
Konon kota ini keramat, paduan tentara Inggris, Gurkha dan Belanda menggempurnya dari berbagai arah. Para serdadu eropa itu menyebut kota ini neraka. Tempat kawan-kawan mereka terkapar di antara gang-gang sempitnya. Selokan-selokan penjebaknya, celah bangunannya yang menyimpan maut bagi orang eropa penjajah.
Wajah kota Surabaya kini tidak dapat dibayangkan bagai film hitam putih dimana banyak orang berteriak di dalamnya. Yah, meskipun aku belum kenal kota ini keseluruhan, tapi aku bisa menebak sesibuk apa dia. Hanya dengan melihat lalu lintas Jl. Ahmad Yani. Setiap sepersekian jam terdengar suara sirine meraung-raung mirip film Hollywood yang berlatar kota New York.
Atau, aku memang sedang berada di film? Pasalnya, di kota seramai ini, aku masih merasa sendiri. Lalu lalang orang melintas melihat lurus kedepan. Tapi yang kulihat dalam lensa mata mereka bukan jalanan di depannya, tapi sesuatu yang lain... yang berkilau, yang dikejar-kejar tanpa kenal lelah. Ketika kulihat mata yang lain, sama.. yang ini juga sama.
Langkahku sedikit kupercepat, ingin mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada orang-orang di kota ini. Kucoba tegur beberapa orang dengan bahasa pergaulan yang kupelajari dulu semasa hidup di desaku. Nihil, mereka tak merespon.
Hmm... nampaknya percuma kucari lebih jauh, maka kuputuskan bahwa seluruh warga surabaya bermata sama. Kini waktunya aku pulang saja. Kuputar langkah menuju gang-gang sempit Wonocolo yang berbau, entah apek, pesing, pengap,yang penting menusuk hidung. Mungkin kutemui saja teman-temanku yang sudah lebih lama hidup di kota ini. Seingatku, mereka dulunya adalah pribadi-pribadi yang hangat dan ramah. Mungkin mereka masih tetap, semoga...
Aih, mata mereka ternyata sama saja.
Belum hilang kebingungan melihat kenyataan aneh itu, tiba-tiba terdengar teriakan mirip serdadu-serdadu yang sedang bertempur. Menggaung dari sudut-sudut gang wonocolo yang sepi. Aih.., apa pula ini. Makin lama makin ramai. Lengkap dengan suara desingan peluru dan dentuman meriamnya. Bulu kudukku merinding seketika.
Aku Lari saja sekencang-kencangnya, sambil bernyanyi dalam hati :
This Shinning city built from gold...
A Far Cry From innocent....
The city of Heroes...
0 komentar :
Posting Komentar