Rabu, 27 Juni 2012

Apa Kabar? Kenangan...


Pantai Tanjung Gerinting,  17 Juni 2012

Four days earlier...
                Tanpa sadar, Kupilih laut sebagai storage dari semua kenangan dalam hidupku. Semua momen indah dalam hidupku terjadi dekat laut. satu di pantai ini, Satunya lagi  tanjung kodok lamongan. Sedikit di camplong, siring kemuning dan pasir putih. Termasuk, akhir-akhir ini aku sedang terobsesi dengan seseorang yang kuibaratkan sebagai “Laut”.  (haha, kenapa kebetulan sekali ya?)
Sore ini aku agak nekat, sebelumnya aku tak pernah melintasi hutan Mangrove ini sendirian. Apalagi saat surup matahari seperti ini. Airnya sedang pasang. Tapi, ketahuilah kawan, manusia itu sombong. Cukup sombong untuk mengalahkan ketakutannya.  Sumpah, aku seperti berjalan di kerumunan Hantu yang mengejek menertawakanku.
                Gelap tersibak, walaupun sakit mendera telapak kaki yang robek terkena karang. Hanya untuk sebuah kenangan. Ya, sebuah kenangan. Memang remeh, tapi kata para penyair dunia, The Power of memories  punya kekuatan yang  hebat untuk mengubah seseorang. Laut ini jadi saksi kenangan keduapuluhsatu sahabatku.
                Tanjung gerinting, ombaknya kecil, lautnya kotor, gudang sampah dan limbah, disepanjang jalannya terserak puing-puing bangunan. Terkenal angker dan tempat pembuangan jin semasa KH. Zaini Mun’im membabat desa tanjung dulu. Jauh dari menarik, bukan? Tapi tahukah kau kawan, pantai ini punya lukisan laut yang menakjubkan pada saat-saat tertentu. Bahkan, aku punya dua lembar puisi khusus yang kutulis tentangnya. Tepat sehari sebelum aku meninggalkan Nurul Jadid, aku berpamitan secara khusus padanya.
                 Maha Suci Allah. Laut adalah representasi dari kecantikan ciptaannya. Indah luar biasa sekaligus menyimpan bahaya. Dengan memandangnya, lahir berjuta lagu, syair dan puisi serta lukisan. Begitu tenang, begitu mempesona, dan begitu menghanyutkan.
                Baiklah lautku, Kutitipkan semua kenangan ini padamu. Kenangan yang mengganggu dalam setiap gelisahku. Kubungkus dalam matahari yang perlahan-lahan kau telan. Jauh ke kedalaman birumu. Jauh ke lubuk palungmu. Suatu saat hanya satu orang yang berhak mengambilnya darimu. Mungkin sebulan lagi, mungkin setahun lagi, mungkin seabad lagi, atau mungkin setelah aku mati. Atau biarkan saja terkubur bersamamu.
                Aku akan kembali pada tugasku.
               
    This Heart will cry....,
                The black is still inside,
                But This is the memories I lived for,
                I can Smell the Ocean air..
                Here I’am,
                Pouring my heart along this surface.. ;-(

0 komentar :

Posting Komentar