Pemberangkatan,
4 Oktober 2012
Lagu-lagu perjuangan kembali dinyanyikan
Bendera Kuning Kembali
dikibarkan
Roda pergerakan kembali
digulirkan
Di Halaman
fakultas ini, Ada dua hal yang mampu membuat darahku berdesir hebat. Satu,
Bendera Kuning yang mengepak tertiup angin. Proud And Glorious. Bangga
aku jadi salah satu Ksatria yang berjuang dibawah naungannya. Bangga mendengar
teriakan ratusan bibit-bibit pejuang yang baru mekar. Bangga akan barisan
teman-temanku. Serta Bangga, menyadari bahwa akulah pemimpin mereka.
Desiran darah yang
hebat itu mendadak berubah arah tak kalah deras. Saat Putri Luthien keluar dari
pintu. Berjalan dengan anggunnya menuruni tangga. Setiap inchi gerakan tubuhnya
adalah Pertunjukan teatrikal agung Mahakarya Tuhan yang maha Esa. Simbol kecantikan yang membius, melumpuhkan,
dan mematahkan. Diam dan acuh. Tenang dan menghanyutkan. Bahkan angin dibawah
kakinya berlutut takjub. Akupun ciut. Silap karena pesonanya. Ciut menyadari
aku hanyalah kotoran kecil di hadirat keindahannya. Ciut menyadari aku hanya
makhluk buruk rupa yang bahkan tak layak jadi alas kakinya.
Kita bicara eksistensi.
Selalu, aku percaya bahwa semua manusia di dunia
sejak lahir berlomba untuk Eksis. Berarti keberadaannya bagi orang lain
disekelilingnya. Pertanyaan yang selalu
muncul adalah who you are? What you are? Dan what exactly you lived
for.hidup manusia tidak sesimpel urusan kenyangnya perut dan terpenuhinya
nafsu biologis. Pada kita, tersemat mimpi-mimpi, yang kemudian berubah menjadi
impian-impian. Berubah menjadi cita-cita, berubah menjadi ambisi yang rela
dipertahankan sampai mati. Sekarang
masalahnya, aku merasa benar-benar tak berguna, hanya karena tak berarti
apa-apa di mata sang putri.
Kendati Cuma tokoh fiksi, aku benar-benar mengamini
perkataan Sabakyuu No Gaara, orang hidup butuh alasan.
Kalau tidak, sama dengan mati. Kadang manusia pun harus mati demi membela
alasannya. Juga kadang-kadang mati hanya karena tak punya alasan untuk hidup.
Yah, alasan sangat dibutuhkan. Dalam setiap aspek kehidupan kita. Alasan kita belajar, alasan kita tertawa,
alasan kita menangis, alasan kita berjuang, alasan kita berdiam, alasan kita
bergerak, alasan kita datang, alasan
kita pergi. Alasan kita hidup, alasan kita mati.
Kupandangi Punggung sang putri yang berjalan
menjauh. Waktunya terlalu berharga untuk sekedar menoleh pada Ksatria lusuh
dari kasta terendah kaum laki-laki ini. Dihadapannya, semua kekuatanku lumpuh.
Kesombonganku hangus. Aku dan sang putri mungkin hanya berjarak beberapa meter.
Namun, dalam arti yang dalam, Dia sangat jauh tak terjangkau. Hanya bendera kuning yang terus
mengingatkanku. Hanya bendera kuning
yang mampu menopangku. Hanya dia Alasanku terus berada di tempat ini.
Sungguh, jika tidak ada kau, mungkin akau akan
roboh dihantam perasaan ini. Mungkin aku akan mati dibunuh kemilau pesona sang
putri. Selama ada kau, minimal, makhluk kotor dan hina ini layak hidup. Untuk
sekedar menjagamu tetap berkibar. Membenihkan ajaran muliamu. menggerakkan
Ideologimu. Minimal, makhluk buruk rupa
sepertiku harus hidup. Untuk melayani dan melindungi teman-temanku. Membimbing
mereka berjalan menuju kebenaran.bersama-sama menempa diri. Dari akademisi,
Menuju Insan Ulul Albab sejati.
Angin pun
merubah panggung lakon anak manusia ini. Dari halaman fakultas, ke landskap
padang rumput abad pertengahan. Alfian Mba yang menghampiriku bahkan
benar-benar terlihat seperti Sir Lancelot yang melapor pada King Arthur.
“Pak ketua, Pasukan siap diberangkatkan.”
“berangkat!”
“Siap”
Akupun naik ke atas punggung kudaku. Memacunya
secepat mungkin. Diikuti ratusan baris prajurit dibelakangku. lewat disamping
kereta agung sang putri. Hati ini sudah tak berharap dia menoleh sedikitpun.
Yang kutahu hanya maju terus.
Kutegaskan
kembali pada diriku. Aku tak akan berhenti memujanya, namun, daripada berpikir
untuk Lari, pikirkan bagaimana aku yang harus menjadi lebih kuat demi
teman-temanku.
All we need is a reason...
All we need is Right here inside us All...
0 komentar :
Posting Komentar