Kamis, 25 Juli 2013

Friend or Foe?


Surat Ketiga, 3 Ramadhan 1434 H.
Untuk, Rizqilailia Yusdita Niarto

Kenalkan Cha, aku Taufiq, seorang Agen Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Tapi sungguh cha, aku masih afica, yang kamu kenal dulu.
Bagaimana posisiku dihatimu sekarang?
Tetap Temankah? Atau... musuh dalam selimut?
(aku pilih yang kedua aja. Biar musuh, tapi bisa satu selimut sama icha, hehehe :p)

Dulu, secara kekanak-kanakan aku pernah mendeklarasikan permusuhan padamu. Kamu seharusnya kesini ikutan menginjak kakiku sendiri. Padahal kita mengerjakan tugas bersama-sama sejak semester satu. Sering sekali, kan? Tapi itu waktu cha masih jomblo. Sekarang kan sudah punya pacar. Jadi, gak boleh dekat-dekat. Kamu tahu  Hijau dan Kuning?. Bukankah Dua duanya warna yang indah?
Dulu, kita masih sama-sama teman sekelas. Murni teman. Tanpa ada tendensi apapun. Kita bisa bercanda bebas. Aku kenal icha sebagai icha, dan kamu mengenalku sebagai aku. Namun, lambat laun semuanya tidak sama lagi saat kita punya komunitas, kedudukan sosial, dan eksistensi berbeda di kampus ini. Aku mulai merasakan jarak diantara kita. Semacam tembok formalitas, atau garis kewaspadaan. Apakah ini karena Hijau dan Kuning, cha?
Aku tahu, menyakitkan saat seorang teman dekat berubah menjadi seseorang yang tidak kita kenal lagi. Maka kamupun mungkin begitu, melihatku berubah dari seorang teman dekat menjadi agent intelijen yang memata-matai segala hal. Jadi burung gagak hitam yang tidak dapat diprediksi apa yang dipikirkannya. Akankah dia hanya hinggap, atau sedang mengincar nyawa kita.   
Mari ingat sebuah malam cha. Saat udara dingin menusuk persendian. Nyeri di lambung kiriku tak mau mengerti bahwa aku sedang dalam tugas. Terus saja menusuk-nusuk tiap detiknya. Bos wafa mengikutiku di belakang karena melihat jalanku limbung di kegelapan. bisa roboh kapan saja. Berkali-kali dia peringatkan aku untuk berhenti. Aku tidak mempedulikannya dan terus saja berpatroli naik turun. Di tengah telingaku yang berdengung, dan pandangan yang  terpecah menjadi dua, aku terus bergumam. I’ve sworn to serve you, i’ll prove myself useful! Yang kutahu, Seluruh perhitungan detik acara ini ada di jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.
Tak cukup bos wafa, kamupun ikut-ikutan mengganggu patroliku.
Afica, brenti afica...
Aku masih bandel. Terus saja berpatroli. Mb yus turun tangan. Tahu saja kamu kalau aku gampang sekali meleleh kalau sudah urusan sama mbakyu-ku yang satu itu. Dia memperlihatkan sms-mu di hapenya sambil berkacak pinggang. Tolong bilang sama afica aku tahu dia orang yang gak setengah-setengah dalam mengemban amanah, tapi kalau dia sampai sakit ya temannya juga yang repot. Kubalas secara kurang ajar “LEbaay”.
Akupun ngegas lagi. Arina mencegatku dan menyodorkan segelas teh hangat. Kusambar cepat, pikirku kuminum beberapa teguk dan aku akan segera berlari ke atas mengontrol pos pertama. Cuma, begitu tegukan pertama melewati kerongkongan, Motor RPM dalam  tubuhku yang sedang berputar kencang itu tiba-tiba melemah dan melemah. Aku tertegun beberapa saat dengan gelas teh hangat masih di tangan. Merapatkan surban, lalu mendudukkan diri di lantai.
Seteguk  teh barusan bilang bahwa kamu masih temanku. Masih peduli padaku. Dan aku, telah salah menilaimu.
Dan bahwa teh itu gak ada gulanya!
(itu yang bikin siapa sih!!! Mangkel!!)

Flashback...
Masih ingat kan, sebelum MOM KPI 2012, kamu satu-satunya cewek di kelas yang berani
Menyidang kosma dan wakilnya sekaligus. Ya, walaupun akhirnya, kamu sendiri yang grogi dan berkeringat (hehehe, kasian). Bahkan aku ingat saat itu aku masih menatapmu dengan pandangan curiga.
                Bulan-bulan itu PMII fakultas dakwah baru saja menghantam karang. Pecah tak beraturan. Sehingga para anggotanya sedang dalam tensi Emosi tinggi. kuberitahu cha, konflik yang terjadi antara PMII dan HMI memang ada dari dulu. Cuma dalam batas yang sah dan wajar. Ketua rayonku itu teman main poker ketua korkom HMI. Kami teman biasa jika tidak dalam masa persaingan dan berebut kursi birokrasi. Konflik yang terjadi itu hanya akibat dari kebencian yang ditiupkan beberapa orang yang sakit hati dan tidak tenang melihat orang lain rukun.
                Hanya saja waktu itu, aku dan beberapa kakak seniorku men-suspect adanya sekenario besar penghancuran PMII dari para petinggi fakultas yang berbendera HMI. Seperti biasa cha, kebencian lama yang ditimpakan kepada generasi baru yang tidak tahu apa-apa. Kamu boleh tidak percaya cha. Ini juga belum sepenuhnya terbukti. Namun, kami waktu itu punya data dan fakta yang cukup untuk menyakinkan diri kami waktu itu bahwa skenario tersebut berjalan sempurna. Berhasil memecah kami.      
Disaat yang sama, periode pengkaderan pertama datang. Sementara PMII masih diambang kehancuran. Agkatanku memasuki tugas pertama sebagai kader operasional. Pimpinan organisasi memerintahkanku untuk memastikan proses pengkaderan berjalan sempurna. Sementara dia dan teman-temannya akan bekerja keras menjinakkan rangkaian dinamit yang bisa meledakkan organisasi  at any second. Saat itu juga, kami harus luntang-lantung mencari dana, saat itu juga MOM KPI ternyata berbenturan dengan Acara MAPABA, saat itu juga aku mendengar bos wafa mundur dari jabatan kosma, dan saat itu juga aku sedang Jatuh cinta.
“Hei, orang-orang KPI itu maksudnya apa? Njaluk gegeran tha? Apa perlu kami turun tangan trus sikat habis biar acara itu tidak terlaksana?”  beberapa orang mengelilingiku dengan tatapan garang. Kakiku gemetar. Mati-matian aku berusaha menyakinkan mereka bahwa ini bukan masalah bendera. Murni miss komunikasi. Aku menjaminkan diriku untuk merubahnya. Mereka pun mengangguk dengan konsekwensi aku yang mereka sikat kalau gagal dan KPI tidak punya kader PMII.
Hari demi hari berlalu. Lobi-lobi tidak membuahkan hasil. MOM tetap akan diadakan tanggal 5 oktober. Aku mulai dilanda keragu-raguan bahwa penempatan acara 5 oktober itu juga merupakan bagian dari skenario penghancuran. Terbayang wajah teman-temanku. Adakah mereka merupakan bagian dari semua ini? Aku melangkah kedalam lab KPI pagi itu, menyampaikan pidato singkat didepan rapat panitia MOM, memohon agar kami kader kuning dikasihani. Selesai, aku memejamkan mata, akan kubuktikan semuanya disini, kalian temanku, atau Musuhku.
“oke, karena teman-teman banyak yang tidak bisa, maka MOM diundur ke minggu berikutnya.” Bos wafa memberikan keputusan.
Alhamdulillah, acaraku berjalan lancar. Meski harus jatuh sakit setelah itu.
Siang 21 oktober 2012, kubuang selimut. Kuguyur tubuhku yang sedang bersuhu tinggi itu
 Dengan air dingin, memakai pakaian terbaik, mencukur jenggot, lalu mengalungkan deathbat ke leherku. Menciumnya sambil berkata “Pinjamkan aku kekuatan. Kekuatan untuk membantu teman-temanku. Untuk tiga hari saja. Setelah itu kau boleh memasungku di tempat tidur. Grant me Unholy Rage, Deathbat!
 Terlalu panjang ceritanya, cha? Maaf, aku meminta maaf atas diriku. Juga atas nama PMII,
 PMII memang sedang tercerabut dari akar nilai-nilai mulianya. Orang-orangnya memang tidak lagi mengindahkannya. Konflik dan kebencian akan terus menghinggapi manusia. Tidak peduli di lingkungan penjahat tengik, atau dikalangan sahabat terbaik Rasullullah sekalipun. Namun aku percaya, nilai-nilai persahabatan akan tetap hidup. Selama kita mau menghidupkannya disini...

                Di dalam hati kita.

0 komentar :

Posting Komentar