Minggu, 12 Oktober 2014

The Withered Lover

Selat Madura, Sore 11 Oktober 2014
      
private documentation. 
If He is your moon, I'll be your earth
to which you can return, safely or injured.
      
      I’m not a half man everyone has always told about. Though i’ve been wandered for many years alone. Yet, sometimes, even i could grow weary of this endless solitude. I have a heart just like the others. But further, i’m a man with a course. Taking the knife and bind myself forever to it’s purpose. But it’s not the same meaning that i deny the existence of love in life. for it have been here in the depth of my soul. Becoming a restless spirit that always capable of driving me forward.
Love, for me... represent as you. 


       
Can you hear me, milady.. this is your man, seeks an audience..

   Bagiku, dia seperti layang-layang putus. Terapung tanpa arah. Pasrah kemanapun angin menghempaskannya. Entah, mungkin kekecewaan beruntun membuatnya tak kunjung menentukan tempat untuk mendarat. Acuh saja kemanapun ia akan terjerembab nantinya. Kecuali aku salah. Tapi aku bukan sekali ini saja melihatnya termenung sambil melempar pandangan sejauh-jauhnya. Dulu aku juga melihatnya termenung di pinggir jendela bus armada sakti yang mebawa kami pulang dari lamongan ke surabaya. Lalu banyak lagi setelah itu. Dan sekarang aku melihatnya bersandar di pagar geladak KMP Selat Madura I yang membawa kami selepas menghadiri pernikahan fatimah. Sore ini.
      Dia mungkin sedang ingin sendiri. Dibiarkan sendiri. Dia mungkin tidak tahu, aku selalu dapat menangkap basah saat dia termenung seperti ini. Aku selalu dapat saat mengenali mata cantik pengisi lamunanku bertahun-tahun terakhir itu menatap hampa ke kejauhan. Mencari sesuatu. aku memperhatikannya. Tight and closely. Sebagaimana aku selalu berlari di bawahnya selama ini. selalu bersiap kalau layang-layang impianku itu terjatuh. Aku siap akan benturan apapun yang perlu demi menangkapnya. Lalu akan kupegang erat-erat dan tak akan pernah kulepaskan lagi. tak membiarkan sedikitpun dingin dan basah menyentuhnya.
      Kendati menjauh, aku selalu memperhatikannya selama ini. berdiri pada jarak yang cukup. Cukup jauh utuk tidak menyalakan kejengahannya atas kehadiranku. Cukup dekat untuk berlari menghampiri saat dia membutuhkan bantuan apapun. hanya membantu. Setelah itu aku akan secara tahu diri menjauh kembali. Mirip matahari yang sedang ditatapnya saat ini. berlari konsisten sejajar di samping kapal kami. Tidak pernah bertambah jauh, tak pernah pula bertambah dekat. berusaha memendarkan cahaya ke permukaan air laut. Melapiskan emas pada tiang-tiang kapal, galangan, dermaga-dermaga yang menghutan di bawahnya. Berusaha berkata bahwa dunia sekitar lebih indah untuk diperhatikan daripada kecamuk di dalam hatinya. Bahwa ada yang memperhatikannya. Peduli padanya, menyayanginya.. mulai terbit hingga terbenam kembali di telan lautan.
     
       Tidak, bahkan sang mataharipun tak diperhatikannya.
      You such a mystery, bagiku dulu dan kini. Itu mungkin mengapa hatiku menjatuhkan pilihannya padamu. Kamu selalu seperti langitku, sebentar cerah,  sebentar kemudian mendung. Aku selalu membayangkan untuk jadi tempatmu kembali. Tempatmu berteduh dan mendapatkan bantuan mungkin perlindungan. Namun, agaknya kamu tidak mebutuhkanku. Kamu cukup kuat berdiri di atas kakimu sendiri. Kamu selalu bisa mengatasi rintangan-rintanganmu sendiri. Bersama sahabat-sahabat dekat kepercayaanmu. They are circling around you. Preventing any harm that come in contact to. Mungkin, akupun adalah sebentuk gangguan bagimu. Tak masalah, selama ada mereka, kamu pasti tak akan pernah kehabisan tempat berbagi, Bersandar, lalu menumpahkan keluh kesah.
       
      I’ll rules myself out, but i’m not leaving away 
   Waktu tiga tahun belum mampu memalingkan hatiku darimu. Sejauh ini aku masih berlari di bawahmu. tapi entahlah. Kaki-kaki ini mulai melemah. Nafas ini mulai terengah habis. Tenagaku mendekati batas. Aku kehabisan waktu. Kehabisan jalan datar untuk tetap berlari mengawasimu. Kelak mungkin aku akan berhenti berlari saat semuanya sudah habis. Lalu menyaksikanmu melayang hilang di kejauhan. Cuma bisa berdo’a semoga kau mendarat di tepat yang tepat. Matahari inipun tak bisa selamanya melayang di atas air. Sebentar lagi gelap akan memanggilnya. Sebentar lagi, horizon akan menelannya.


Aku tak tahu, aku akan berada di mana waktu itu. Mungkin jauh. Jauh sekali.                

0 komentar :

Posting Komentar