Selasa, 30 Oktober 2012

Second Heartbeat


Desa Wisata Punten, Batu, 21 Oktober 2012
Arrival,
            Aku berlari sekuat tenaga. Mendaki jalan curam yang menanjak naik itu. Udara dingin pegunungan selepas matahari tenggelam seakan menjepit paru-paruku. Tas punggung dan megafon yang kubawa ini seperti menarikku ke bawah. Di pikiranku Cuma terbayang wajahnya yang menahan sakit. Kudengar sakit seperti itu bisa membuat seorang perempuan pingsan. Aku tak peduli apapun. Yang penting, aku bisa menolongnya, aku bisa berbuat sesuatu untuknya. Saat nafas ini seakan mau habis, villa tempat MOM KPI 2012 terlihat. Aku bersorak dalam hati, sedikit lagi...    Tapi...

                “Gruuuungg...”             
            Seseorang telah membawanya naik dan memberinya pertolongan.
                Aku jatuh terduduk sambil memegangi perut.
“Ya Allah... Luka lamaku... ”

Departure,
MOM kini bukan jadi moment indah seperti tahun lalu. Ini lebih mirip dua hari penyiksaan hebat. Tugas menjadi korlap yang bertanggung jawab terhadap seluruh Rundown Acara selesai sudah. Menyisakan nyeri yang berkepanjangan. Mungkin Icha benar, aku terlalu memaksakan diri. Kupandangi peserta MOM yang bermain-main gembira di bawah sana. Pandanganku serupa screenshot film tahun 70-an yang terganggu sinyalnya. Buram dan kabur. Lalu rasa nyeri itu menjadi saat pandanganku membenttr seseorang. Aku memilih rebah bersandar di tembok villa. Memejamkan mata. Mengingat-ingat kembali semuanya....
                Aku melihatnya berjalan...
                Aku melihatnya melambai...
                Aku melihatnya tersenyum...
 
            sebelumnya aku sudah tahu, pesonanya makin menjadi-jadi di hutan. Sungguh, mungkin mukaku mirip Sam Gamgee yang menganga tak henti-henti saat memasuki hutan Rivendell. Rumah para peri yang teduh, tempat pohon-pohon besar dengan daun kuning berbagai warna. Harum rumput basah, gemerisik saat dipijak. Lambaian ranting. Tetes embun dan selimut kabut. Kerik serangga hutan. Serta kelopak lavender yang terbang tertiup angin.
                Dan yang mewakili semuanya, adalah disana, representasi dari seluruh kecantikan hutan ini. Lady Luthien of Undomiel. Dia berjalan seakan melayang tak memijak tanah. Dua angin menari ritmis di sekitar kaki-kakinya. Saat dia tersenyum, seluruh hutan mendadak terang benderang. Saat dia menghela nafasnya. Ada aroma harum yang tiba-tiba tercipta di sekitar tempat itu. Memaku mati gerak badanku. mengunci mulut dan membekukan nadiku. Sungguh, aku bingung, apakah aku sedang berdiri di Acara MOM KPI 2012 atau sedang melakoni scene Trilogi The Lord of The Ring .
            Kutegaskan kawan, ini bukan lagi persoalan pamer seperti pertama kuliah dulu. Ini bukan persoalan mendongkrak popularitas pada mahasiswa angkatan baru. Ini bukan lagi cari perhatian, ini bukan lagi masalah sok jago organisasi. Jika bukan karena aku Loyal pada jurusanku, jika bukan karena aku memikirkan kalian, jika bukan karena aku menghargai nilai persahabatan di atas segala-galanya, sumpah aku tidak mau datang ke tempat ini. Aku akan lebih memilih ikut eko belajar ke Yogjakarta. Aku akan lebih banyak mendapat ilmu dan pengalaman disana. aku akan lebih mengamankan karir jurnalistikku.
                Setiap detik di tempat ini, berarti menumpuk kemungkinan aku jadi gila. Menggerogoti perisaiku yang sudah berlubang disana-sini. Menahan sekuat tenaga tegangan tinggi yang menusuk-nusuk hati. Jika bukan karena kalian, aku memilih berlari sejauh-jauhnya. Menghindari kekalahan yang memalukan. Lari dari kenyataan bahwa aku tak akan bisa mendapatkan yang aku inginkan. Lari dari kenyataan bahwa aku memimpikan sesuatu yang tak layak kudapatkan.

                Jika bukan karena kalian,
                Luka ini...



  

0 komentar :

Posting Komentar