Selasa, 23 Juli 2013

Lima Belas Surat Permintaan Maaf


Yf Bastion, Purnama Ramadhan 1434 H. 23.04 WIB
Untuk Teman-Teman tercintaku, KPI A2 Rassional

Bulan sedang bersinar terang, Kawan... sedang apa kalian di kejauhan?
Disini aku sendirian. Merindukan kalian.

Nonik pernah bilang padaku dulu. Bahwa aku ini tipikal orang yang gampang minta maaf, tapi pandai pula mengulang kesalahan. Sangat tidak konsisten. Ya, itulah aku. Namun, belakangan aku jadi berpikir. Apakah karena itu aku harus berhenti minta maaf? Tidak. Kesalahanku mungkin akan terus berlanjut hingga nanti. Tak ada yang tahu. Aku Cuma bisa minta maaf, lagi dan lagi.
                Ramadhan ini aku hidup di atap orang. Mengumpulkan sisa-sisa beras. Masih berharap ibu tetangga mengirimi kami sekedar sayur dan lauk penambah menu saur dan buka. Tapi hanya di atap ini landskap langit terhampar begitu luas. Jernih bagai lautan. Hanya di atap ini aku bisa duduk sendirian. Mengingat kalian mengenang kalian. Karena jika aku pulang nanti, kalian akan terasa sangat jauh. Aku enggan pulang.
                Miris kawan, setahun terakhir yang kuberikan pada kalian Cuma muka masam, ucapan ketus tak karuan. Teriakan tak sopan, dan ucapan kasar tak beraturan. Kesalahanku mungkin sudah menggunung. Meneror ingatanku hingga aku betah duduk berjam-jam. Ah, dengan mengingat-ingatnya saja waktu berbuka tiba-tiba saja datang. Lalu secepat itu pula waktu sahur tiba. Terus berputar tanpa henti. Dan ini purnama limabelas Ramadhan.
                Puji tuhan, sejak kecil aku dikaruniai kemampuan retorika hebat. Aku penguasa forum sejak SD. Singa podium sejak SMP. Namun semua itu Cuma membuatku jadi pembual. Kalian mungkin semua kagum saat pertama melihatku. Namun, semakin lama retorika itu Cuma membuat jengah orang-orang disekitarku. Terlalu banyak omong hingga tak jelas mana yang mutiara mana yang kotoran sapi. Dan prestasi retorika terbesarku adalah membuat seorang perempuan Menangis!
                Terkutuklah aku.
                Sejak itu aku berjanji. Aku mungkin bisa memutarbalikkan banyak hal lewat lidah lincahku, namun aku bertekad untuk jujur setidaknya dalam satu hal, Tulisanku. Aku percaya tulisan terbaik, puisi terindah, lagu paling merdu adalah yang mengungkapkan segalanya dengan jujur.
                Bulan sedang tersenyum kawan, Adakah juga kalian melihatnya?
Bersama ini kutuliskan, Lima belas surat permintaan maaf. Pada kawan-kawanku yang telah terlampau banyak kusakiti. Cuma ini yang bisa kuberikan. Karena Haq, aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya ada beberapa nasihat dan wasiat yang tersisa. Walau aku tahu, itu sama sekali tidak layak kutukar dengan maaf dari kalian. Jarak diantara kita entah kenapa telah terlampau jauh. Namun permintaan maaf ini tidak cukup melalui SMS dan sekedar ungkapan lidah. Entah kenapa kurasa waktu terlalu cepat menyeret kita. Aku masih berharap kita sekelas lagi semester depan. Aku masih berharap hari pertama kuliah nanti senyum kalian yang kutemui.
                Aku masih bermimpi punya waktu lebih bersama kalian. Waktu lebih untuk memberi, waktu lebih untuk berbagi, waktu lebih untuk bersama, dan waktu lebih untuk menebus kesalahan-kesalahanku.


Terlalu banyak, kawan... terlalu banyak yang ingin kuungkapkan pada kalian.  

0 komentar :

Posting Komentar