Selat
Madura, Sore 11 Oktober 2014
![]() |
private documentation. |
If He is your moon, I'll be your earth
to which you can return, safely or injured.
I’m
not a half man everyone has always told about. Though i’ve been wandered for
many years alone. Yet, sometimes, even i could grow weary of this endless
solitude. I have a heart just like the others. But further, i’m a man with a
course. Taking the knife and bind myself forever to it’s purpose. But it’s not
the same meaning that i deny the existence of love in life. for it have been
here in the depth of my soul. Becoming a restless spirit that always capable of
driving me forward.
Love, for me... represent as you.
Can
you hear me, milady.. this is your man, seeks an audience..
Bagiku,
dia seperti layang-layang putus. Terapung tanpa arah. Pasrah kemanapun angin
menghempaskannya. Entah, mungkin kekecewaan beruntun membuatnya tak kunjung
menentukan tempat untuk mendarat. Acuh saja kemanapun ia akan terjerembab
nantinya. Kecuali aku salah. Tapi aku bukan sekali ini saja melihatnya
termenung sambil melempar pandangan sejauh-jauhnya. Dulu aku juga melihatnya
termenung di pinggir jendela bus armada sakti yang mebawa kami pulang dari
lamongan ke surabaya. Lalu banyak lagi setelah itu. Dan sekarang aku melihatnya
bersandar di pagar geladak KMP Selat Madura I yang membawa kami selepas
menghadiri pernikahan fatimah. Sore ini.
Dia
mungkin sedang ingin sendiri. Dibiarkan sendiri. Dia mungkin tidak tahu, aku
selalu dapat menangkap basah saat dia termenung seperti ini. Aku selalu dapat
saat mengenali mata cantik pengisi lamunanku bertahun-tahun terakhir itu
menatap hampa ke kejauhan. Mencari sesuatu. aku memperhatikannya. Tight and
closely. Sebagaimana aku selalu berlari di bawahnya selama ini. selalu
bersiap kalau layang-layang impianku itu terjatuh. Aku siap akan benturan
apapun yang perlu demi menangkapnya. Lalu akan kupegang erat-erat dan tak akan
pernah kulepaskan lagi. tak membiarkan sedikitpun dingin dan basah
menyentuhnya.
Kendati
menjauh, aku selalu memperhatikannya selama ini. berdiri pada jarak yang cukup.
Cukup jauh utuk tidak menyalakan kejengahannya atas kehadiranku. Cukup dekat
untuk berlari menghampiri saat dia membutuhkan bantuan apapun. hanya membantu.
Setelah itu aku akan secara tahu diri menjauh kembali. Mirip matahari yang
sedang ditatapnya saat ini. berlari konsisten sejajar di samping kapal kami.
Tidak pernah bertambah jauh, tak pernah pula bertambah dekat. berusaha
memendarkan cahaya ke permukaan air laut. Melapiskan emas pada tiang-tiang
kapal, galangan, dermaga-dermaga yang menghutan di bawahnya. Berusaha berkata
bahwa dunia sekitar lebih indah untuk diperhatikan daripada kecamuk di dalam
hatinya. Bahwa ada yang memperhatikannya. Peduli padanya, menyayanginya.. mulai
terbit hingga terbenam kembali di telan lautan.
Tidak,
bahkan sang mataharipun tak diperhatikannya.
You
such a mystery, bagiku dulu dan kini. Itu mungkin mengapa hatiku
menjatuhkan pilihannya padamu. Kamu selalu seperti langitku, sebentar
cerah, sebentar kemudian mendung. Aku
selalu membayangkan untuk jadi tempatmu kembali. Tempatmu berteduh dan
mendapatkan bantuan mungkin perlindungan. Namun, agaknya kamu tidak
mebutuhkanku. Kamu cukup kuat berdiri di atas kakimu sendiri. Kamu selalu bisa
mengatasi rintangan-rintanganmu sendiri. Bersama sahabat-sahabat dekat
kepercayaanmu. They are circling around you. Preventing any harm that come
in contact to. Mungkin, akupun adalah sebentuk gangguan bagimu. Tak
masalah, selama ada mereka, kamu pasti tak akan pernah kehabisan tempat
berbagi, Bersandar, lalu menumpahkan keluh kesah.
I’ll rules myself
out, but i’m not leaving away
Waktu tiga tahun belum
mampu memalingkan hatiku darimu. Sejauh ini aku masih berlari di bawahmu. tapi
entahlah. Kaki-kaki ini mulai melemah. Nafas ini mulai terengah habis. Tenagaku
mendekati batas. Aku kehabisan waktu. Kehabisan jalan datar untuk tetap berlari
mengawasimu. Kelak mungkin aku akan berhenti berlari saat semuanya sudah habis.
Lalu menyaksikanmu melayang hilang di kejauhan. Cuma bisa berdo’a semoga kau
mendarat di tepat yang tepat. Matahari inipun tak bisa selamanya melayang di
atas air. Sebentar lagi gelap akan memanggilnya. Sebentar lagi, horizon akan
menelannya.
Aku tak tahu, aku akan
berada di mana waktu itu. Mungkin jauh. Jauh sekali.
0 komentar :
Posting Komentar