Minggu, 19 Agustus 2012

Ketika Bahagiamu, Diletakkan Pada Seseorang


Fak. Dakwah, 7 Agustus 2012
                Pernahkah kau sepertiku kawan,  saat karir akademikmu demikian lancarnya, nilaimu tetap stabil di atas angin, organisasimu berjalan dengan baik. Kau memiliki rasa hormat bawahanmu, dikagumi banyak orang, Berhasil melalui tahap-tahap pembelajaran yang tak mampu dilakukan orang lain, Dengan prestasi ini dan itu, Namun saat kau terdiam memikirkannya, kau sadar, Dirimu samasekali tidak Bahagia?!

                Tidak salah lagi, Tuhan sedang  meletakkan kebahagiaanmu pada seseorang. Maka berjalanlah ke pelataran kampus, dan carilah diantara sekian banyak mahasiswa. Aha! Disitulah ternyata, semua kebahagaianmu tersedot kesana. Semuanya ada padanya, kebahagiaanmu sedang melangkah dengan anggunnya. Parahnya lagi, dia tidak menoleh padamu samasekali! Kasian sekali kau kawan!
                Nah, ini keadaan yang paling genting, yo’ve lost your power to feel. Ibaratnya, percuma mulutmu dijejali gulali, es krim, dan es dawet, namun kau tak punya lidah untuk merasakannya. Manis pun tak akan terasa. Alih-alih lidah, ini malah Mata yang meyabotase fungsi lidah, dan menyampaikan sinyal ke saraf berbentuk pesan yang kemudian diteruskan ke mulut, dikonversi menjadi bunyi “Manis” yang membuatmu salah dalam mengeja nama panggilannya (nis). (Heiii!, sejak kapan matamu mampu merasakan rasa ‘’Manis?”)
                Tuhan sedang mengujimu, disaat satu sisi keinginanmu yang tak terkendali pada sesuatu (seseorang), dia memberikanmu sesuatu yang lain, yang lebih besar, yang lebih berarti, yang lebih bernilai. Ingat!, ini bukan pertama kalinya bagimu, ingatlah masa lalu, saat kau tak mampu memiliki seseorang, tuhan menggantinya dengan kekuatan yang membuatmu mampu melakukan sesuatu, yang sampai saat ini, kau sendiri tidak percaya kau mampu melakukannya. Untuk ukuran lelaki kerdil macam kau. Dan jika kau mampu melihat hal itu sebagai Hikmah, kau beberapa tingkat dibawah Nabi Khidr, atau Al-‘Abid Lukmanul Hakim,.
Inilah Ujian sebenarnya kawan, inilah test yang sesungguhnya, sahabat. Ujian Rasa Syukur
Bahkan saat kau memiliki segala kekuatan, kepandaian, skill, kemampuan, Agilitas, Kepercayaan, Integrasi, Serta Spiritualitas, kau tetap merasa sebagai manusia tak berguna, selama tak Mampu memiliki dirinya.


Rabbih iyhina syakiriin...
Watawaffana Muslimin...
Nub’ats, minal aminin...
Fi  zumratis saabiqin...

               

0 komentar :

Posting Komentar