Untuk, Abdurrohim Bukhori
A Lord of
wisdom, Throned He Sat...
Swift in Anger,
Quick to Laugh..
Berita mundurnya sang raja sangat menggemparkan
hatiku. Padahal aku bersumpah dalam hati akan melayaninya dengan segenap
tenaga. Sumpah yang naif, seperti biasanya. Seperti yang sering kuucapkan pada
orang-orang. Tidak sadar bahwa keterbatasan diriku saat itu membuatku banyak
meninggalkan pos dan terlibat di banyak pertempuran. Lalai menjaga gerbang
kerajaan ini.
Hari
saat pemindahan kekuasaan itupun aku tidak hadir disana. aku sedang bertempur
dengan legiunku untuk melampaui cobaan pertama. Aku meninggalkan kerajaan bro,
karena mereka butuh aku. Aku harus berada disana, sampai gempuran krisis
benar-benar mereda. Karena kamipun sama. Sepasukan yang ditinggalkan induk
resimennya. Pertempuran yang menguras seluruh tenaga, waktu, dan pikiranku.
Saat aku
kembali, aku menemukanmu duduk di tahta. Sang raja meringkuk terpuruk di pojok.
Dan Lia berkali-kali harus mengerem lidahnya saat ingin mengucapkan “Kosmaku”.
Hatiku memanas. Sistem atau musyawarah sialan macam apa yang menyebabkan
ungkapan semanis itu hilang dari udara?! Siapa yang secara kurang ajar
menurunkan rajaku dari tahta?! Dan kau tiba-tiba memerintahku seperti sang raja
memerintahku dulu.
Walaupun
kemudian aku tahu duduk perkaranya, amarahku tak kunjung reda. Sang raja pun
turun tangan sendiri mencoba memahamkanku. Bahwa dia dalam misi kenegaraan yang
mengharuskannya meletakkan urusan pemerintahan padamu. Dan semua rakyat bulat
menyetujuinya. Bahwa kau hanya menggantikannya untuk sementara. Bahwa semuanya
akan baik-baik saja.
Dasar
aku keras kepala, aku bahkan sempat naik dan berteriak-teriak bahwa sang raja
tetap kepala pemerintahannya. Bahwa semua masih seperti sediakala. Aku bahkan
mendeklarasikan diriku untuk kembali pada jabatan awalku sebagai wakilnya.
Semua itu kulakukan agar dia kembali. Bahwa ia juga dapat melaksanakan tugas
kenegaraan tanpa harus meninggalkan tahta. Bahwa seberat apapun, aku akan turut
memikulnya. Hingga sang raja sendiri membentakku dengan perintah untuk
mentaatimu sebagai pimpinan yang sah.
But,,
he is my king.. only him can set me an Order...
Maaf
bro, aku sempat meragukanmu. Meragukan kepemimpinanmu. Meragukan
krredibilitasmu. Hari demi hari aku yang frustasi itu hanya membuat
kekacauan-kekacauan saja. Tapi kemudian mataku terbuka. Kau punya kualitas sang
raja. Kualitas yang dibutuhkan untuk memimpin rakyat. Kau punya kestabilan
emosi yang luar biasa. Ucapan yang jauh dari anarkis. Selalu menenangkan
siapapun disekitarmu. Akupun harus kembali ke gerbang. Melaksanakan tugas jaga
walau setiap hari rakyat kita melempariku dengan tatapan sinis. Salahku.
Maafkan
aku Bro, masa pemerintahanmu adalah masa-masa tergelap hatiku.
Penghormatan
dan penghargaanku Padamu.
0 komentar :
Posting Komentar