Tretes, 5
Oktober 2012

Itukah
cinta? Slurrrp…
Baiklah,
apapun namanya kawan, aku ingin berterima kasih padanya. Pada rasa yang sama
sekali tak kukenal itu. Pada rasa yang merekatkan mereka berdua. Mungkin saat
tuhan memutuskan untuk mempersatukan mereka dalam relasi spesial, saat itu
jugalah pertolongan datang padaku. Bagaimanapun juga, Moment ini adalah
saat-saat teman-temanku merasa saling memiliki satu sama lain. Hal yang sangat
kuimpikan sejak dulu. Karena bersatunya mereka. Adalah salah satu bukti
keberhasilanku sebagai ketua angkatan. Dan moment ini terjadi berkat mereka.
Slurrrp..
Dulu,
aku menganggap nasehat Cak Iyan
bahwa punya pacar adalah syarat sukses belajar itu konyol. Tak perlu
dipikirkan. Apalagi dikerjakan. Bangaimana tidak, orang mau fokus belajar kok
disuruh cari pacar?, tentu akan sangat
mengganggu konsentrasi. Belum lagi masalah norma dan semua krotok paek antara cowok dan cewek. Apalagi orang
yang dinaungi kultur berpikir kaku dan idealisme buta macam aku. Mana ada mufradat cinta, sayang, kangen, wa alihi wasohbihi
itu terlintas di kepalaku. Pikirku, selalu memelihara Idealisme, semangat, dan
determinasi diri adalah kunci dalam mempertahankan keistiqomahan. Apalagi
posisiku sebagai pemimpin yang senantiasa harus memikirkan nasib rakyatnya.
Mana boleh sedikitpun memikirkan perasaan diri sendiri?
Nah,
kini aku baru sadar kalau aku salah.
Sebagai
seorang pemimpin, Aku tak punya penyeimbang.
Slurrp...
Sepanjang sejarah, setiap pemimpin besar
di dunia, memiliki seorang perempuan di belakangnya. Yang berperan sebagai
penyeimbang. Tidak Cuma itu, seorang wanita bahkan merupakan simbol Agung bagi
kepemimpinan seorang laki-l`ki. Dalam
tradisi penaklukan bangsa mongol, sang raja akan menikahi putri pemimpin daerah
yang ditaklukkan. Sebagai simbol keterikatan permanen. Hanya dengan memiliki
seorang wanita yang terhitung sebagai prima nocta suatu wilayah, berarti
memiliki seluruh wilayah tersebut.
Tidak heran mengapa Raja Inggris Henry V sampai
melakukan berbagai cara untuk mempertahankan Lady Anne Boelyn agar tetap
menjadi permaisurinya. Sayyidina Ali hanya cukup memandang wajah Sayyidatina
Fatimah untuk menghilangkan seluruh penat lelahnya. Franklin Delano Roosevelt
mungkin tidak akan mampu membawa Amerika serikat keluar dari masa “Depresi
Hebat” tanpa didampingi Eleanor
Roosevelt. Atau Damar Wulan yang punya Sri ratu Kencanawungu disampingnya.
Tentu saja, kisah terbaik tetap datang dari
pemimpin terhebat sepanjang sejarah, Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah sosok
pemersatu umat manusia lintas dunia dan lintas zaman yang begitu inspiratif.
Sampai saat ini, tinta sejarah belum selesai menggambarkan keagungan dan
kemuliaannya. Tapi, dibalik sosok agung itu. berdiri seorang Khadijah binti
Khuwailid. Sosok yang begitu penting bagi Rasulullah. Tempat dia kembali,
bersandar dari sejuta problematika umat. Bagi beliau, Khadijah lebih dari
sekedar seorang istri yang sholihah, tapi juga penguat hatinya saat cobaan demi
cobaan menghantamnya. Wajar, jika saat kematian Khadijah, Rasulullah
terguncang. Sejarah Islam mengenangnya
khusus dalam sebutan Tahun Kesedihan (‘Amul Hazni)
Hal yang sama juga
terjadi pada pertempuran kuno Thermopylae 16 abad yang lalu. Saat itu,
Leonidas, sang raja kaum Sparta yang terkenal paling pemberani itu,
menggumamkan My Love, My Wife, My Queen, sesaat sebelum ratusan anak panah
pasukan persia menghujani tubuhnya. Aku mengerti mengapa dia memilih ketiga
kata itu when he was Making His Last Stand. Ia merasakan kegentaran hebat di
saat-saat terakhir. Bukan karena maut yang siap melahapnya, bukan karena nasib
sparta yang terancam jadi budak persia, tapi karena dia khawatir tidak akan
melihat sang istri lagi, menyaksikan senyumnya. Atau merasakan gengaman erat
tangannya. Ia berharap sang istri hadir di tempat itu, saat itu, untuk kembali
menguatkan hatinya seperti saat-saat sebelumnya.
Ah, aku kebanyakan
nonton film,
Slurrrrp...
Sebagai seorang
pemimpin, aku tak punya penyeimbang.
Jadi, wajar saja jika
aku selalu bertindak ngawur. Suka misuh, suka mengumbar emosi di depan umum,
suka cemberut gak jelas, suka cuek kalau disapa dan kelakuan tak pantas
lainnya. Kini, baru aku sadar kawan, aku butuh penyeimbang. Sama seperti Rio
dan Ayu yang bekerja layaknya angin dan hujan, ritmis dan kompak. Saling bahu
membahu. Mereka memimpin dengan inspirasi, tidak sepertiku yang memimpin dengan
Emosi.
Slurrp.. glek : glek
Ahh..
&nbrp; Jadi, pertanyaannya
adalah, jika Rasulullah punya Khadijah, Ali Punya fatimah, King Henry V punya
Lady Anne, Frank Roosevelt punya Eleanor, Damar wulan punya Kencana Wungu, pak
yon punya mb Umi, Cak Lukman Punya Anisa,
sinom punya ifa, Sony punya nia, fahri punya hesti, Ayu punya Rio..
Lalu, aku punya siapa?
Kutengadahkan wajah ke
langit, melayangkan pikiran jauh ke surabaya sana. Membayangkan dia suatu saat
jadi penyeimbangku. Jadi simbol kepemimpinanku.
Ha ha ha ha aha...
Impian Konyol,,
Aku memutuskan naik mengikuti jalan di depan villa, ke area hutan yang
gelap pekat di depan. Sambil tak henti menertawakan diri sendiri.
Fiq, fiq... Mati saja sambil berkhayal sana!
I stand Alone,
I’m on my own...
My Hands will bleed,
I’m Holding on,
Till war is gone...
0 komentar :
Posting Komentar