Sabtu, 13 Oktober 2012

All We Need Is A Reason


Pemberangkatan, 4 Oktober 2012

         Lagu-lagu perjuangan kembali dinyanyikan
         Bendera Kuning Kembali dikibarkan
         Roda pergerakan kembali digulirkan
               
       Di Halaman fakultas ini, Ada dua hal yang mampu membuat darahku berdesir hebat. Satu, Bendera Kuning yang mengepak tertiup angin. Proud And Glorious. Bangga aku jadi salah satu Ksatria yang berjuang dibawah naungannya. Bangga mendengar teriakan ratusan bibit-bibit pejuang yang baru mekar. Bangga akan barisan teman-temanku. Serta Bangga, menyadari bahwa akulah pemimpin mereka.

                Desiran darah yang hebat itu mendadak berubah arah tak kalah deras. Saat Putri Luthien keluar dari pintu. Berjalan dengan anggunnya menuruni tangga. Setiap inchi gerakan tubuhnya adalah Pertunjukan teatrikal agung Mahakarya Tuhan yang maha Esa.  Simbol kecantikan yang membius, melumpuhkan, dan mematahkan. Diam dan acuh. Tenang dan menghanyutkan. Bahkan angin dibawah kakinya berlutut takjub. Akupun ciut. Silap karena pesonanya. Ciut menyadari aku hanyalah kotoran kecil di hadirat keindahannya. Ciut menyadari aku hanya makhluk buruk rupa yang bahkan tak layak jadi alas kakinya.    
Kita bicara eksistensi.
Selalu, aku percaya bahwa semua manusia di dunia sejak lahir berlomba untuk Eksis. Berarti keberadaannya bagi orang lain disekelilingnya.  Pertanyaan yang selalu muncul adalah who you are? What you are? Dan what exactly you lived for.hidup manusia tidak sesimpel urusan kenyangnya perut dan terpenuhinya nafsu biologis. Pada kita, tersemat mimpi-mimpi, yang kemudian berubah menjadi impian-impian. Berubah menjadi cita-cita, berubah menjadi ambisi yang rela dipertahankan sampai mati.  Sekarang masalahnya, aku merasa benar-benar tak berguna, hanya karena tak berarti apa-apa di mata sang putri.
Kendati Cuma tokoh fiksi, aku benar-benar mengamini perkataan Sabakyuu No Gaara, orang hidup butuh alasan. Kalau tidak, sama dengan mati. Kadang manusia pun harus mati demi membela alasannya. Juga kadang-kadang mati hanya karena tak punya alasan untuk hidup. Yah, alasan sangat dibutuhkan. Dalam setiap aspek  kehidupan kita.  Alasan kita belajar, alasan kita tertawa, alasan kita menangis, alasan kita berjuang, alasan kita berdiam, alasan kita bergerak, alasan kita  datang, alasan kita pergi. Alasan kita hidup, alasan kita mati.
Kupandangi Punggung sang putri yang berjalan menjauh. Waktunya terlalu berharga untuk sekedar menoleh pada Ksatria lusuh dari kasta terendah kaum laki-laki ini. Dihadapannya, semua kekuatanku lumpuh. Kesombonganku hangus. Aku dan sang putri mungkin hanya berjarak beberapa meter. Namun, dalam arti yang dalam, Dia sangat jauh tak terjangkau.  Hanya bendera kuning yang terus mengingatkanku.  Hanya bendera kuning yang mampu menopangku. Hanya dia Alasanku terus berada di tempat ini.
Sungguh, jika tidak ada kau, mungkin akau akan roboh dihantam perasaan ini. Mungkin aku akan mati dibunuh kemilau pesona sang putri. Selama ada kau, minimal, makhluk kotor dan hina ini layak hidup. Untuk sekedar menjagamu tetap berkibar. Membenihkan ajaran muliamu. menggerakkan Ideologimu. Minimal, makhluk  buruk rupa sepertiku harus hidup. Untuk melayani dan melindungi teman-temanku. Membimbing mereka berjalan menuju kebenaran.bersama-sama menempa diri. Dari akademisi, Menuju Insan Ulul Albab sejati.
 Angin pun merubah panggung lakon anak manusia ini. Dari halaman fakultas, ke landskap padang rumput abad pertengahan. Alfian Mba yang menghampiriku bahkan benar-benar terlihat seperti Sir Lancelot yang melapor pada King Arthur.
“Pak ketua, Pasukan siap diberangkatkan.”
“berangkat!”
“Siap”

Akupun naik ke atas punggung kudaku. Memacunya secepat mungkin. Diikuti ratusan baris prajurit dibelakangku. lewat disamping kereta agung sang putri. Hati ini sudah tak berharap dia menoleh sedikitpun. Yang kutahu hanya maju terus.    
                Kutegaskan kembali pada diriku. Aku tak akan berhenti memujanya, namun, daripada berpikir untuk Lari, pikirkan bagaimana aku yang harus menjadi lebih kuat demi teman-temanku.


All we need is a reason...
All we need is Right here inside us All...

0 komentar :

Posting Komentar