Jumat, 17 Februari 2012

Kami Tinggal di Black Pearl

Bondowoso, Rabu, 25 Januari 2012
                Hatiku masih berisi sumpah serapah pada Elimarandul-Rithrandril. Hingga tidak begitu sadar akan pintu yang aku masuki. Baru tatkala masuk ke dalam ruangan yang samasekali asing itu, Aku tercengang. Ransel melorot saja tanpa terasa. Langkahku pelan ke tembok yang masih baru itu. Dengan sangat hati-hati kusentuh.kususurkan jari-jariku disana.
Di mana rumahku?
                Orang bilang, begitu memasuki gerbang pernikahan, seorang laki-laki dan perempuan diibaratkan menaiki sebuah bahtera yang kelak akan dikayuh berdua melewati lautan luas.  Banyak cobaan berupa badai yang siap membalikkan bahtera tersebut dan menenggelamkannya ke dasar lautan hidup yang penuh duka dan nestapa (Bweh,, Lebay).
                Rumah ini adalah Bahtera Abi dan Ummi, dibangun dengan Air mata, cucuran keringat, dan tetesan darah. Lalu mereka menaunginya dengan energi kasih sayang yang tak terhingga. Tempat kami berempat dibesarkan. Tumbuh dan berkembang hingga mengerti pahit getirnya hidup. Ummi bisa saja membangun rumah megah dengan Harta kekayaan milik kakek. Abi bisa saja tinggal di dhalem agung eyang Thabrani Yusuf. Tapi tidak, mereka memilih membangun kerajaan mereka sendiri. Dari nol. Batu demi batu, kayu demi kayu, senti demi senti seraya terus membesarkan kami dalam pendidikan tentang sebuah proses.
                Jujur, aku masih tidak rela. Perubahan ini terlalu cepat. Aku belum sempat mengucapkan salam pada celah lemari tempat  favoritku bersembunyi tatkala dimarahi abi habis bermain hingga maghrib. Atau lukisan-lukisan perang yang kucoret seenaknya di dinding ruang tengah. Peta indonesia di lantai dapur atau Lubang kecil yang kubuat untuk menguping pembicaraan di ruang tamu bernama “Spy Camera.” Semuanya hilang  tak berbekas.
                Lapar sirna, capek hilang. Kusempatkan sejenak untuk mengenang rumah kami yang kini telah berubah. Rumah kami punya enam sistem canggih dalam menghadapi badai kehidupan. Seperti kapal layar Black Pearl yang legendaris.  Apa saja? Baiklah, dengarkan baik baik ceritanya…
The Voyage of Black Pearl
                Februari 2010 adalah puncak cuaca Ekstrem bagi daerah bercurah hujan tinggi macam bondowoso. Berminggu-minggu kota kami seolah tak pernah disinari matahari. Hujan lebat disertai angin kencang dan tak lupa para malaikat yang seenaknya saja foto-foto Narsis di atas awan dengan kamera yang menimbulkan suara JEDEGUM! (Norak banget sih suaranya). Kami yang tinggal di rumah dengan fondasi rapuh, konstruksi bangunan yang sudah amat keropos. Serta soak disana-sini tentu saja gemetar. Tapi, tak ada namanya kata takut bagi sang kapten kapal, Ayahku.
 Integrated Early Warning System [IEWS], Activated_
      Sistem peringatan dini sangatlah penting bagi sebuah kapal. Memungkinkan bagi para kru untuk mendeteksi badai lebih awal. Dan persiapan yang lebih matang. Disini yang bertugas adalah ummi. Ummi memiliki kemampuan mendeteksi apakah mendung saat itu akan berbuah hujan atau tidak. Saat Badai mulai datang, ummi akan menyalakan perangkat sistem ini.
Baguuunnn!!... BRAAK! Bruuuk BAAkk… Mau Hujan!! Jemurann Ambil… Fiq… Angkat Kasur, yang lainnya Angkat Jemuran!!!... CEPAAAAAATTTTT!!!!!
                Kuakui suara guruh tidak seseram suara ummi yang mengebak-gebuk tempat tidurku tanpa ampun. Kami berempat segera mencelat dari kamar masing-masing menuju tempat yang sudah diperintahkan. Iis  membereskan sandal dan sepatu, Has menggulung jemuran, Mbak keyla Bantal dan Guling, dan aku kebagian yang paling berat. Kasur.
Auto Electric Device Disabler [AEDD], Activated_
      Sistem ini adalah tugasku, yaitu memutus seluruh jaringan luar Black Pearl, berupa alat-alat listrik. Antena digital, Roset telepon, Router internet, kabel TV. Dan kalau dalam keadaan sangat bahaya, mematikan total seluruh jaringan listrik rumah kami dan menggantinya dengan lampu templek atau dalam bahasa kerennya THEMAR. Aku bertanggung jawab atas penerangan seluruh kapal selama menghadapai badai.
                Biasanya saat ini abi sudah keluar kamar dengan baju kebesaran kapten dan mulai berteriak-teriak memberi komando.
To your Post, men!
To Your Post!
Ship Prodigy Wet Protector [SPWP], Activated_
                Yang ini bagian mbak keyla, yaitu memastikan perangkat-perangkat penting dalam rumah selamat dari air. Dokumen penting, foto keluarga, ijazah, surat tanah, akte kelahiran, Sama kalender berposter Aktor Korea kesukaannya. (mbk key curang, poster Avenged sevenfold punyaq gag diselamtkan! Huft!) diturunkan dari dinding. Tempat tidur dan Sofa dibalik, karpet ruang tamu pun begitu.
External Acces Auto Shut [EAAS],  Activated_
                Satu lagi perangkat lagi yang aktif sebelum kapal benar-benar siap menghadapi badai. Masih tugas mbak key, yaitu menutup seluruh jendela, pintu, dan ventilasi ruangan yang ada dalam rumah. Ini untuk memastikan kru kapal tidak kedinginan selama badai.
                Saat itu hujan sudah mulai turun deras. Tetes-tetes air sebesar kerikil mulai menyerbu atap rumah yang terbuat dari seng. Keras memekakkan telinga seperti hujan peluru di tengah medan perang. Iis mulai ketakutan. Aku gemetar juga. Angin mengamuk menggoyang-goyang tiang kayu kapal. Rumah kami berkertek-keretak menahan hempasan angin. Petir mulai menjilat-jilat di langit sana.
Abi sudah berdiri di anjungan menghadap barat, sungguh. Kalau tidak ada pria itu disini. Kami mungkin akan lemas ketakutan.
Watery Breach Preventive Detector  [WBPD],  Activated_
Kegunaan sistem ini adalah mendeteksi kebocoran. Aneh sekali mengapa dua adikku yang masih kecil mendapat tugas mengelola perangkat justru saat badai mengamuk dengan hebatnya. Iis yang ketakutan sedikit girang waktu disuruh mengumpulkan bak plastik warna-warni dari dalam lemari. Kasihan dia masih enam tahun tapi harus sudah bertarung dengan badai. Dalam sistem ini dia berduet dengan Has, adikku yang satunya. Has bertugas mendeteksi setiap kebocoran pada setiap dinding dan atap. Tugasnya amat penting, sedikit saja kesalahan bisa runyam. Aku dan mbak keyla kadang-kadang membantu. Iis menyediakan bak penampung air. Asal tau saja, hampir eparuh genting rumahku bocor. Jadi di dalam maupun diluar rumah, sama-sama hujan (Apes)
Kau tau sahabat, aku bangga terhadap dua adikku yang kerjanya begitu cepat, solid dan cekatan itu. Sedikit menjengkelkan, walaupun. Berikut rekamannya :
Has                      : “Mbak La, Kebocoran di Sektor 76, Dek E3!”
Mbak key            : “siap, Is! mana baknya?’
Iis                        : “bak, yang walna apa?”
Mbak key            : “Haduh, sembarang wes, yang penting bak, sini cepat!”
Iis                        : (dengan wajah sok penting) “Kuning apa pink?”
Mbak key            : (mulai naik darah) “pink, pink, pink.. sudah sini cepet.”
Aku                     :  Hahahahawa hwaha…
Iis                        : “tapi bagusan yang bilu lho bak,”
Mbak key            : “Iyaaaa, yang biru, sini cepeeett!!
Iis menyodorkan bak itu pada mbak key, tapi sebelum mbak key mengambilnya, Ditarik kembali sama iis. Aku makin kencang tertawa.
Iis                        : “yang ini bagus, ada gambal hello kitty-nya,eman, yang melah aja ya..”
Mbak key            : “HEEERRRRRGGGHHHH”
Aku                     : “Haah wa hwaaa haa…”
Akhirnya mbak key pergi ke ruang tamu dengan bak merah. tempat lokasi kebocoran dilaporkan. Aku tak berhenti tertawa.
Aku                      : ‘’Hwa ha hah ha ha’’
Has                      : “cek lamanya mbak, udah kadung bocor terpaksa aku pake songkoknya mas taufiq.”
Aku                     : Hwa ha ha ha (berhenti).
                               Kurang Ajaaaaarrrr!!!!
Catasthrope Storm Pressure Controller [CSPC], Activated_  
                Semua sudah yang kami bisa sudah dilakukan. Tinggal menyerahkan semuanya pada abi, serta berdo’a pada yang Mahakuasa. Tiba giliran ayah yang menjalankan perannya. Beliau memiliki sistem paling mutakhir dari black pearl. Abi sering didatangi orang-orang yang akan menggelar hajatan berupa pernikahan atau lainnya. Meminta do’a agar hujan dapat ditekan. Tentu saja atas izin yang diatas. Aku minta diajari gak dikasih-kasih mulai dulu. Pernah aku mengintip kertas tempat mantra itu ditulis. Jangankan mengerti. Baca pun tidak bisa. Ya sudah, kusebut saja itu adalah Catasthrope Weather Controller spell.
                Ummi, Mbak key, Has dan iis duduk merapat. Aku bertugas sebagai Assist menemani abi. Menjaga beliau agar tidak kebasahan dengan handuk di tangan. Beliau berdiri menghadap barat. Merentangkan tangan dengan telapak terbuka teracung ke arah datangnya angin. Seraya membaca kalimat-kalimat do’a yang tak kumengerti. Badai diluar semakin mengamuk. Menolak untuk dihentikan. Terus melawan. Tandon air jatuh dari atap menimbulkan suara keras. Ummi memekik takbir, iis mulai menangis. Makin lama suasana makin mencekam.
                Puncaknya, abi menepuk pundakku.
                “Ambil tangga”
Aku diperintahkan naik ke atap rumah ditengah amukan badai. Menghadap langsung ke arah angin. Menantang langsung mata petir di angkasa. Gemetar bukan main aku. Abi berteriak dibawah
“Yang keras nak, Jangan takut!” aku mengangguk, dan memulai
“Allahu Akbar… Allaahu Akbar…”
******
     Badai sudah reda kendatipun masih menyisakan hujan deras di luar. Kami berempat mengelilingi sebuah lampu templek yang bergoyang-goyang. Tubuhku diselimuti handuk tebal setelah adzan dan iqamat di atas genting tadi. Ummi menyajikan sepiring singkong goreng  gurih dan hangat. Sambil menikmati camilan, kami mendengarkan cerita abi sambil tertawa-tawa kecil hingga waktu maghrib tiba.
******
“Mas, mas, punya uang ndak?”
Suara kecil dibelakang kepala mengagetkanku. Itu Iis, adik kecilku. Gemas kucubiti pipinya dan kuciumi. Rindu sekali aku pada senyum dan tingkah nakalnya.
“Ayo Mas, minta uang, beli pentol…”
Kurogoh saku celana dalam-dalam, ada lima ratus perak sisa bayar karcis peron tadi. Kukasih saja. Iis berlari senang sambil berteriak hore. Seragam diniyah-nya saja belum dilepas. Dasar.
               
Ya Allah, Tak terkatakan bagaimana bahagianya aku memiliki mereka.
               

2 komentar :

  1. wah salut keluarga kompak. . .
    Tapi kaget koq Iis bisa jadi ambil bagian di sini???

    BalasHapus
  2. eh, adikku itu, bukan mb iis, kebetulan saja namanya sama

    BalasHapus