Desa Wisata Punten,
Batu, 21 Oktober 2012
Arrival,

“Gruuuungg...”
Seseorang telah membawanya naik dan memberinya pertolongan.
Aku jatuh terduduk sambil memegangi perut.
“Ya
Allah... Luka lamaku... ”
Departure,
MOM kini
bukan jadi moment indah seperti tahun lalu. Ini lebih mirip dua hari penyiksaan
hebat. Tugas menjadi korlap yang bertanggung jawab terhadap seluruh Rundown Acara
selesai sudah. Menyisakan nyeri yang berkepanjangan. Mungkin Icha benar, aku
terlalu memaksakan diri. Kupandangi peserta MOM yang bermain-main gembira di
bawah sana. Pandanganku serupa screenshot film tahun 70-an yang
terganggu sinyalnya. Buram dan kabur. Lalu rasa nyeri itu menjadi saat pandanganku
membenttr seseorang. Aku memilih rebah bersandar di tembok villa. Memejamkan
mata. Mengingat-ingat kembali semuanya....
Aku melihatnya berjalan...
Aku melihatnya melambai...
Aku melihatnya tersenyum...
sebelumnya aku sudah tahu, pesonanya makin menjadi-jadi di hutan. Sungguh, mungkin mukaku mirip Sam Gamgee yang menganga tak henti-henti
saat memasuki hutan Rivendell. Rumah para peri yang teduh, tempat pohon-pohon
besar dengan daun kuning berbagai warna. Harum rumput basah, gemerisik saat
dipijak. Lambaian ranting. Tetes embun dan selimut kabut. Kerik serangga hutan.
Serta kelopak lavender yang terbang tertiup angin.
Dan yang mewakili semuanya, adalah disana,
representasi dari seluruh kecantikan hutan ini. Lady Luthien of Undomiel. Dia
berjalan seakan melayang tak memijak tanah. Dua angin menari ritmis di sekitar
kaki-kakinya. Saat dia tersenyum, seluruh hutan mendadak terang benderang. Saat
dia menghela nafasnya. Ada aroma harum yang tiba-tiba tercipta di sekitar
tempat itu. Memaku mati gerak badanku. mengunci mulut dan membekukan nadiku.
Sungguh, aku bingung, apakah aku sedang berdiri di Acara MOM KPI 2012 atau
sedang melakoni scene Trilogi The Lord of The Ring .
Kutegaskan kawan, ini bukan lagi persoalan pamer seperti pertama kuliah
dulu. Ini bukan persoalan mendongkrak popularitas pada mahasiswa angkatan baru.
Ini bukan lagi cari perhatian, ini bukan lagi masalah sok jago organisasi. Jika
bukan karena aku Loyal pada jurusanku, jika bukan karena aku memikirkan kalian,
jika bukan karena aku menghargai nilai persahabatan di atas segala-galanya,
sumpah aku tidak mau datang ke tempat ini. Aku akan lebih memilih ikut eko
belajar ke Yogjakarta. Aku akan lebih banyak mendapat ilmu dan pengalaman
disana. aku akan lebih mengamankan karir jurnalistikku.
Setiap detik di tempat ini, berarti menumpuk
kemungkinan aku jadi gila. Menggerogoti perisaiku yang sudah berlubang
disana-sini. Menahan sekuat tenaga tegangan tinggi yang menusuk-nusuk hati.
Jika bukan karena kalian, aku memilih berlari sejauh-jauhnya. Menghindari
kekalahan yang memalukan. Lari dari kenyataan bahwa aku tak akan bisa
mendapatkan yang aku inginkan. Lari dari kenyataan bahwa aku memimpikan sesuatu
yang tak layak kudapatkan.
Jika bukan karena kalian,
Luka ini...
0 komentar :
Posting Komentar