Untuk Teman-Teman tercintaku, KPI A2 Rassional
Bulan sedang bersinar terang, Kawan... sedang apa kalian di kejauhan?
Disini aku sendirian. Merindukan kalian.
Nonik pernah bilang padaku
dulu. Bahwa aku ini tipikal orang yang gampang minta maaf, tapi pandai pula
mengulang kesalahan. Sangat tidak konsisten. Ya, itulah aku. Namun, belakangan
aku jadi berpikir. Apakah karena itu aku harus berhenti minta maaf? Tidak.
Kesalahanku mungkin akan terus berlanjut hingga nanti. Tak ada yang tahu. Aku
Cuma bisa minta maaf, lagi dan lagi.
Ramadhan ini aku hidup di atap orang. Mengumpulkan
sisa-sisa beras. Masih berharap ibu tetangga mengirimi kami sekedar sayur dan
lauk penambah menu saur dan buka. Tapi hanya di atap ini landskap langit
terhampar begitu luas. Jernih bagai lautan. Hanya di atap ini aku bisa duduk
sendirian. Mengingat kalian mengenang kalian. Karena jika aku pulang nanti,
kalian akan terasa sangat jauh. Aku enggan pulang.
Miris kawan, setahun terakhir yang kuberikan pada
kalian Cuma muka masam, ucapan ketus tak karuan. Teriakan tak sopan, dan ucapan
kasar tak beraturan. Kesalahanku mungkin sudah menggunung. Meneror ingatanku
hingga aku betah duduk berjam-jam. Ah, dengan mengingat-ingatnya saja waktu
berbuka tiba-tiba saja datang. Lalu secepat itu pula waktu sahur tiba. Terus
berputar tanpa henti. Dan ini purnama limabelas Ramadhan.
Puji tuhan, sejak kecil aku dikaruniai kemampuan
retorika hebat. Aku penguasa forum sejak SD. Singa podium sejak SMP. Namun
semua itu Cuma membuatku jadi pembual. Kalian mungkin semua kagum saat pertama
melihatku. Namun, semakin lama retorika itu Cuma membuat jengah orang-orang
disekitarku. Terlalu banyak omong hingga tak jelas mana yang mutiara mana yang
kotoran sapi. Dan prestasi retorika terbesarku adalah membuat seorang perempuan
Menangis!
Terkutuklah aku.
Sejak itu aku berjanji. Aku mungkin bisa
memutarbalikkan banyak hal lewat lidah lincahku, namun aku bertekad untuk jujur
setidaknya dalam satu hal, Tulisanku. Aku percaya tulisan terbaik, puisi
terindah, lagu paling merdu adalah yang mengungkapkan segalanya dengan jujur.
Bulan sedang tersenyum kawan, Adakah juga kalian
melihatnya?
Bersama ini kutuliskan, Lima
belas surat permintaan maaf. Pada kawan-kawanku yang telah terlampau banyak
kusakiti. Cuma ini yang bisa kuberikan. Karena Haq, aku sudah tidak punya
apa-apa lagi. Hanya ada beberapa nasihat dan wasiat yang tersisa. Walau aku
tahu, itu sama sekali tidak layak kutukar dengan maaf dari kalian. Jarak
diantara kita entah kenapa telah terlampau jauh. Namun permintaan maaf ini
tidak cukup melalui SMS dan sekedar ungkapan lidah. Entah kenapa kurasa waktu
terlalu cepat menyeret kita. Aku masih berharap kita sekelas lagi semester depan.
Aku masih berharap hari pertama kuliah nanti senyum kalian yang kutemui.
Aku masih bermimpi punya waktu lebih bersama kalian.
Waktu lebih untuk memberi, waktu lebih untuk berbagi, waktu lebih untuk
bersama, dan waktu lebih untuk menebus kesalahan-kesalahanku.
Terlalu
banyak, kawan... terlalu banyak yang ingin kuungkapkan pada kalian.
0 komentar :
Posting Komentar