Selasa, 24
Januari 2012
Centuries
passed, and Still the same…
War in
our Blood, Something never changes…
Pernyataan
senada dilontarkan 1400 tahun lalu oleh seorang komandan perang, saat
pasukannya berhasil memenangkan perang ‘Gila’ yang jika dilihat dari sudut
logika manapun, tak mampu mereka menangkan. “Raja’na min jihatil ashgar, ila
jihatil akbar” katanya dengan tegas. Membuat sebagian besar orang di
dekatnya melongo. Itu pernyataan bodoh jika saja tidak diucapkan oleh utusan
terakhir tuhan bagi manusia.
Dikemudian
hari, aku sangat memahami perkataan sang komandan, bahwa dalam tubuh kita yang
nampaknya tenang itu, tengah berkecamuk perang dahsyat antara tiga kekuatan
besar yang berebut kontrol akan satu jasad. Tiap detik, Tanpa istirahat, tanpa jeda, tanpa hasil
akhir, kecuali sang jasad sudah kering dimakan abu. Tiga kekuatan itu, setan,
malaikat, dan kita sendiri sebagai kekuatan ketiga. Bergantian menguasai
wilayah tubuh. Menumbangkan kekuatan lain yang lalai menjaganya.
Mungkin
juga karena itu, sejak kecil aku
menyukai kisah-kisah peperangan, serta mengagumi para komandan perang yang melegenda dalam sejarah dengan
kemenangan-kemenangan yang dicapainya. Kemenangan hakiki disini, bagi seorang
Ksatria, adalah apa yang disebut “Live in Glory, or Die in Honour”.
Dalam bahasa kita disebut “Isy karimun, aw Mut Syahidun.”
Meskipun
bukan ahli sejarah, aku berani mengambil kesimpulan, bahwa mereka, para
komandan legendaris itu, sukses meraih kemenangan, setelah mereka terlebih
dahulu memenangkan pergulatan dalam diri mereka.
Richard
de Plantagenet, yang menamakan dirinya si hati singa, sadar bahwa perang salib
ketiga yang dicetuskannya bukan semata-mata didasari perintah tuhan untuk
menyelamatkan tempat lahirnya sang kristus. Tapi lebih karena Ambisi menjadi
suksesor tahta ayahnya di kerajaan inggris. Narpati Basukarno, atau Laksamana
Karna, maju ke tengah medan Bharatayudha sebagai pemimpin kurawa. Karena dia
sadar, kewajibannya membela Negara lebih besar daripada kewajiban membela
kebenaran yang diyakininya.
Tuqluq
Timur Khan, menghentikan impiannya mempersatukan kembali imperium mongol
ciptaan leluhurnya, Genghiz Khan. Karena dia sadar, keraguan dalam dirinya,
serta keretakan dalam keluarganya akan mengakibatkan lemahnya semangat juang
prajurit kerajaan. Mehmed el Fatih,untuk pertama kalinya Menjebol benteng tebal Konstantinopel yang
telah berdiri ratusan tahun setelah Memenangkan keraguan hebat dalam hatinya
akan kekuatan prajurit turki Utsmani.
Dan yang terakhir,
Panglima perang favoritku, Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Atau saladin. Pemimpin
bangsa Saracens ini diserang kegalauan hebat sesaat sebelum bentrok dengan
tentara salib di padang jaffa. Beliau ragu akan apa yang dibelanya. Ragu akan
porsi hak kaum muslimin akan kota Kuno Yerussalem. Apakah dirinya benar-benar pelindung
bagi kota itu? Ataukah sama saja seperti bangsa-bangsa terdahulu yang
mendiaminya. Merampok. Dan menjarahnya. Lama setelah bersujud di bawah kubah
Sakhrah (Dome of The Rock), beliau mengambil keputusan untuk tidak berlindung
di balik tembok kota itu. Keputusan yang kuyakin tidak akan diambil oleh
panglima lainnya. Rahimahullahu ‘anhu.
Yah, setiap kita adalah pejuang.
Hanya saja, ada yang sadar dan tidak mau dikontrol oleh Nafsu yang mendiami
tubuh, lalu melawan sekuat tenaga. Ada yang justru dengan rela hati menjadi
budaknya.
Menuruti kesenangan demi kesenangan yang
dituntut oleh nafsu. Mereka itu, seperti mayat hidup. sudah mati bahkan sebelum
mati.
Sungguh, Sahabat, andaikan kau tahu betapa
beratnya melawan diri sendiri. Musuh yang kita hadapi tak terlihat sama sekali.
Dan setiap serangan yang kita lakukan, rasa sakitnya akan berbalik menghantam
diri sendiri. Karena yang kita serang adalah diri sendiri pula. Mereka tak bisa
mati, tak bisa musnah. Tak bisa kalah. Kita hanya diperintah untuk melawan.
Melawan. Dan melawan.
Dan
Aku, telah bersumpah atas nama Dzat yang jiwaku berada di gengamanNya. Tak akan
membiarkan mereka menguasai diriku. Sesakit apapun rasanya. Jauh-jauh hari
sudah kuumumkan perang pada musuh abadi manusia. Setan. Walaupun aku samasekali tidak membencinya.
Kenapa kuceritakan ini padamu?. Karena beberapa hari yang lalu. Mereka berhasil
menguasai hatiku.
Baik,
begini cerintanya…
pak,,
BalasHapusgmana caranya biar postingan blog saya ada gambarnya seprti milik anda?
saya buru ajer pak..!!
hehehe
tutornya di internet banyak mi.
BalasHapus