Selasa, 30 Oktober 2012

Ciuman Pemersatu


hdw.eweb4.com
Tretes, 6 Oktober2012

            Tak ada kata lagi untuk diucapkan. Airmatanya bahkan tak cukup mewakili suasana haru di tempat itu. Dadanya sesak naik turun membendung perasaan bahagia. Mungkin ribuan terima kasih dirasanya tidak akan cukup untuk mewakili perasaannya pada sang kekasih. Dia hanya dapat mendekat, mengucap permisi dan…

 Mendaratkan sebuah ciuman.

           

            Wajahnya kusut kurang tidur. Kerudungnya yang biasa tersampir rapi nan modis kini hanya melekat sekenanya saja. Sorot matanya kian redup ditimpa beban pikiran yang berat. Membayangkan fisiknya yang lemah, aku berpikir seharusnya Mahasiswi seusianya sedang menikmati masa-masa ceria bersama kawan-kawannya. Tapi kini dia adalah pimpinan yang berdiri di forum. Suaranya serak mengucap salam. Hening menyambut saat dia mulai berbicara. Makin lama-makin lirih. Diselingi Isak dan airmata yang mulai mengalir. Rasa bersalah mendadak merasukiku. Seharusnya, aku tak menyeretnya kesini.
Aku masih ingat dulu ia adalah gadis kecil yang lugu, polos, dan kekanak-kanakan. Diantara barisan peserta MOM KPI 2011, dia tampak masih seperti anak SMA. Meloncat-loncat sembarangan dan bernyanyi-nyayi riang. Bahkan dia ketakutan saat aku sekedar menyebut-nyebut kata “Bunuh” dengan intonasi yang ditekan. Sekarang? Dia tampil sebagai wanita perkasa yang tegar. memikul beban yang aku sendiri belum tentu mampu memikulnya.
            Mengejutkan bagaimana Ideologi bendera kuning mampu merubah seseorang. Dan dia berangkat dari hal yang sama denganku. Sakit hati. Cuman bedanya, dia dikhianati dan dikecewakan sang kekasih, aku kecewa gara-gara tidak kesampaian. Haha, Ironis...
Sekarang, dia punya orang lain. Ketika kutanya mana yang lebih baik, dia bilang yang ini apa adanya. Tak palsu, bukan manipulasi. Aku melihat bagaimana keduanya bekerja bahu-membahu. Saling menopang satu sama lain. Apalagi sang suami yang begitu sabar menghadapi istrinya yang sensitif. Mudah marah dan tersinggung. Aku bersyukur mereka bertemu. Aku bersyukur dia tidak lagi mengeluhkan hidupnya padaku. Aku bersyukur dia punya tempat melabuhkan hatinya.
Mempersatukan angkatan adalah pertanyaan besar yang tak pernah terhapuskan barang sedetikpun dari kepalaku setahun terakhir ini. Jadi bahan lamunan saat berjalan sendirian di gang lebar wonocolo. Bagaimanapun, PMII adalah oraganisasi besar. Berisi orang-orang pintar beridealisme kental. Menyatukan isi kepala ratusan orang tidaklah gampang. Jadi ketua angkatan mungkin sebuah anugrah, sekaligus kutukan.
Menyakitkan bagaimana kau dipilih jadi pemimpin, kemudian tiba-tiba ditinggalkan begitu saja memikul beban organisasi. Setahun lamanya kau rasakan itu. setiap sore aku harus menaikkan sendiri bendera kuning di halaman fakultas. Duduk sendirian di depan fakultas ditemani papan keramat “sapu Lidi”. Berharap seorang teman datang dan duduk untuk memenuhi janji mereka untuk belajar bersama. Berjam-jam lamanya merana sendirian seperti orang bodoh. Menjelang maghrib, terpaksa menggulung bendera dan mengangkut papan kajian sendirian. Melangkah lesu kembali ke Arta. Begini rasanya dikhianati...
Aku bahkan sempat merasa, The God Ain’t in my Side, pasalnya, ada saja halangan saat aku mencoba menggelar kegiatan angkatan. Kajian harus sambil teriak-teriak karena tepat disampingnya, Red Band sedang menggelar konser. Kadang kajian harus batal karena hujan turun. Aku harus basah kuyup berjam-jam bersama dzakir saat acara ke tugu  pahlawan. Itupun belum cukup untuk membuat mereka saling memiliki. Aku, Hampir putus asa...
Yang bisa kulakukan Cuma berdo’a. Beberapa temanku sudah semburat tak tentu arah dimakan sakit hati. Dimakan koflik. Sampai H-5 MAPABA pun, belum ada tanda-tanda angkatanku kompak. Yang ada hanya benturan emosi lagi dan lagi.
Maka, aku berterima kasih pada takdir tuhan yang memberi kami pasangan pemimpin untuk MAPABA. Pasangan yang bekerja seirama dengan energy kasih sayang satu dan yang lain. Dia, si gadis kecil itu, dia kini bisa tersenyum. Pertanyaannya yang tak terjawab olehku tentang apa yang bisa didapatkan di PMII kini terjawab dengan sendirinya. PMII memberikannya kekuatan. PMII memberinya tawa dalam persahabatan. Dan, yang terpenting lagi, PMII memberinya cinta dalam bentuk lain. Sosok yang tidak hanya mampu merayu dengan kata-kata manis nan puitis. Tapi mampu menopangnya dalam suka dan duka.
Kutengadahkan kepala ke langit, memuji dzat yang menciptakan makhluknya berpasangan. Tersenyum pada bintang yang begiu mesra dengan bulan. Tak kusangka yang mempersatukan angkatanku adalah sebuah ciuman. Ciuman yang akan membuat semuanya berbeda mulai sekarang.
Sejenak, aku berdamai dengan perasaan yang sama sekali tak kukenal itu. Yang selama ini selalu aku musuhi. Dan, untuk pertama kalinya berkata

Terima kasih, Cinta.     

I started here so young,,,
And Help you get along…
Just did it for the Love….
While people Healed through us,,,

0 komentar :

Posting Komentar