Black Pearl sudah sepi mb
mir..
Ummi terlelap di ruang tengah. Mungkin
kelelahan ngomel kesana kemari mengatur konsumsi tiga ratus orang. Ayah kuintip
barusan sedang berbaring di kamar. Tidak tidur. mengembarakan pikiran entah
kemana. Mbak Key, kakakku, dan dua adikku, Has dan Iis tewas bertumpukan di
depan televisi. Sama lelahnya. Sebenarnya badanku juga rasanya remuk redam
seharian mendekor panggung. Tapi kutahan ngantukku untuk menghidupkan computer
karena aku ingat punya hutang padamu, sebuah cerita. Atau.. semacam itulah.
Jadi
ceritanya aku baru turun dari bis di Bondowoso saat menerima pesanmu soal
langit menakutkan dan sendirian di kosan. Dan waktu aku menyanggupi untuk
memberimu sebuah cerita, Terus terang.. yah naluriku sebagai pemuda normal
bekerja. Sekali lagi aku ingin menarik perhatianmu. Jadi di kepalaku waktu itu
muncul berbagai opsi. Tulisan apa yang kiranya mampu menarik perhatianmu? Ekhm…
maksudku menarik perhatian seorang wanita lebih tepatnya. Diksi yang tepat,
deretan puisi, kata-kata indah, kisah yang romantis, inspiratif? Membekas?
Berkesan? Otakku berputar
Dan
berputar.
Sialan…
gak ketemu ketemu!
Ah, gampanglah… toh
inspirasi biasanya datang dengan sendirinya saat sedang menulis. Jadi aku mulai
menulis saja. Sebaris dua baris,
kuhapus. Separagraf dua paragraf, kuhapus lagi. Diksinya kupilih semanis
mungkin. Namun di tengah-tengah aku berhenti.
Buntu.
Jadi,
maafkan diriku membuatmu terlampau lama menanti. Tulisan itu memang terngantung
tidak menemukan jalannya untuk selesai.
Jadi diriku semakin gelisah setiap hari molor dari janjiku padamu. Tapi tetap
saja aku tidak sreg dengan satu
setengah lembar kertas A4 cerita tetang hujan yang kubuat itu. Di tengah
kebuntuan itu aku memejamkan mata. dan membayangkan kekecewaanmu. Tapi kemudian
tiba-tiba aku sadar, lalu memukul jidat keras-keras tiga kali. AH! Kenapa harus
bingung. Bukankah prinsipku sejak dulu tulisan yang bagus adalah tulisan yang
jujur? Pantas saja aku tidak sreg. Lha
wong tulisan itu keluar bukan dari hati kok.
Seratus persen pengen caper sama mb mir. Tapi masalahnya hati ini sedang
tidak memiliki apa-apa untuk ditulis. Hmmmh.. yasudah biar saja! Kalau memang
takdir, inspirasi itu akan datang cepat atau lambat. Kalau benar-benar tidak
ada? Yasudah mungkin bukan rejekinya dia. Mbak mir kecewa? Plak! Heh memangnya kamu hak untuk
bingung kalau dia kecewa?
Jadi,
kumatikan komputer mb mir…
Hari-hari
selanjutnya aku fokus membantu ayah mempersiapkan rentetan hajat besar Maulid
Nabi Muhammad. Nebus dosa, Pikirku. Aku sudah lama mengesampingkan bakti tanah
air demi perkara organisasi. Bulan puasa lalu sudah gak pulang ngurusi OSCAAR.
Jadi, kuputuskan bahwa liburan ini adalah mutlak milik ayah dan Bondowoso.
Walaupun harus lari seperti pengecut meninggalkan Anisa, Nonik, Putri, Tia dkk.
Untuk menyelesaikan tugas UAS. Selepas liburan nanti, mb mir.. aku harus bekerja keras memperbaiki hubungan dengan
mereka. Hehehe…
Sekarang
aku Tanya mbak mir, percayakah kamu akan sebuah Keajaiban?
Menurutmu,
keajaiban itu seperti apa?
Dalam persepsiku, mbak mir.. keajaiban
itu selalu terjadi. Bukan sering. Di sekeliling kita. Hal-hal kecil, sepele,
sederhana, tapi mengandung makna yang dalam. Hanya kita yang kadang kurang memperhatikannya.
Terlalu sibuk dengan gemuruh di batin sendiri. Keajaiban itu dekat. Kalau
ibarat kamera, aku berusaha sedapat mungkin mendeteksi keajaiban-keajaiban yang
terjadi di sekitarku. Memotretnya, dan berusaha menuangkannya dalam Narasi
Hidup. Karena, mbak mir..
Karena
setiap kisah hidup insan manusia itu yang nulis tuhan! Tuhan mbak mir.. bukan
cerpenis karbitan macam taufiq. Setiap alurnya indah, Unik, melekuk-lekuk,
ditaburi kejaiban-keajaiban. Jadi kejaiban itu tidak Cuma terjadi di negeri putri
salju dan tujuh kurcaci. Tidak hanya milik orang-orang sukses, Orang-orang
besar, Kaya, pejabat, Kiai, Waliyullah. Kejaiban pun terjadi di kehidupan kita,
mahasiswa biasa, dari keluarga biasa, berpenamilan biasa, dan berotak biasa.
Walaupun mb mir.. kata-kata dangkalku hanya mampu menggambarkan secuil dari
keajaiban itu.
At least… we try!
Dan
keajaiban Maulid Nabi? Tak terhitung. Dan disini aku ingin membagi ceritanya
dengannmu. Paling tidak kita kembali me-refresh kecintaan kita pada junjungan
kita ditengah dialektika hati kita yang tak kunjung henti akhir-akhir ini. Kita
harus menyisakan celah untuk beliau Mb mir.. Harus! Dan aku hanya akan
menceritakan sepotong kecil dari keajaiban Maulid Nabi. Yaitu benda yang
fotonya kupasang di Thumbnail tulisan ini. Orang sini menyebutnya
“berkat”.
Ada
seorang miskin yang punya impian untuk membuat perayaan Maulid Nabi di
rumahnya. Hanya saja, ia berpikir bagaimana mungkin itu bisa terjadi. Memberi
makan diri dan keluarganya saja kesusahan. Apalagi mengundang para tetangga
untuk sebuah perayaan. Namun dia tidak menyerah, setiap tahun dia kumpulkan
buah-buahan dan sajian terbaik yang bisa dibelinya. Diselipkannya sepotog
kertas berisi permohonan agar dirinya tahun depan masih mampu membeli makanan
serupa. Lalu dietakkannya di masjid sebagai sumbangan untuk perayaan Maulid
Nabi. Tiga tahun kemudian mb mir, dia mampu menggelar perayaan Maulid Nabi di
rumahnya sendiri.
Diceritakan,
saat itu ditengah-tengah pertempuran khandaq. Madinah dikepung dari
barat-timur-selatan-utara. Suplai makanan terputus berbulan-bulan. Para sahabat
menghabiskan hari-harinya menggali dan menjaga parit yang mengelilingi madinah.
Tak boleh lengah sebentarpun. Itu benar-benar hari-hari yang panas dan
melelahkan. Sahabat Jabir bin Abdullah al-Anshari menghampiri Rasulullah,
mengatakan bahwa dirinya hendak mengadakan syukuran. Beliau meminta rasulullah
untuk gak rame-rame mb mir. Karena dia memotong kambing yang benar-benar kurus.
Namun Rasulullah maah memanggil seribu tiga ratus prajuritnya untuk turut
serta. Sahabat Jabir, kebingungan.
“Mas,
kamu yakin akan Surga, Neraka, dan segala hal yang dibawa Rasulullah?” ujar istrinya suatu ketika.
“ya, aku yakin” jawab Jabir.
“maka kali ini, kita
juga harus percaya kepada Rasulullah.”
Rasulullah memerintahkan
para sahabat untuk berkumpul di sekitar rumah Jabir Dan bersabda “beritahu aku
kalau hidangannya akan diwadahi.” Jabir mengangguk. Saat hidangannya siap,
Rasulullah memerintahkan sepuluh orang masuk dari pintu belakang mengambil
makanan, lalu keluar dari pintu depan.
Beliau memerintahkan agar pancinya hanya dibuka separuh. sepuluh,
sepuluh, sepuluh. Akhirnya mb mir.. seribu tiga ratus orang prajurit kenyang
hari itu.
Thaharat barakatuhu fi matha’imi, wal masyaribi.
Khandaq? Mekkah? Itu
cerita 1400 tahun lalu. Mari kita cari yang lebih dekat.
Aku perah mendengar
KH. Said Aqil Siradj curhat soal keluarganya. Faktanya, beliau dan empat
saudaranya sekarang merupakan tokoh-tokoh yang menghiasi dunia Politik dan
intelektual negeri ini kalau nggakHafidz
ya anggota DPR mb mir.. rahasia mereka semua bisa jadi “orang” ternyata ada
pada “Berkat”. Semasa kecil mereka dikasih makan berkat oleh sang ayah KH.
Aqil Siradj. Rutin. Setiap sehabis
undangan. Terutama maulid Nabi.
Seorang Habib di
pasuruan. Aku lupa namanya. Beliau jarang menyantap hidangan istimewa yang
disiapkan tuan rumah untuk beliau. Namun beliau biasanya hanya membawa sepotong
pisang utuk dibawa pulang. Tiba dirumah malam hari, beliau membangunkan ketujuh
putranya, lalu menyuruh mereka memakan pisang tersebut. Masing-masing sepotong
kecil. “ayo nak, dimakan… ini berkah Maulid Nabi Muhammad.”
Masih terlalu jauh, oke..
sekarang aku cerita tentang keluargaku mb mir.
Sama seperti cerita
diatas, Ayahku dulu (dan hingga sekarang) sering membawakan kami berkat. Kalau
suatu ketika beliau pergi ke hajatan, kami berempat menunggu di depan jendela.
Berharap ayah muncul dengan senyum lebar
sambil menenteng kresek putih berisi berkat. Lalu kami berempat akan berlari
menyambutnya dan berebut merampas kresek putih itu. Biasanya sih, aku yang
dapat duluan lalu membawanya lari sedang adik dan kakakku berteriak di
belakang.
Maklum, mb mir..
Keluargaku dulunya
serba kekurangan. Rumah masih numpang. Air masih minta ke tetangga. Makanpun
dengan lauk seadanya. Jadi kesempatan satu-satunya kami berempat makan enak
adalah “Berkat.” Bahkan kami kerapkali bertengkar memperebutkan kue atau daging
ayam. Biasanya sih, aku yang disemprot
ayah kalau tidak mau ngalah sama adik-adikku.
Meski sepele, aku
percaya faktor kebarokahan memegang peranan yang paling penting dalam
kesuksesan hidup seseorang. Kalau hari ini taufiq di kampus mampu melakukan ini
dan itu, itu bukan karena dia cerdas, wong
makanannya semasa kecil Cuma tahu tempe. Bukan karena tekun dan rajin, wong senengane turu koq. Bukan juga
karena kualitas spiritual. Semuanya karena dukungan energy dari rumah. Orang
tua yang tak henti mendo’akan anaknya agar selamat dimanapun dia berada. Agar
tercapai semua cita-citanya. Jadi bagaimanapun. Aku akan memilih mentaati perintah
mereka. Walaupun harus mengobankan teman-teman. Kalau kamu, mb mir?
Aku selalu melamun
sendiri kalu sudah bekerja bersama ayah. Berpikir jauh kedalam diriku. Tiga
puluh tahun ayah tidak pernah lowong melaksanakan agenda keummatan. Shalat
wajib setiap harinya shalat jum’ta setiap minggunya. Belum lagi agenda-agenda
tahunan seperti Maulid Nabi, Isr’a Mi’raj, Nishfu Sya’ban, Ramadhan-Ida’in dan
lainnya. Aku? Setua ini masih kocar-kacir kalau diembani sebuah amanah. Masih
kalah dengan nafsu dan keinginan. Masih suka bermain-main dan mengerjakan
perkara tak berguna. Bisakah aku seistiqomah dia kelak? Setekun dan setabah dia
dalam mengemban amanah seumur hidupnya? Ah, entahlah.
Pantas saja, dari
seluruh saudara seperguruannya. Ayahlah anak emas. Mereka semua mampu membuat
keajaiban. Begitupun ayah. Namun keajaiban yang dibuatnya bukan terbang, kebal
senjata, menghilang, mengobati orang dan sebagainya. Tapi keajaiban yang dibuat
oleh ayahku adaah mampu mengubah tanah kering menjadi sawah. Mengairi padang
pasir. mendidik masyarakat dan menaunginya dalam kegiatan sosial-keagamaan.
Menjadikannya sebagai masyarakat yang terdidik. Menyeru kepada kebenaran,
melarang kepada kebatilan. Saling berwasiat tentang kebaikan dan kesabaran dan
saling tolong-menolong dalam kebaikan.
Nabi Muhammad,
mukjizat yang dimilikinya tidak sama dengan Nabi-Nabi sebelumnya. Bukan
membelah laut dan menciptakan ular macam Nabi Musa. Menghidupkan orang mati
macam Nabi Isa. Atau merajai semua makhluk macam Nabi Sulaiman. Melainkan kemampuannya
membangun Khairu Ummah. Dengan
organisasi dan menejemen yang apik. Diikat dengan ajaran agama yang sempurna.
Hidup dibawah nilai-nilai mulia. Meluas mendunia. Lalu bertahan hingga hari
kiamat.masyarakat yang ditulis oleh para ilmuwan barat sebagai masyarakat yang
paling ideal sepanjang masa.
Dan ibu, dia akan
selalu membuatku ingat bahwa keberadaan Unit
Support di belakang kita adalah yang paling penting. Celaka kalau suatu
saat aku salah memilih pendamping. Sedang aku adalah satu-satunya pengganti ayah
untuk menjaga tempat ini. Aku paham keberadaan seorang istri bukan hanya
pelengkap. Tapi sebuah Critical Chip untuk
menggaransi kestabilan kita dalam mengemban amanah. Dia juga adalah menejer
hal-hal kecil yang biasanya kita kaum laki-laki lupakan. Penopang posisi
sosial. Serta mempu menutupi kelemahan-kelemahan kita di mata masyarakat. Bukan
hanya pesolek. Tapi lebih pada seorang yang tidak pernah berhenti menangis di
keheningan malam mendo’akan anak-anaknya. Setia pada sang suami dalam kondisi
sesulit apapun. Dan impian akan keluarga yang dinaungi kebarakahan. Akan
tercapai. Dan aku rasa, itulah kebahagiaan terbesar dalam hidup.
Huaayy…
Aku ngantuk mb mir…
maaf ceritanya panjang dan membosankan. Aku terlalu bersemangat ceritanya ya..
malam ini aku semakin percaya, bahwa laki-laki yang hebat bukanlah yang tampan,
mampu menjatuhkan lawan dengan sekali pukul, punya uang banyak ,atau jabatan
yang mentereng.
Tapi
laki-laki yang hebat, adalah yang mampu melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan sempurna…
Aku
tidur dulu ya mb mir… Met Malem…
0 komentar :
Posting Komentar