Grahadi Surabaya, 29 Maret 2012
Hanya Mahasiswa yang mampu membangkitkan kekuatan
itu..
People power…
Kami ada di bawah tatapan garang personil
kepolisian anti huru-hara. Mereka berbaris rapi di belakang barikade barbed wire tiga silinder. Tactical shield di tangan kiri,
pentungan di tangan kanan. Pistol berepeluru karet terselip di pinggang.
Dibelakang mereka, disiagakan half –truck yang dilengkapi water cannon. Belum lagi sengatan batara surya diatas kepala kami.
Aksi pertamaku selama menjadi
mahasiswa. Lumayan kacau. Sejak pagi kami berkumpul di kampus. Membentangkan
spanduk dan poster-poster bernada protes. Yah, seperti biasa, ada yang
mengapresiasi, ada yang mencibir. Cak amar dan cak isma’il mengerahkan segenap
tenaga sedari pagi bengok-bengok
sampai bengek menyuarakan seruan agar
mahasiswa peduli akan kepentingan rakyat. Agar mereka sadar akan jati diri
mereka sebagai mahasiswa. kata-kata agent
of change dan social control
berdengung sumbang berkali kali. Dibalas bisikan sinis para mahasiswa “opo ae…
arek-arek iku..”
Ironis
Kami berangkat dengan massa secukupnya.
Bersepeda motor sambil mengibarkan bendera merah LDF (left democratic force).
Organisasi yang memberangkatkan kami. Melintas kampus seperti sepasukan kavaleri
Teuton abad pertengahan yang hendak berangkat berperang. Dibawah kibaran
panji-panji merah. Kebiasaanku kumat. Memasang earphone dan menyetel
casualities of war keras-keras. Dasaar melankoliss.!. bedanya, para ksatria
teuton berangkat perang dengan diiringi do’a dan puisi, kami berangkat
diiringii sumpah serapah para dosen “siapa itu?? Kok tidak beradab???”

“sampean ikut
saya saja..”
Lha, itu bos wafa yang secara
mengejutkan mau ikut dalam aksi. Meninggalkan singgasananya yang nyaman dan
senantiasa dikelilingi wanita-wanita cantik. Menyatakan ingin turun langsung ke
medan laga.
Menawarkanku untuk menumpang di belakangnya. Haha, padahal aku yakin banyak
orang yang bermimpi bisa duduk di punggung kudanya. (yang cewek-cewek hayoo
ngakuuu…).
Supardi bergabung, Eko malah lebih ekstrem lagi,
dia bersedia menjadi salah satu pemain aksi teatrikal yang akan kami gelar di
depan istana grahadi nanti. Ia berjalan bertelanjang dada. Dengan coretan di
dadanya. Diabnding dia, aku tidak ada apa-apanya.
Kebanggaan, itulah yang aku
dapatkan. Merasakan bagaimana aku menjadi pemeran dalam dinamikan zaman. Jika
harga BBM tidak jadi naik, maka aku adalah salah satu penyebabnya. Sekecil
apapun peranku. Minimal, aku adalah seorang yang turut memainkan peran dalam
dinamika sejarah. Bukan penonton seperti mereka itu.
Matahari Surabaya!, lihat dan Saksikan!
Akulah MAHASISWA!
0 komentar :
Posting Komentar