Surabaya, 23
Maret 2015
Masih tentang si tampan-bijaksana,
Plato.
Bahwa menurutnya, pemimpin paling ideal adalah seorang raja-filsuf.
Artinya seorang raja yang memiliki kebijaksanaan laksana seorang filsuf,
ataupun seorang filsuf yang memiliki kekuatan seperti seorang raja. Yah, di
mata dunia memang dia memang seorang yang utopis.
Apa-apa diimpikan se-ideal
mungkin. Lawan dari utopis adalah realistis. Tapi bisa juga dikatakan bahwa
realistis berarti menyerah pada keadaan. Yang kutahu adalah jika kekuatan
bergabung dengan kebijaksanaan, the force will be extremely powerful.
Hari ini dunia
kehilangan seorang Hero INT Super Tanker yang dipercaya sebagai raja-filsufnya
bangsa singapura. Lee Kwan Yeu, kuyakin kita sama-sama tidak pernah saling
mengenal. Tapi ada kesamaan, minimal antara diriku dan dirinya. Atau setidaknya
itulah yang kurasa. Kita sama-sama Hero INT. Bedanya dia adalah hero INT yang
punya cukup kekuatan mengerek bangsanya leap forward bermil-mil jauhnya
kedepan, sedangkan aku adalah hero INT yang benar-benar powerless.
Dipaksa melotot membelalaki tatanan supra-struktur di kampus tercinta UIN Sunan
Ampel Surabaya kolaps perlahan-lahan menuju lubang kehancurannya. Tanpa bisa
berbua apa-apa.
Melihat masyarakat
berisi orang-orang yang dicintai mundur kebelakang, saling memakan, berebut
bertahan hidup seperti segerombolan anjing memang sebuah siksaan batin bagi
seorang hero INT. Di mata kirinya adalah gambaran bagaimana sebuah tata-ideal
meski tak se-khayal negara utopis plato, sedangkan di mata kirinya tersaji
jelas bagaimana setiap laku yang mereka hasil hanya membawa mereka one step
closer to their doom. Yah, gambaran yang bisa membuat saraf kita
rusak-binasa. Gila.
Kekuatan dan
Kebijaksanaan sudah lama tak lagi akur seperti dulu. Seperti zaman Alexander
The Great, seperti Zaman Cambyses, Ishaq Comnenmnus seperti zaman Nebukadnezar.
Mereka berdua pecah berpencar sendiri-sendiri. si kekuatan menuduh saudaranya
sebagai sebuah kesia-siaan. Sedang si kebijaksanaan menuduh balik dirinya
sebagai sebuah ke-babi buta-an. Hasilnya adalah zaman dimana kepala dan badan
tercerai-berai. Zaman yang menghasilkan hantu-hantu torso yang semakin lama
hidup hanya semakin banyak memakan korban dan kerusakan. Para pemilik kekuasaan
(strenght) adalah mereka yang bertindak membabi buta tanpa mengedepankan
akal sehatnya. Demikian mereka cuma mengulang sejarah bagaimana hewan-hewan
reptil raksasa memenuhi bumi. Saling makan saling bunuh satu sama lain. Sedang
para pemilik kebijaksanaan (honour) adalah mereka yang egois berusaha
selalu suci. melipat hidup ke dalam diri sendiri sambil mengutuki dunia
luar.
Lee Kwan Yeu adalah satu
diantara sedikit yang mampu menaklukkan dan mengkompromikan dua saudara paling
egois di dunia itu kedalam dirinya. Mungkin masih ada satu-dua hero INT di
dunia ini yang masih memiliki keduanya. Aku cuma bertanya-tanya bagaimana
mereka memelihara kebijaksanaan sembari menumbuhkan kekuatan dalam diri mereka.
pilihan radikal apa saja yang mereka ambil, dan pengorbanan apa saja yang
mereka buat dalam hidup.
Singapura mungkin hanya
sebuah daerah buangan dalam kesultanan Johor. Namun sekarang dia telah berubah.
Berubah dari sebuah yatim piatu yang tak punya identitas pasca diceraikan
Federasi Malaysia, menjadi sebuah bangsa yang mandiri. meski tanpa tanah, tanpa sumber daya. Semua karena Lee Kwan Yeuw
dan People Action’s Party-nya. Semua berkat semangat yang terpelihara baik
dalam dirinya. Semangat yang berhasil ditanamkannya pada Rakyat Singapura.
Untuk tidak hanya menjadi sebuah bangsa. Namun juga salah satu raksasa Ekonomi
dunia.
Selamat Jalan, Lee Kwan Yew.
Kuharap seperti anda, aku juga kelak
mampu memelihara keduanya dalam diriku.
Strenght and Honour!
0 komentar :
Posting Komentar