Fak. Dakwah, 7 Agustus 2012
Pernahkah kau sepertiku kawan, saat karir akademikmu demikian lancarnya,
nilaimu tetap stabil di atas angin, organisasimu berjalan dengan baik. Kau
memiliki rasa hormat bawahanmu, dikagumi banyak orang, Berhasil melalui
tahap-tahap pembelajaran yang tak mampu dilakukan orang lain, Dengan prestasi
ini dan itu, Namun saat kau terdiam memikirkannya, kau sadar, Dirimu samasekali
tidak Bahagia?!
Tidak salah lagi, Tuhan sedang meletakkan kebahagiaanmu pada seseorang. Maka
berjalanlah ke pelataran kampus, dan carilah diantara sekian banyak mahasiswa.
Aha! Disitulah ternyata, semua kebahagaianmu tersedot kesana. Semuanya ada
padanya, kebahagiaanmu sedang melangkah dengan anggunnya. Parahnya lagi, dia tidak
menoleh padamu samasekali! Kasian sekali kau kawan!
Nah, ini keadaan yang paling genting, yo’ve lost
your power to feel. Ibaratnya, percuma mulutmu dijejali gulali, es
krim, dan es dawet, namun kau tak punya lidah untuk merasakannya. Manis pun tak
akan terasa. Alih-alih lidah, ini malah Mata yang meyabotase fungsi lidah, dan
menyampaikan sinyal ke saraf berbentuk pesan yang kemudian diteruskan ke mulut,
dikonversi menjadi bunyi “Manis” yang membuatmu salah dalam mengeja nama
panggilannya (nis). (Heiii!, sejak kapan matamu mampu merasakan rasa ‘’Manis?”)
Tuhan sedang mengujimu, disaat satu sisi keinginanmu
yang tak terkendali pada sesuatu (seseorang), dia memberikanmu sesuatu yang
lain, yang lebih besar, yang lebih berarti, yang lebih bernilai. Ingat!, ini
bukan pertama kalinya bagimu, ingatlah masa lalu, saat kau tak mampu memiliki
seseorang, tuhan menggantinya dengan kekuatan yang membuatmu mampu melakukan
sesuatu, yang sampai saat ini, kau sendiri tidak percaya kau mampu
melakukannya. Untuk ukuran lelaki kerdil macam kau. Dan jika kau mampu melihat
hal itu sebagai Hikmah, kau beberapa tingkat dibawah Nabi Khidr, atau Al-‘Abid Lukmanul
Hakim,.
Inilah
Ujian sebenarnya kawan, inilah test yang sesungguhnya, sahabat. Ujian Rasa
Syukur
Bahkan saat kau memiliki
segala kekuatan, kepandaian, skill, kemampuan, Agilitas, Kepercayaan,
Integrasi, Serta Spiritualitas, kau tetap merasa sebagai manusia tak berguna,
selama tak Mampu memiliki dirinya.
Rabbih iyhina syakiriin...
Watawaffana Muslimin...
Nub’ats, minal aminin...
Fi zumratis saabiqin...
0 komentar :
Posting Komentar