Sabtu, 11 Februari 2012

7 Prosedur Membunuh Hati


Arak-Arak, Rabu, 25 Januari 2012

                Memang, Pak Tua, aku tidak mau menafikan ajaran Sayyidina Ali Karramallahu Wajha tentang lima obat hati. Tapi buat diriku sendiri, aku menetapkan prosedur tambahan. Mengantisipasi agar tidak kehilangan kontrol seperti waktu pertama kali kena serangan dulu. Prosedur ini tidak berdasar teori ilmiah manapun. Cuma didapat dari pengalaman saja. Heh, aku bukan jurusan Psikologi.
                Ah, Banyak omong kau, cepat ke intinya, punggungku mulai sakit menunggu ceritamu
                Baiklah Pak Tua, Dia hebat, kendati tidak seindah senyuman putri Luthien legenda bangsa kalian, diamnya saja sudah membuatku kecut. Kalau “dia” punya pesona saat tertawa, maka “dia” punya pesona saat diam.
Prosedur Pertama, Condition Zero.
                Begitu kontak terakhir dengannya selesai, aku langsung pulang ke kontrakan. Lempar tas, buka pakaian, telanjang bulat menghadap cermin. Kalau sudah cukup jijik melihat rupa sendiri, pergi ke kamar mandi lalu mulai mandi besar. Percaya tak kau pak tua, mandi besar memiliki efek seperti Stabilizer Voltage. Menstabilkan sirkuit otak setelah kena tegangan tinggi barusan. Dengan mandi ini. Detakan jantung mulai sedikit stabil. Yah, sedikit.
                ‘Kondisi Nol’ adalah andalanku menghadapi perkara yang rumit. Teknisnya adalah dengan duduk bersila. Kepala dan punggung tegak sejajar. Itu teknis, substansinya adalah kita berada pada titik nol. Gelombang otak ditekan hingga turun ke Frekuensi ALPHA. Tidak bergerak. Dalam keadaan tidak lapar dan tidak kenyang, tidak lelah tidak pula bugar, tidak senang maupun sedih. Tidak mengantuk tidak pula bersemangat. Usir segala pikiran dari otak. Kalau sudah merasa mulai tenang, Harus segera mulai tidur. Tidur harus cepat. Tidak boleh sampai melamun.
Prosedur Kedua, Energy Expenditure
                Tahukah kau Pak Tua, orang yang jatuh cinta, didalam tubuhnya, berpusat di dada, sedang terkumpul energy besar. Kalau tidak disalurkan, akan menimbulkan keresahan bagi yang punya tubuh. Banyak orang tak enak makan, tak enak tidur, berdiri salah, duduk salah, Wajar saja. Mereka dalam keadaan on Fire dan mereka tidak menyadari itu. Tapi tidak dengan TheAvenger. Aku tahu harus berbuat apa.   
                Dan, Energi yang ditembakkan dari jarak jauh olehnya mampu membuatku berlari marathon dari Kampus-Sampai Ujung Frontage A. Yani, Royal Plaza, Stasiun Wonokromo, Ngangel, terminal Joyoboyo, Pertigaan Darmo, Gunungsari, Karah, Ketintang, Lalu kembali lagi ke kampus. Energy tersalurkan walau hampir kehabisan nafas. Lalu rasa lelah yang memuncak akan mengantarkan pada tidur yang nyenyak. Yang sudah tiga hari tak kurasakan.
                Hey, Berhenti tertawa Pak Tua.
Prosedur Ketiga, Sakiti Diri Sendiri.
                Sasaran kita kali ini adalah ego. Karena saat jatuh cinta ego kita berkembang pesat. Tiba-tiba kita merasa tampan, mengingat-ingat kehebatan diri sendiri, berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa kita pantas memiliki gadis secantik dia. Hah.., maka berusahalah menghina diri sendiri dengan kata-kata kotor. Penghinaan bisa dilakukan sendiri. Namun ini kurang ampuh. Usahakan cacian itu berasal dari orang lain. Carilah orang yang paling membenci kita, lalu suruh dia mencaci kita di depan kita sendiri.
                Kalau aku, Dimana mencari cacian itu? Aha, dimana lagi kalau bukan di ARTA. Hm, baru saat ini aku merasa omelan senior begitu berharga. Berangkatlah aku disana.
Prosedur Keempat, Berbuat Jahat
                Berbuat jahat bisa berefek pada kerasnya hati. Hati yang keras adalah tempat tumbuh yang gersang bagi cinta. Ini adalah vaksin paling ampuh mengatasi virus merah jambu. Contohnya bisa seperti membunuh makhluk hidup. Boleh serangga, atau kalau tega, ayam, atau kucing. Rasakan saat mereka menjerit meregang nyawa. Dengarkan baik-baik. Dan resapi dalam-dalam.
Maaf Pak Tua, aku tak bisa menceritakan prosedur perbuatan jahat yang kulakukan.
Prosedur Kelima,  Recharge!.
                Di dada sebelah kiri bawah, ada sebuah Mass Storage yang lebih hebat daripada cawan suci dalam The Da Vinci Code. Namanya  Lathifun Nafs. Perangkat ini menentukan dominasi isi pikiran, isi hati, dan perasaan kita selama hidup. Details tentang kecanggihan alat ini mungkin kuceritakan nanti. Intinya, isi dari Lathifun Nafs akan mempengaruhi isi pikiran dan hati kita yang kemudian akan berpengaruh pada perbuatan kita.
                Saat itu Kutengok, Lathifun Nafs-ku berisi “dia, dia, dia, dia, dia, dia, dia, dia, dia, dia, dan dia”
Maka sekuat tenanga, kukuras isinya dan kuganti dengan “ Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Allah”
Charging, Please Wait…
Prosedur Keenam, Al-Insaan
                Energi sudah terkuras habis. Ego sudah Dihina Habis-habisan. Hati sudah diisi dengan kekejaman-kekejaman. Lalu kita biarkan begitu saja. Jangan!, Bahaya!, kau bisa jadi Psikopat. Hati yang sudah lemah itu isi kembali dengan energy positif. Dan tak ada sumber energy positif yang lebih baik daridapa dzikir. “aala bidzikrillahi tathma’innun quluub”. Dan tak ada dzikir yang lebih baik daripada membaca Al-Qur’an. Favoritku adalah sindiran Allah pada manusia. Surat Al-Insaan.
Haal Ataa… ‘ala al-Insaani Hiinun minad dahri lam yakun syai’an Madzkuura..
Prosedure Ketujuh, Remember of Death
                Ingat Mati merupakan cara yang ampuh mengatasi Hati yang berbunga-bunga, dipenuhi Harapan dan Impian berlebih. Teknisnya banyak, tergantung pilihan mana yang suka. Kalau aku ada tiga,
Pertama, Berdiri satu kaki di Tepi jembatan. Semakin tinggi jembatannya, semakin baik. Prosedur ini kulakukan di rumah. Kebetulan ada jembatan yang lumayan tinggi jurangnya. Itu akan memberi cukup keseimbangan perasaan di hati. Karena komposisi perasaan di hati sama dengan cairan kimia, bisa diatur kadarnya sesuai keinginan kita semua. Kalau kadar senang terlalu tinggi. Suntik dengan rasa takut.
Kedua, ke rumah sakit. Aku duduk di halaman RSUD Dr. Koesnadi Bondowoso. Pelotot-pelototan dengan satpam. Yang kutunggu akhirnya datang juga. Ambulans. Aku berusaha melongok melihat korban kecelakaan yang dibaringkan diatas brankar. Berusaha merasakan sensasinya. Darah yang mengalir… Nafas yang tersendat… daging robek… kulit terkelupas… Hmm, Yummy!
Ketiga. Ke kuburan. Di seberang jalan depan rumah ada areal pekuburan yang lumayan sesak. Tapi ada sepotong tanah di pojok yang memang sengaja dikosongkan. Di samping cungkup makam eyang Shanhaji Yusuf. Areal itu dikhususkan untuk keluarga kami, dan suatu pagi yang lumayan cerah aku pergi ke sana. Lalu menggambar sekotak persegi panjang di tanah. Lalu menuliskan “Taufiqurrahman.”

Dan, Taaadaa…!, Rasa Cinta Berhasil Diusir dari hati.
*******
                Aku beranjak dari tempat duduk. Pipi Elimarandul-Rithrandril kembung menahan sesuatu. Aku Pulang dulu Pak Tua, kapan-kapan aku mampir lagi. Ujarku seraya melangkah pergi. Dan meledaklah tawanya. Pohon-pohon lain ikut berayun-ayun sambil tertawa keras. Aku cuek saja dan terus melangkah menjauh.
                “Kau Sinting!, Anak Muda… Sinting! Tapi aku suka itu.
Hahahaha .. ha.. ha.. ha.. haduh.. haha… tak tahan aku… huah haah.. ha..ha”
               
Pohon Sialan

7 komentar :