatul Awam
yang sayup-sayup terdengar dari corong madrasatul amin di atas
tebing.
(Pasang
celana, pakai kaos)
Oke,
OSCAAR sudah terlaksana. Hem, tinggal menatap tugas SC MAPABA. Alah.. belum
juga berangkat, Surabaya sudah tergambar jelas. Yah, namanya juga tugas. Jangan
lupa minggu depan sudah mulai masuk. Artinya ketemu si cantik lagi. Ketemu
lagi, ketemu lagi. Sekelas lagi, sekelas lagi. Galau lagi.. ga.. eits! Stop.
Kalau nanti mau galau, jangan didepan umum. Malu sama jenggot. Tampang preman
kok galau. Kalau ada indikasi galau, segera lari ke kos sambil memeluk guling.
Ih, Nggilani cak.. gak gak deh.
Ayo
pamit sama kakek.
Dikasi Seratus ribu. Tante bun? 20 ribu.
Sudah termasuk paman romli itu. Bibi Himah? 10 ribu. Mbak muf? 10 ribu. Bibi
Lala? 15 ribu. Jadi totalnya 155 ribu. Yang lima puluh ribu bakal habis buat
ongkos sampe surabaya. Jadi mesti banyak-banyak puasa. Wah, utang belum juga
dibayar pula. gak tega liat wajah kakek merasa bersalah seperti itu. Pasti
seratus ribunya hasil ngutang ke tetangga. Ya sudah makanya terima saja gak
usah sok cemberut. Tapi kuraangggg.... masak pergi kuliah cuma bawa seratus
ribu.
(Pamit
sudah. Sallim sudah. Let’s Go)
Lewat
utara apa selatan? Utara saja lah. Selatan terlalu jauh walaupun transportnya
terjamin. Jadi nunggu angkot disini? Jangan sambil jalan saja lah. Nanti kakek
lagi yang bayar. Itung-itung jalan-jalan. Sambil nyetel Dear God. Nyanyi-nyanyi
gak jelas. sudah lama tidak seperti ini. Setahun terakhir kebanyakan galau.
Kebanyakan main hati. jadi lupa mengupdate niat. Makanya ritme belajar
kesandung-sandung terus. Ayo niatkan dalam hati. niat saya melangkah mencari
ilmu lillahi ta’ala... nah, semoga keadaan di depan lebih baik.
(ngintip
garasi)
Shadowfax kemana yah?
Katanya ummi sih dijual. Katanya yang lain dibawa ke rumahnya paman. Statusnya
gak jelas. Padahal kakek jelas-jelas ngasihkan ke aku. Huft... hartaku
satu-satunya pun disengketakan. Padahal aku butuh sekali sama tu sepeda. Sepeda pertamaku. Cuma bisa dinikmati tiga
bulan. Itupun sebulan mangkrak gara-gara kuncinya hilang. Jadi gelandangan lagi
nih cerintanya. Sabar saja lah. Gak usa tanya-tanya ke paman romli. Bisa dibanting
kita.
(Duduk
di pinggir kapal)
Ambooi.. Ombaknya besar. Tapi laut dan
langitnya cerah. Jadi ingat waktu jalan-jalan naik kapal sama mbak yus. Hm, Mbak
yus... mbak yus sekarang nyuekin aku. Diajak ngobrol aja cepat banget
perginya. Ketemu cuma senyum. Ane kan
jadi sedih. Positif thinking aja bray. Mungkin dia sudah punya kehidupan lain
yang lebih baik. Hello... dia kan juga punya kehidupan, gak melulu ngurusi
galaumu. Kamu seh, galau aja gak bisa mandiri. Masih nyusahin orang. Kalau
galau ya galau aja... gak usah ganggu orang lain. Heh heh heh! Kamu ya aku.
Kalau aku galau ya berarti kamu galau. Kalau aku nyusahin orang ya kamu juga.
Oiya
ding, hehehehe...
(Bis
Kota)
Woi,
uda nyampe surabaya nih, stop ngobrolnya. Nanti dikirain kita sinting lagi.
Hari yang indah. Sore yang indah. Matahari belum pernah bersinar secerah ini.
Hati kita juga stabil. Dia perlahan mendekati peraduannya. Ada pengamen naik.
Menyanyikan sebuah lagu. Waw. Bagus bray.. pas banget dengan momennya. Ada uang
kecil gak? Ada ada. Sisa bayar kapal. Dua rebu. Ayo nyanyi bareng.
Berjuang! Berjuang! Berjuang
sekuat teenaga...
Tetapi jangan lupa...
perjuangan.. harus juga disertai do’a...
Rintangan! Rintangan! Rintangan
sudah pasti ada...
Hadapilah semua... dengan tabah
juga dengan Lapang dada...
Jreng jekejeng.. jekejeng
jekejeng.. jeke jenjek...
(Edisi Sinting)
0 komentar :
Posting Komentar