Pakis Lojajar Bondowoso, 14 Agustus 2012
For my Beloved Sisters,
Intan Maria Paramitha, Uswatun Chasanah, and Yusrainia Achmada
Wajar, bayangkan, aku
melewatkan acara Khatmil Qur’an yang Cuma setahun sekali demi acara Reuni
teman-tema alumni SD Dabasah 5. Mengejutkan bagaimana tuhan membawa dan memutar
masa lalumu sebegitu nyatanya. Tepat dihadapan matamu. Disaat-saat seperti ini
pula. Tapi, ini kulakukan demi melihatnya lagi, bertemu dia lagi. Potongan Puzzle
yang hilang dari hidupku.
Kupandangi satu persatu wajah teman-teman lamaku.
Mereka berubah, jauh sekali berubah. Mungkin itu juga yang mereka lihat padaku.
Walaupun Menejemen kesan yang diajarkan Erving Goffman, si penemu teori
Dramaturgi padaku itu sudah kuatur sedemikian rupa. Rina, si tuan rumah, jauh
lebih Calm dan feminim daripada kuingat dulu waktu menyanyikan Bring
me to life dan menang adu panco dengan jagoan-jagoan kelas. Trio Ghriduh,
selvi, Desi, dan menyun yang tiba-tiba tampak sangat asing bagiku. Lukman yang
jauh lebih pendiam. Teleng yang tetap teleng. Faris tak lagi mengeluarkan ingus
terus-menerus. Bana tetap PD sepanjang masa. Ajeng si fashionist, Buyung
yang sama sekali meninggalkan sisi liarnya dulu, Aziz yang tak berubah, tetap
slenge’an. Dewi, si arca Ken Dedes, Hm... aku tidak lagi melihat sorot mata
misteriusnya. Dan, itu dia duduk disana, Puzzle –ku yang hilang. Aku
tidak percaya dia adalah sosok yang paling kurindukan diantara semuanya. Aku
tidak percaya kalau dia nenek sihirku yang lama hilang, waw, what a gorgeous!
Walaupun... yah, sambutannya tak sehangat dulu. Aku
bahkan merindukan rambut keritingnya yang kini sudah dibungkus dengan kerudung
merah nan anggun. Rindu pada teriakan melengkingnya, rindu pada peribahasa
khasnya Air beriak tanda tak dalam, yang berteriak, tidak bercelana dalam (sambil
menunjuk padaku, padahal dia sendiri yang berteriak). Rindu pada cubitan
kerasnya pada pundakku. Dia masih
menyimpan kilat mata simbol kecerdasan genial, semangat belajar yang
melettp-letup. Dan kreatifitas tiada batas.
Aku
paham, Tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk merubah seseorang. Di luar
sana, mungkin dia sudah banyak bertemu dengan orang lain, better friends,
better assistant, better companion, and better competitor. Sah-sah saja
kalau aku kini sosok yang tidak penting bagi dirinya.
Tapi bagi diriku, kau
tetaplah Intanku, Bunda Maria-ku, Nenek Sihirku. Hahaha...
Aku benar-benar bersyukur pada tuhan yang telah
mengirimkan mereka. Perempuan-perempun penetral. Mereka selalu hadir saat aku
mengalami serangan Hati hebat seperti saat ini. Di dekat mereka, kawan, kau tak
perlu khawatir akan terjebak pada perasaan cinta sialan. Aku selalu kagum
bagaimana kehadiran mereka mampu menginjeksikan senyawa yang berbeda saat
hatimu diperlemah oleh cinta. Di dekat mereka, kau dapat merasakan persaudaraan, The True Empathy, kepedulian penuh,
dan rasa saling menentramkan, rasa saling melengkapi kekosongan masing-masing.
Dan, mereka hadir saat kau merasa sebagai sosok yang Totally
dijauhi perempuan, mereka hadir untuk membuktikan bahwa Relasi perempuan
dan laki-laki tidak melulu harus berakhir dengan cinta-cintaan. Mereka ada
untuk membuktikan kau tidak pernah benar-benar sendiri. Didekat mereka, kau
bebas dari kekangan pencitraan, bebas dari penilaian sepihak yang selalu
dilakukan kaum perempuan terhadapmu. Kau bebas jadi dirimu sendiri.
Ada Intan saat First
Heartbeat, ada Uuz saat Crossroad, Ada Yusra saat Second Heartbeat
Mereka adalah perempuan
dengan tawa yang menentramkan, dan senyum yang menyembuhkan.
Nama mereka tertulis dalam
lembar hidupku dengan cetak tebal.
You Gave me Love and
Help me find the sun..
And Every time that I was down...
You’re All always come
around,
And get my feet back on
the ground...
0 komentar :
Posting Komentar